Kepada kak Ika, tukang posku yang baik hati dan selalu menyemangati :)
Kemarin dan hari ini aku sedang dalam suasana nelangsa senelangsa-nelangsanya. Bagi yang bukan orang jawa dan tidak tau apa itu nelangsa, nelangsa adalah rasa sedih tapi yang lebih sedih dari sedih itu sendiri.
Aku tidak mempunyai saudara perempuan atau kakak untuk berbagi cerita. Uhm.. sebenarnya aku punya, tapi aku tidak punya. Ah, sudahlah aku ceritakan tentang dia lain kali. Karena dia penyebab utama aku menunda kuliahku satu tahun. Aku sungguh selalu menahan air mata ketika namanya disebut oleh papa atau mama.
Aku salah. Kali ini aku salah menilai kakak dari kakak kekasihku adalah sang Saudara Perempuan. Namun, ternyata dia adalah sang Saudara Perempuan terjahat untuk adik perempuannya. Karena dia tak mempunyai adik perempuan. Dia tak pernah bisa memahamiku. Hah! Aku sangat membencinya kini! Lucu. Dulu aku ingin seperti dia, seorang ibu dokter sukses dengan satu orang anak yang super cerdas. Tapi mulutnya layaknya mulut harimau yang siap menerkam dan mencabik-cabik hati murnimu.
Siapa? Kini siapa yang bersedia menjadi saudara perempuanku?
Siapa yang akan mendengarkan curhat sedih dan tangisanku kini?
Siapa yang akan menemaniku menonton film horror di kamarku kini?
Siapa yang akan berebut baju pesta ketika mau kondangan bersama kini?
Bersediakah engkau menjadi saudara perempuanku?
Engkau yang sedang membaca tulisanku ini, yang sedang diambang (mungkin) sedih karena aku menulisnya menggunakan sepenuh hati?
Aku merindukan sang Saudara Perempuan.
Maukah kau mencarikannya satu untukku?
Tak apa. Tak harus cantik. Yang penting asik.
Tak apa. Tak harus kaya. Yang penting bersedia mendengar cerita.
Tak apa. Tak harus sukses. Yang penting tidak pelit seperti kakak tak dianggap-nya aku.
Bersedikah engkau, kak? :’)
Sabtu, 26 Januari 2013, sendirian di ruang tamu,
Yang merindukan sang Saudara Perempuan, Sekar A.L.
Kemarin dan hari ini aku sedang dalam suasana nelangsa senelangsa-nelangsanya. Bagi yang bukan orang jawa dan tidak tau apa itu nelangsa, nelangsa adalah rasa sedih tapi yang lebih sedih dari sedih itu sendiri.
Aku tidak mempunyai saudara perempuan atau kakak untuk berbagi cerita. Uhm.. sebenarnya aku punya, tapi aku tidak punya. Ah, sudahlah aku ceritakan tentang dia lain kali. Karena dia penyebab utama aku menunda kuliahku satu tahun. Aku sungguh selalu menahan air mata ketika namanya disebut oleh papa atau mama.
Aku salah. Kali ini aku salah menilai kakak dari kakak kekasihku adalah sang Saudara Perempuan. Namun, ternyata dia adalah sang Saudara Perempuan terjahat untuk adik perempuannya. Karena dia tak mempunyai adik perempuan. Dia tak pernah bisa memahamiku. Hah! Aku sangat membencinya kini! Lucu. Dulu aku ingin seperti dia, seorang ibu dokter sukses dengan satu orang anak yang super cerdas. Tapi mulutnya layaknya mulut harimau yang siap menerkam dan mencabik-cabik hati murnimu.
Siapa? Kini siapa yang bersedia menjadi saudara perempuanku?
Siapa yang akan mendengarkan curhat sedih dan tangisanku kini?
Siapa yang akan menemaniku menonton film horror di kamarku kini?
Siapa yang akan berebut baju pesta ketika mau kondangan bersama kini?
Bersediakah engkau menjadi saudara perempuanku?
Engkau yang sedang membaca tulisanku ini, yang sedang diambang (mungkin) sedih karena aku menulisnya menggunakan sepenuh hati?
Aku merindukan sang Saudara Perempuan.
Maukah kau mencarikannya satu untukku?
Tak apa. Tak harus cantik. Yang penting asik.
Tak apa. Tak harus kaya. Yang penting bersedia mendengar cerita.
Tak apa. Tak harus sukses. Yang penting tidak pelit seperti kakak tak dianggap-nya aku.
Bersedikah engkau, kak? :’)
Sabtu, 26 Januari 2013, sendirian di ruang tamu,
Yang merindukan sang Saudara Perempuan, Sekar A.L.
oleh @sekarrlaras
diambil dari http://wanitasetengahedan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment