28 January 2013

Kiriman Rindu Untuk Ibu


Bu…
Sengaja waktu malam itu aku masuk ke kamar ibu, hanya ingin melihat ibu saat tertidur pulas, hanya ingin sedikit merapikan selimut ibu yang tidak menutupi kaki.
Dan waktu itu aku juga sengaja mencium kening ibu saat nyamuk mulai membuat ku iri karena lebih dulu menyentuhmu.

Bu…
Harusnya di sepertiga malam itu biasanya kau terbangun untuk sholat tahajud. Biasanya juga kau bangun hanya untuk sekedar pergi ke kamar mandi. Tapi, aku lekas mengerti mengapa kau tak juga bangun. Dengkurmu menandandakan bahwa kau sangat kelelahan. Aku sampai hafal.

Bu…
Sejujurnya aku rindu ketika aku masih bayi. Aku bisa membayangkan, pasti begitu kelelahannya mengurusku. Aku juga bisa membayangkan, betapa merepotkannya aku. Dan, kau sendiri yang merawatku hingga aku bisa mandiri seperti saat ini, tanpa pembantu sekalipun. Ya, walaupun memang semakin dewasa aku juga masih sering merepotkan.
Maaf bu…

Aku juga masih ingat beberapa tahun lalu saat aku masih kelas 1 SD, saat itu ibu sangat marah padaku karena aku sulit untuk mandi sore dan waktu itu Ibu langsung mengguyurku dengan satu teko penuh air teh kepadaku. Aku menangis dan ibu tetap memarahiku. Ibu ingat? Pasti lupa, hehe…

Bu…
Mungkin jika aku tulis semua hal-hal ‘berdosaku’ kepada ibu tak akan ada habisnya. Dan mungkin akan ada banyak kata ‘maaf’ di surat ini. Tapi, satu kata ‘Terimakasih’ ku ini mungkin akan sangat berarti untuk aku sendiri dan ku harap juga untuk Ibu.

Bu…
Terimakasih untuk semuanya, banyak yang tak bisa juga aku sebutkan satu-per-satu hal apa saja yang membuatku bahagia bersama ibu.
Aku pasti akan sangat merindukan ibu, entah sekarang ataupun selamanya. Aku masih akan selalu merindukan ibu, menyayangi ibu, semuanyaaaa dan segalanya!

Bu…
Aku benar-benar mengerti perjuangan Ibu seutuhnya, melalui lirik lagunya Iwan Fals. “…ibuku sayang masih terus berjalan, walau tapak kaki penuh darah penuh nanah…” Dan jujur, setiap aku mendengar lagu tersebut, entah kenapa aku selalu meneteskan air mataku. Aku selalu membayangkan betapa menyesalnya aku jika nantinya aku akan kehilangan Ibu.

Bu…
Di entah berapa lama lagi kita akan hidup, aku akan sangat merindukan, bukan hanya tentang ibu. Tapi semuanya dan segalanya. Dan, aku bisa melihat setiap kelelahan yang terpancar dari raut muka ibu saat tertidur. Aku bisa melihat kekecawaan dari muka ibu saat tahu kalau aku melakukan kesalahan. Dan bodohnya aku yang tak pernah menyadari itu semua.

Bu…
Seandainya aku boleh meminta Tuhan untuk memutar semua waktu yang telah diberi, aku ingin sekali menghapus air mata ibu saat aku melakukan kesalahan. Ah……hanya seandainya.

Bu…
Ibu pernah bilang kalau Ibu ingin sekali naik haji? Aku bangga sekali memiliki Ibu seperti Ibu. Rajin sholat, rajin mengaji, dan suatu saat nanti aku juga ingin sekali mewujudkan cita-cita ibu. Bisa melihat ka’bah, bisa melihat rumah Allah secara langsung. Semoga bisa terwujud ya bu…doakan.

Bu…
Suatu hari nanti, akan aku buat cerita indah tentang ‘Ibu’ kepada anak-anak ku kelak. Betapa irinya mereka nanti bila ku ceritakan semua perjuangan Ibuku selama ini.
Sekali lagi terimakasih yang tak terkira Bu…
Untuk doa-doamu juga yang selalu menyertaiku…

Ini rinduku untuk dirimu…..

-Untuk Ibu dari Anakmu-


Ditulis oleh : @aruuum__ 
Diambil dari http://mynameisarum.tumblr.com

No comments:

Post a Comment