28 January 2013

Dari Ego kepada Pikiran Aku


Kepada Aku yang menuju hening dalam ramai,

Kamu tahu, ini surat cinta. 

SURAT CINTA?

Iya. Karena aku mencintai Aku. Biarkan aku menulis ini agar Aku sadar bagaimana seharusnya Aku berpikir.

Lihat keseharianmu, Aku.

Bersenang-senang dan bekerja mengikuti aturan. Bebas dalam genggaman, walau bukan itu yang sebenar-benarnya diinginkan. Ya kan, Aku?

Tawa dan senyum adalah keseharianmu. 

Hectic dan rusuh adalah isi dalam otakmu.

Kesendirian adalah jiwamu, kini.

Sendiri. Sendiri.

Walau dalam ramai. Walau dalam keadaan siapa-saja-siap-menemanimu.

Menjadi…..

***

Tunggu. Sebelum surat ini berlanjut. Ijinkan Aku bicara.

Aku tak pernah sendiri. Tak pernah benar-benar sendiri. 

Lanjutkan surat ini, tapi jangan pernah menulis bahwa aku sendiri.

Karena aku tidak pernah sendiri.

***

Baiklah, Aku.

Kamu memang tak pernah sendiri. Hidupmu diisi oleh banyak orang, banyak teman, banyak….lelaki? HAHA.

Ayolah, Aku. Jika kamu sedih, kamu tahu harus bicara pada siapa.

Jika kamu senang, kamu tahu harus berbagi pada siapa.

Jika kamu sendiri, kamu tahu harus memanggil siapa.

Kamu tahu semuanya.

Kamu tahu kamu lebih dari bisa untuk menghadapi hidupmu yang kini.

Ayolah, Aku.

Terus berjalan, biarkan kadang tak berarah, biar kamu tahu mana yang salah.

Terus tersenyum, biarkan kadang itu palsu, biar kamu tahu mana yang untukmu.

Terus lakukan yang kamu suka…dan benar.

Biarkan mereka. Biarkan mereka berkata apa.

Siapa yang tahu kamu, Aku?

Dirimu sendiri kan?

Teruslah terus.

Tegarlah tegar.

Tersenyumlah. Selalu.

Kamu bisa, Aku. 

Cari lah kepastian itu. Kepastian. Dalam hal apa pun.

Bersenang-senanglah, Aku.

Hujan akan selalu bersamamu.

Oleh @imaadew
Diambil dari http://imaadew.tumblr.com

No comments:

Post a Comment