28 January 2013

Surat #DuaHati @buffhans dan @bukanadelia

SURAT RINDU #13 : Cemburu 

Selamat malam, kamu yang mulai mencintai fisika.
Aku sempat tertawa kecil ketika membaca suratmu, kamu yang membenci fisika, tiba-tiba berbicara seakan-akan kamulah pemenang olimpiade fisika tingkat nasional, aku kalah olehmu. Dulu aku pernah juara pertama olimpiade fisika loh? Hanya saja, ketika pemilihan wakil provinsi, aku gagal karena perbedaan 0,5 poin saja. Kalau saja aku lolos tingkat nasional, mungkin bisa ketemu kamu yah?
Hihihi..

Hey, kamu mungkin lupa dengan adanya hukum aksi-reaksi. Sekarang usahaku sedang positif terhadapmu, jadi mau-tidak-mau usahamu juga harus bernilai positif. Kalau tidak bisa positif, terpaksa aku harus memberimu tanda mutlak! :p

Dalam perputaran kosmik, segala isi semesta mengitari satu titik. Titik inilah yang kepastian, meski ia bisa terletak dalam kenisbian. Aku, kamu, kita, sama-sama saling mengejar satu titik kepastian. Pengejaran inilah proses untuk mencapai kebahagiaan. Dan tragisnya, kita sama-sama tahu bahwa yang kita kejar adalah sebuah tujuan yang semu, ketentuan yang belum tentu bersatu.

Aku mulai bertanya-tanya, kenapa kita tidak bisa mengintip takdir? Kenapa ia selalu menjadi misteri? Kenapa ia adalah hal yang begitu dinanti? Pada akhirnya, aku disadarkan kembali oleh pepatah lama, satu-satunya yang pasti dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.

Aku takut akan harapan yang dihadapkan pada konsep ketidakpastian. Konsep yang sangat menyebalkan. Bagaimana tidak? Semua harapanku melebihi ambang batas kewajaran. Ketika harapan itu kalah oleh kenyataan, hanya akan melahirkan kekecewaan. Kamu tahu kan bagaimana pahitnya kekecewaan?

Kamu tahu, ketakutanku semakin nyata ketika sore tadi kamu berniat untuk berhenti berbalas surat. Berhenti karena ada sosok orang lain yang cemburu. Bagiku, ia hanya orang yang berusaha merebut perhatianmu dariku. Dan aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.

Maaf aku egois untuk mengatakan ini. Tapi kamu pernah bilang, “Cinta adalah tentang mempertahankan” bukan? Aku hanya sedang mempertahankan usaha yang sudah kulakukan. Dan aku tak akan pernah membiarkan semua berakhir dalam kesia-siaan.

Aku serius, dan seharusnya kamu lebih peka terhadap lelaki yang mengalamatkan rindunya padamu, sedang tersulut api cemburu.

Di 1/3 malam-Nya kali ini aku berdoa lebih khusyuk dari biasanya. Doa dan harapanku hanya satu..
“Disisa akhir 0,1 Detik Kosmik hidupku kelak, akulah orang yang akan selalu berada disisimu.”

Maaf, aku terlalu banyak ngoceh lewat surat ini. Terlalu absurd untuk diartikan. Setidaknya kamu akan tahu nanti, ketika kamu mulai memancing cemburu, suratku akan selalu absurd.

Dari yang sedang cemburu, Perseus.

 

Oleh @buffhans untuk @bukanadelia
Diambil dari www.buffhans.com



---



Surat balasan @bukanadelia untuk @buffhans

 

SURAT RINDU #14: Cemburu dan Kemuliaan.

Hai.

Selamat Fajar, Perseus.

Aku tak menyangka bahwa kamu pernah mengikuti lomba Fisika. Aku pikir, kamu hanya pintar memaknai rindu yang menyublim dalam jarak yang tak terbantahkan saja. Aku yakin kamu sudah benar-benar berusaha waktu itu, tapi tak apa.. Bukankah Tuhan selalu menyiapkan pertemuan setiap manusia dengan cara yang tidak pernah kita duga?

Kamu benar, aku luput memperhatikan hukum aksi-reaksi. Tapi aku juga tak salah karena telah meragukan usaha apa yang kamu lakukan. Bukankah dalam cinta, tidak semua aksi sama dengan reaksi? Kamu tahu sendiri, cinta tak ubahnya misteri yang sulit ditebak meski kita menggunakan metode sok tahu tingkat yang paling tinggi.

Perseus, cinta itu sesungguhnya mulia. Beberapa cinta sangat bijaksana, sisanya menjadi rajam bagi hati sendiri. Cemburu menurutku bukanlah ukuran bahwa seseorang begitu mencintai pasangannya. Cemburu hanya refleksi dari takut kehilangan. Sungguh, semua orang dapat merasakan takut kehilangan meski ia tak merasakan cinta. Yang menjadi ukuran seberapa cinta seseorang pada pasangannya adalah saat ia mau memaklumi dan memahami bahwa bagaimanapun, manusia adalah makhluk yang tak mampu hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Hingga ia tak pernah memberi penjara bagi hati pasangannya. Itu cinta.

Cemburu sendiri bukan hal yang tidak baik. Sama seperti cinta, beberapa cemburu tumbuh bersih dalam ladang rindu, sisanya hanya mengendap membusuk menghadirkan pikiran sampah yang akan mengotori hati dan cinta yang ia jalani.

Aku pernah merasakan cemburu, Perseus. Saat seseorang yang aku cinta memilih bercakap dengan orang lain yang aku rasa dapat mengancam kedudukanku dalam hatinya. Tapi oh Perseus, bukankah cinta sesungguhnya lebih mulia dari sekedar saling cemburu dan bertengkar?

Aku bukan tak membolehkanmu untuk cemburu, Perseus. Tapi sungguh, perasaan seperti itu sangatlah besar tanggung jawabnya. Jika kamu memikulnya terus menerus, aku takut kamu akan lelah dan nantinya hatimu akan berubah. Dari yang bersih mejadi kotor, dari yang terang menjadi gelap. Jadi, lebih baik kamu singkirkan saja pelan-pelan. Percayalah pada janji Tuhan, bahwa semua manusia yang ikhlas dan bersyukur pada apa yang Ia beri pasti akan berbahagia.

Maaf Perseus, bukan maksud hatiku untuk menggurui. Aku lebih banyak menasihati diri sendiri dalam menulis surat kali ini. Hal ini juga sebagai pengingat untuk diriku, untuk kita. Semoga kita sama-sama diberi keihklasan dan tak pernah kehilangan rasa syukur supaya kita tak lepas dari bahagia.

Nah, Perseus. Mari kita bersama mempelajari kemuliaan cinta, agar kelak tak ada aral yang dapat merusak keteguhan yang kita pondasikan sebegitu rupa.


 
 
Andromeda.



Diambil dari aratiararismala.com

No comments:

Post a Comment