24 January 2013

Surat Tanpa Alasan

Kepada Ican, cinta di seberang rumah.

Hai. Ketika kamu membaca suratini mungkin kamu akan terkejut setengah mati karena kita tidak berada dalam posisi yang memungkinkan. Entahlah. Sebetulnya aku tidak begitu menginginkan kamu, hanya saja kamu ada di jajaran listku untuk kutulisi surat cinta karena hanya ingin kamu sekedar mengetahui aku pernah memiliki rasa untuk memiliki kamu.

Secara silsilah memang kita masih terhitung saudara, tetapi secara aliran darah kita tidak berhubungan dan tidak mengaliri darah yang sama. Karena Tanteku menikahi Ommu, jadi sebetulnya ini cukup legal. Tapi kata ‘ini’ pun aku tidak tahu maknanya. Aku hanya sempat menyukai kamu satu kali. Tidak serius dan hanya sesaat. Mungkin pemikiran itu hanya bertahan satu jam karena tidak pernah ikut sampai kubawa tidur.

Hanya saja aku suka dulu, ketika kita masih kecil, aku suka bermain bersama kamu. Suka mendatangi rumah kamu bersama sepupuku yang laki-laki dan aku ingat aku dan sepupumu yang masih kecil yang perempuan karena sisanya laki-laki. Aku suka datang dan bermain dengan kamu di atas pohon rambutan kamu. Menyaksikan kamu bermain PS bersama sepupuku dan menonton kamu disuapi dan akan menangis jika tidak disuapi oleh Mama kamu. Aku suka saat-saat kecil dulu. Saat kita bermain bersama dulu.

Betapa anehnya bertahun-tahun sudah berlalu dan kita sudah tumbuh besar. Tidak seakrab ketika kecil dulu. Tidak bisa bermain bersama seperti ketika kecil dulu. Kamu sudah tinggi besar dan aku juga sudah besar. Kamu tidak lagi secengeng dulu, dan aku sudah tidak bisa lagi menonton kamu menangis. Kita hanya saling berkunjung satu sama lain di hari Idul Fitri dan betapa anehnya melihat kamu yang sudah mulai dewasa. Rasa di dalam hatiku tidak ada yang berubah sebetulnya, tetapi melihat kamu sudah dewasa aku menyadari bahwa kita tidak bisa bermain bersama seperti dulu lagi.

Bagaimana kuliah kamu? Hubungan kamu dengan pacar kamu? Baik-baik saja. Semoga. Karena aku tidak tahu kenapa aku menulis surat ini, kusudahi saja ya. Kamu baik-baik ya menjalani hidup. Berusaha sekuat mungkin menjadi dewasa dan menjadi laki-laki kebanggaan Papa kamu, bukan jadi pria cengeng yang akan menangis jika tidak disuapi Mamamu. Baik-baik dengan pacarmu, masa depanmu. Nanti kalau sempat kita bertemu dan bercerita mengenang masa kecil kita dulu. Bagaimanapun juga kita masih keluarga tahu, tidak ada salahnya bertemu dan mengobrol sesekali. Meski kamu sudah jauh.

Kepada Ican, mungkin aku tahu mengapa aku menulissurat ini. Karena kamu pernah mengisi pikiranku satu-dua kali—tak lebih loh—di beberapa malam. Hanya penasaran sih bagaimana kehidupan kamu sekarang. Tapi sudahlah, toh kalau ada izinNya aku mungkin akan bisa tahu bagaimana kehidupan kamu selama ini.

With Love,

Anjani


Oleh @anjanif
Diambil dari http://anjanif.tumblr.com

No comments:

Post a Comment