24 January 2013

Tuan, apa kabar?

Pagiku telah di sabotase hujan, seolah ia yang memiliki kuasa atas semesta.
Matahari nampak terpenjara dalam guratan mendung yang membabi buta.
Tuan, apa kabar?
Saya harap Tuan tak lantas surut semangat. Saya telah menitipkan rindu melalui
angin semalam, apakah Tuan merasakannya? Jika iya, berarti angin tidaklah salah
tujuan.
Tuan..
Sempatkah Tuan berfikir akan ‘takdir’? Seperti misalnya, saya mencintai
Tuan atas dasar takdir. Atau juga misalnya, selama ini Tuan adalah takdir saya? Oh,
atau mungkin Tuhan mengirimkan takdir saya melalui Tuan? Dan jika memang takdir,
maka di takdir manapun nantinya ‘kita’ pasti akan di pertemukan. Begitu seharusnya
bukan?
Hahaha… Konyol. Seharusnya saya tidak perlu melebih-lebihkan, bahkan Tuan saja
juga pasti tidak akan memikirkan sejauh itu bukan? Tapi satu hal, sejujurnya
saya selalu rindu dengan Tuan, entah angin apa yang membuat saya merasakan ini.
Dan karena jarak-lah rindu semakin memberontak. Bahkan, rindu seolah dirancang
sedemikian rupa supaya bertarung dengan jarak yang terlampaui hebat.
Tuan, mencintai anda menjadikan saya berkaca pada kesabaran. Semudah dan
sesulit apapun asal di dasari keikhlasan. Saya percaya Tuhan Maha Kuasanya.
Tuan… ini rindu saya sekali lagi untuk anda. Masih anda. Anda. Dan Anda.


Oleh @aruuum__
Diambil dari http://mynameisarum.tumblr.com

No comments:

Post a Comment