Hai kamu. Ya kamu. Lelaki yang akan menjadi suamiku nanti. Apa kabarnya dirimu? Tuhan pastilah terlalu sayang padamu, sehingga Ia sepertinya enggan melepasmu. Ia masih memegangmu erat dalam tangan perkasaNya, dan belum juga mengantarmu kepadaku.
Dear kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti. Sebelum nanti kamu akhirnya di lepas olehNya untuk bertemu denganku, aku hanya ingin memberimu beberapa klu. Tak susah sama sekali untuk mengerti aku, kamu tak juga perlu bersusah payah merubah dirimu menjadi seperti ini atau itu. Karena aku yakin, Tuhan telah mempersiapkan dirimu sebaik-baiknya untuk menjadi imamku.
Hanya beberapa hal yang kamu perlu tahu. Pertama, aku tidaklah cantik, sehingga tak mungkin bagimu menjadikanku pajangan layaknya boneka porselen. Tapi aku berjanji, akan menjadi sebaik-baiknya diriku, sehingga kau pun tak perlu malu, saat menggandengku, dan mengenalkanku kepada rekan dan kolegamu bahwa aku adalah wanita yang kau pinang sebagai istrimu, dan akulah permaisuri yang bertahta di hatimu. Tolong banggakan aku.
Kedua, aku bukanlah pemasak handal, tapi aku berjanji, aku akan menjadi koki terhebat yang akan memanjakan lidahmu, dari masakan yang aku siapkan sendiri untukmu, meski mungkin nanti akan terasa sedikit asin, atau terkadang kurang garam, sesekali terlalu pedas, di lain kali terlalu hambar.Berbohonglah sesekali padaku, seolah masakanku adalah makanan terenak di dunia, setelah masakan Ibumu.
Ketiga, aku bukanlah asisten rumah tangga, aku tak pandai mencuci baju, menyetrika, menyapu, dan mengepel. Tapi aku berjanji, dari tangankulah bajumu untuk berangkat kantor akan disiapkan dan sepatumu akan disemir. Dari tangaku jugalah yang akan merapikan dasimu yang sedikit miring, dan tanganku juga yang akan mengurusi rumah kita, sehingga menjadi istana terindah untuk kita tempati, dan kau akan betah berada di rumah. Bantu aku, untuk tidak memporak-porandakannya ya.
Keempat, aku mungkin juga bukan wanita terpilih untuk menjadi seorang Ibu. Tapi saat nanti aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengandung anakmu, aku berjanji akan menjadi Ibu terbaik, yang akan membesarkan dan mendidiknya dengan bantuanmu sebagai pelengkap yang sempurna. Ajari aku, bagaimana harus memerankan keduanya sekaligus, Istri buatmu, dan Ibu untuk anakmu.
Kelima, dan ini yang terakhir. Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, aku mungkin bukan wanita yang akan berdiam diri di rumah, membiarkan suaminya bekerja. Aku mohon izin padamu untuk tetap membiarkanku bekerja, bukan karena aku tak menghargaimu sebagai suamiku nanti. Aku hanya ingin meringankan bebanmu, aku ingin menjadi istri yang tetap mengerti perkembangan zaman hingga aku bisa menjadi partner terhebatmu dalam dunia kerjamu, dan dalam bahtera yang kita bangun untuk mengarungi rumah tangga. Tolong beri kesempatan untukku untuk terus menimba ilmu hidup denganmu di sampingku.
Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, mungkin di surat ini aku terlalu cerewet, tapi semua ini aku lakukan karena aku ingin mempersiapkan yang terbaik untukmu saat Tuhan mengantarmu ke hadapanku suatu hari nanti. Agar kau mengerti, betapa wanita yang akan kau nikahi ini terlihat tangguh di luarnya, tapi kau akan segera tahu, itu hanya cangkang penutup kerapuhan yang ada di dalamnya.
Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, tolong bimbing aku, berjalanlah sedikit didepanku, namun tetap dekatkan aku pada rusukmu, dan lindungi aku dalam dekap tangan kekarmu. Karena aku bukan budakmu, aku bukan juga tuanmu, aku adalah wanita yang Tuhan telah persiapkan untuk menjadi pendampingmu. Menjadi makmummu.
Hai kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, tolong bilang pada Tuhan, aku menunggumu.
Salam manis, dari wanita yang akan menjadi istrimu nanti.
Dear kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti. Sebelum nanti kamu akhirnya di lepas olehNya untuk bertemu denganku, aku hanya ingin memberimu beberapa klu. Tak susah sama sekali untuk mengerti aku, kamu tak juga perlu bersusah payah merubah dirimu menjadi seperti ini atau itu. Karena aku yakin, Tuhan telah mempersiapkan dirimu sebaik-baiknya untuk menjadi imamku.
Hanya beberapa hal yang kamu perlu tahu. Pertama, aku tidaklah cantik, sehingga tak mungkin bagimu menjadikanku pajangan layaknya boneka porselen. Tapi aku berjanji, akan menjadi sebaik-baiknya diriku, sehingga kau pun tak perlu malu, saat menggandengku, dan mengenalkanku kepada rekan dan kolegamu bahwa aku adalah wanita yang kau pinang sebagai istrimu, dan akulah permaisuri yang bertahta di hatimu. Tolong banggakan aku.
Kedua, aku bukanlah pemasak handal, tapi aku berjanji, aku akan menjadi koki terhebat yang akan memanjakan lidahmu, dari masakan yang aku siapkan sendiri untukmu, meski mungkin nanti akan terasa sedikit asin, atau terkadang kurang garam, sesekali terlalu pedas, di lain kali terlalu hambar.Berbohonglah sesekali padaku, seolah masakanku adalah makanan terenak di dunia, setelah masakan Ibumu.
Ketiga, aku bukanlah asisten rumah tangga, aku tak pandai mencuci baju, menyetrika, menyapu, dan mengepel. Tapi aku berjanji, dari tangankulah bajumu untuk berangkat kantor akan disiapkan dan sepatumu akan disemir. Dari tangaku jugalah yang akan merapikan dasimu yang sedikit miring, dan tanganku juga yang akan mengurusi rumah kita, sehingga menjadi istana terindah untuk kita tempati, dan kau akan betah berada di rumah. Bantu aku, untuk tidak memporak-porandakannya ya.
Keempat, aku mungkin juga bukan wanita terpilih untuk menjadi seorang Ibu. Tapi saat nanti aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengandung anakmu, aku berjanji akan menjadi Ibu terbaik, yang akan membesarkan dan mendidiknya dengan bantuanmu sebagai pelengkap yang sempurna. Ajari aku, bagaimana harus memerankan keduanya sekaligus, Istri buatmu, dan Ibu untuk anakmu.
Kelima, dan ini yang terakhir. Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, aku mungkin bukan wanita yang akan berdiam diri di rumah, membiarkan suaminya bekerja. Aku mohon izin padamu untuk tetap membiarkanku bekerja, bukan karena aku tak menghargaimu sebagai suamiku nanti. Aku hanya ingin meringankan bebanmu, aku ingin menjadi istri yang tetap mengerti perkembangan zaman hingga aku bisa menjadi partner terhebatmu dalam dunia kerjamu, dan dalam bahtera yang kita bangun untuk mengarungi rumah tangga. Tolong beri kesempatan untukku untuk terus menimba ilmu hidup denganmu di sampingku.
Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, mungkin di surat ini aku terlalu cerewet, tapi semua ini aku lakukan karena aku ingin mempersiapkan yang terbaik untukmu saat Tuhan mengantarmu ke hadapanku suatu hari nanti. Agar kau mengerti, betapa wanita yang akan kau nikahi ini terlihat tangguh di luarnya, tapi kau akan segera tahu, itu hanya cangkang penutup kerapuhan yang ada di dalamnya.
Untuk kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, tolong bimbing aku, berjalanlah sedikit didepanku, namun tetap dekatkan aku pada rusukmu, dan lindungi aku dalam dekap tangan kekarmu. Karena aku bukan budakmu, aku bukan juga tuanmu, aku adalah wanita yang Tuhan telah persiapkan untuk menjadi pendampingmu. Menjadi makmummu.
Hai kamu, lelaki yang akan menjadi suamiku nanti, tolong bilang pada Tuhan, aku menunggumu.
Salam manis, dari wanita yang akan menjadi istrimu nanti.
oleh @si_kura
diambil dari http://lycheeicedtea.tumblr.com
No comments:
Post a Comment