28 January 2013

Segulung Tissue yang Setia


Hay Tissue gulung cantik. Badan yang bulat sempurna dan kulit putih bersihmu itu sungguh menggoda. Menambah keinginanku untuk menghabiskanmu. Mengusapkannya pada pipi basah ini. Pipi yang terlampau sering mengecap kecewa. Pipi yang bosan menjadi jalan air mata. Pipi yang tak tahu kapan dapat berubah menjadi lekukan senyum lagi. Bolehkan aku pakai dirimu?

Akhir-akhir ini saya jadi sering menangis. Dan cuma oleh kamu, Tissue gulungku, saya dapat membagi berbagai macam rasa ini. Rasa sakit yang diberi oleh orang paling kupercayai di dunia. Rasa kecewa yang hampir saya temui di perjalan menuju mimpi. Rasa enggan untuk mengecap manisnya dunia. Juga rasa tidak percaya akan saktinya Cinta. Apa aku bodoh berpikir seperti itu?

Apakah saya sedang depresi? Apakah saya mulai putus asa? Putus asa karena apa? Putus asa oleh siapa? Entahlah, hanya kamu-segulung-tissue yang saya butuhkan sekarang. Hanya kamu. Mungkin iya cuma kamu.

Melalui surat yang tidak pantas disebut surat cinta ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih. Jika bukan kehadiranmu, mungkin kasur yang sering saya tiduri tanpa pernah bisa hamil ini akan basah. Bukan basah karna “itu” namun basah akan air yang lahir dari rasa kecewa. Kecewa-kecewa yang berkumpul hingga melahirkan jutaan anak-anaknya.

Ini hanya ekspektasiku saja menganggap rasa yang sedang saya rasakan sebagai kecewa. Mungkin bagi kamu, ini hanya perasaan alay yang tak butuh didengarkan. Atau mungkin hanya perasaan labil seorang remaja gila. TERSERAH!

Ups, saya baru sadar ternyata “kamu” yang sering terselip dibarisan kata di atas sana bukan Tissue-ku yang setia. Namun, sesorang yang sedang memaksa pikiranku untuk menampungnya. Siapa itu? Mungkin bukan sekarang saya menjelaskannya. Surat berikut, ya? Hmm boleh, tapi tunggu hati ini mendapat obatnya ya.

Oleh @inirvin
Kepada http://lutfianirvin.blogspot.com

No comments:

Post a Comment