Kamu, adik kecilku…
Yah.. memang sudah tak pantas kusebut kecil. Karena kini kamu sudah beranjak remaja. Hampir dewasa. Pada masa inilah, aku khawatir padamu. Bukan karena trauma, tapi karena masa ku dan kamu berbeda.
Kamu, adik yang paling kusayang.
Yah… Memang, karena adikku cuma kamu. Satu keinginanku, membahagiakanmu. Doakan saja, kelak keluarga kita pasti bahagia, walau tanpa Papa. Tetapi yakinlah, Dia turut melihat kita dari atas sana.
Kamu, adik yang paling lucu.
Yah… memang, rumah sepi tanpa kamu. Tanpa lelucon yang selalu kamu celetukan ditengah obrolan saat kita kumpul bersama. Memecahkan suasana, menjadi penuh tawa.
Kamu, adik yang suka cemberut.
Yah… memang, maklum anak bungsu. Kamu jangan iri, kalau aku lebih dipilih Mama terlebih dahulu saat meminta sesuatu. Bukan pilih kasih, hanya saja kamu belum bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kelak kamu akan mengerti. Dan sebenarnya, tanpa kamu tahu, kita selalu membicarakan masa depanmu. Agar hidupmu maju. Jadi, biar anak bungsu kamu tetap nomor satu.
Kamu, adikku yang sering membuatku menangis.
Yah… memang. Bukan karena kita sering bertengkar. Tetapi, aku takut bila aku tak bisa menjagamu. Aku takut tak bisa melindungi kamu. Kadang aku marah, mungkin itu cara salah. Aku begitu, karena aku khawatir denganmu.
Adikku, ingat pesanku. Paling tidak ingat pesan Papa, untuk selalu menjalankan ibadah lima waktu, jangan membantah Mama, dan selebihnya nasihat itu pasti masih kamu ingat. Pesanku, aku memberimu kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja. Tapi, kamu harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan.
Adikku… aku yakin kamu tak akan mengecewakan. Kamu pasti membanggakan.
Aku sayang kamu.
Tertanda,
Satu-satunya kakak perempuanmu.
Ditulis oleh : @gealraa
Diambil dari http://geaaulia.tumblr.com
No comments:
Post a Comment