28 January 2013

Dicari : Mamang Batagor


Dengan penuh rasa gundah gulana rungsing lelah mencari di setiap pengkolan sudut Jalan Taman Sari dan sekitarnya, akhirnya saya memutuskan untuk menulis surat tentang mamang batagor.

Beberapa hari yang lalu ngga sengaja saya melewati daerah belakang kampus ITB yang asri serta rindang oleh rimbunnya pepohonan. Saya dikejutkan oleh pemandangan tak lazim, pinggiran trotoar yang biasanya dipadati kios para pedagang kaki lima mendadak bersih! Hanya tersisa tumpukkan kayu yang berserakan. Ada spanduk bertulisankan "Kami ingin keadilan, kembalikan hak kami" terpampang di taman seberang jalan.

Selidik punya selidik (googling) rupanya memang telah terjadi penggusuran di daerah itu. Pemerintah setempat sudah melakukan peringatan berkali-kali yang tak pernah sekalipun digubris oleh pengguna bangunan liar. Lah wong sejak saya masih di bangku sekolah juga mereka sudah adem ayem berjualan di sana. Kasus penggusuran pedagang kaki lima memang selalu membawa efek dilematis bagi saya. Iya, jalanan memang menjadi lebih tertib tapi bagaimana dengan nasib mereka yang mengais rezeki di lahan tersebut?

Saya bukannya mau sok-sokan jadi aktivis atau apapun itu sebutannya. Masalahnya adalah pacar saya hobinya makan batagor. Menjelajahi Kota Bandung mencari batagor kampung yang enak, bukan jenis macam batagor Riri, Kingsley, atau batagor kotaan lainnya yang sudah terkenal sampai ke luar kota.

Nah, saat masih pedekate iseng nyobain makan batagor di situ. Tempatnya memang kecil harus berlomba mencari tempat duduk yang nyaman dan pas dengan gerombolan mahasiswa di sana. Namanya juga makan di pinggir jalan, what do you expect? Justru karena hal itulah kami jadi duduk saling berhimpitan, dekat sekali sampai saya bisa mendengar degup jantungnya. Dia langsung suka pada gigitan pangsit pertama.

Semenjak itu setiap kali dia datang ke Bandung pasti minta diajak makan batagor di sana, ngga mau ke tempat lain. Selain karena faktor rasanya yang menurut pacar saya enak, di tempat yang kecil sumpek itu juga menyimpan berjuta kenangan. Masa malu-malu waktu pedekate yang kemudian jadi malu-maluin pas pacaran. Ngga cukup makan satu piring si pacar.

Saya bingung! Kios mamang batagor termasuk salah satu korban yang kena penggusuran. Dia belum tahu kejadian ini. Kalaupun tahu besar kemungkinan pasti saya disuruh mencari info. Dan sialnya tidak ada banyak waktu sebab awal Bulan Februari nanti dia akan datang ke Bandung. Dan tentu saja yang pertama dicarinya adalah mamang batagor yang biasa jualan di belakang kampus ITB.

Melalui surat cinta ini -cinta saya kepada pacar yang cinta pada batagornya mamang- besar harapan saya dapat menemukan mamang batagor sebelum awal bulan nanti. Semoga surat ini dapat tersebar luas khususnya di kalangan mahasiswa-mahasiswi ITB karena ngga tahu mau dikirim kemana lagi, siapa tahu di antara kalian ada yang tahu keberadaan mamang batagor -yang namanya pun tidak ketahui- tolong kabarin saya yah. Terima kasih banyak.


Tertanda
-Batagorlovers-

Ditulis oleh : @ch_evaliana
Diambil dari http://3v4s-mind.blogspot.com

No comments:

Post a Comment