24 January 2013

Wanita Yang Luar Biasa


Untuk wanita tercantik dan terbaik yang pernah ada,
Ibu.

Sejenak seluruh raga berhenti melakukan aktifitasnya. Hanya perasaan bersalah dan rindu yang aku rasakan, entah apa yang terjadi. Saat seperti ini sangat jarang menghampiri, bahkan akal sehat pun tak kuasa membantu. Hingga pada akhirnya aku merenung sembari memejamkan mataku dan seketika air mata terjatuh dengan derasnya. 

Setika aku merindukan seseorang yang telah memberikanku kesempatan untuk merasakan keindahan semesta dan kehebatan kekuatan cinta. Sosok yang selalu rela menghabiskan cintanya untuk dibagi, tapi tak pernah mengharapkan apapun. Gambaran seorang bidadari dengan gaun putih nan anggun tergambar jelas diwajahnya. Dia yang tak pernah menyerah memperjuangkan anak-anaknya sekalipun dengan tubuh yang lelah. Dia yang selalu tersenyum meski sakit sedang memukul-mukul tubuhnya. Rela menguras keringat dan menyembunyikan air mata demi masa depan buah hatinya. Ahh, betapa hebatnya Tuhan menciptakan sosok setulus itu. Tak salah bila ada pepatah yang mengatakan "Surga ditelapak kaki Ibu."

Ibu, jika aku harus menuliskan seluruh kebaikan yang sudah engkau berikan, aku membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, surat ini pasti menjadi begitu panjang. Begitu mulia dan tulus semua yang sudah engkau berikan selama ini, maafkan aku bila sampai saat ini belum sempat membalasnya. Aku berjanji, suatu saat nanti engkau akan berdiri dengan tegak sambil mengusap air mata melihat anakmu ini menjadi orang hebat. Aku berjanji. Aku tau engkau selalu memberikan yang terbaik untukku, tapi sesekali ijinkan aku yang melakukannya. Aku ingin memberikan yang terbaik yang aku bisa untukmu. Sekalipun mungkin itu tak sebanding dengan apa yang telah engkau berikan, tapi setidaknya aku akan berusaha.

Ibu, terimakasih untuk semua semangatmu selama ini yang membantuku bertumbuh. Terimakasih untuk semua anugerah yang engkau turunkan untukku dan terimakasih untuk semua rasa yang tak orang lain bisa berikan. Terimakasih. Tak terasa air mataku sudah mulai membasahi pipi ini, entah kapan datangnya. Mungkin sebaiknya aku sudahi saja surat ini, sebelum mataku memerah dan rasa rindu ini menjadi semakin menggebu-gebu. Sekali lagi terimakasih, engkau akan selalu menjadi wanita pertama yang ada dihati ini, sampai kapan pun. Simpanlah suratku ini dan ingatkan aku bila dikemudian hari aku menjadi anak yang membangkang dan mulai lupa dengan janji-janjiku. At least but not last, thank you for everything. I Love You, Mom. Really.

Dari anak sulungmu yang sedang merantau,
-W. F. Giovanni Eldi Anggasta-



Ditulis oleh : @GiovanniEldi
Diambil dari http://giovannieldi.blogspot.com

No comments:

Post a Comment