BERTEMU!
Di
antara tumpukan-tumpukan perasaan, 22 Januari 2013
Teruntuk
Indri,
yang
selalu total dalam mencintai seseorang.
Terkadang,
berbuat sesuatu yang terbilang berlebihan, membuat kita merasa bodoh di hadapan
diri sendiri. Namun bukankah tak perlu menjadi pintar dalam segala sesuatu, In?
Itulah
yang seringkali aku takutkan, In. Ketika waktu menurut kita terlalu
terburu-buru atau bahkan terlambat bagi Tuhan. Atau mungkin semesta hanya ingin
mengetahui sampai di batas mana kamu sanggup menanti. If it’s meant to be, then
it will be kan, In? If it isn’t meant to be, no matter how hard we try, it just
won’t be. Terkadang aku ingin menjadi seseorang yang mengerti dengan baik
maksud Tuhan. Agar aku tahu apa yang semestinya aku lakukan. Tapi tenanglah,
In. Tuhan mengerti dengan baik perasaannmu kali ini.
Pertanyaanmu,
In. Aku kemudian senyam-senyum kecil mengingat kejadian kemarin. Dari awal, aku
sengaja tidak ingin membuat beragam rencana dan kemungkinan. Karena persis
seperti perkataanmu, In: “Terkadang sesuatu yang terlampau direncanakan, justru
tidak menjadi kenyataan.” Padahal malam harinya aku sudah mempersiapkan dengan
baik apa yang mungkin akan terjadi di esok hari. Lalu aku kembali teringat
untuk menyerahkan segala sesuatunya pada konspirasi semesta, tanpa perlu
mengkhayal begitu lama.
Singkat
kata, kami bertemu, In. Bahkan, aku tidak perlu mencari-carinya, sebab ia telah
duduk manis di tempat kami pertama kali bertemu. Meski aku masih belum berani
menatap kedua matanya yang memperhatikan langkah demi langkahku. Aku salah
tingkah, In. Aku memainkan ponsel entah untuk apa, mendengarkan lagu entah lagu
apa. Meski tidak ada di antara kami yang mulai maju duluan, tapi aku begitu
menikmati getaran-getaran kecil dalam hati, bahkan saat kami sama-sama sibuk
dalam dunia masing-masing. Sebegitu mudahnya Tuhan membahagiakanku ya, In? :”)
Mungkin, entah kapan, aku ingin datang lagi ke sana, tanpa dalih ingin bertemu
dengan teman. Mungkin, kami akan memulai percakapan. Mungkin, kami akan saling
kenal. Mungkin.
Duh,
In. Ini apalagi? Baiklah, sampaikan kembali salamku pada Manu. Jangan lupa
untuk menceritakan yang baik-baik tentangku, ya. *dijewer Tuhan* xD
Dari
yang sedang belajar untuk menikmati kopi,
Esti.*
xD
Oleh: @estipilami untuk
@idrchi
Diambil dari:
http://estipilami.tumblr.com/
---
Pilihanmu
Bandung, Januari hari dua puluh tiga,
2013
Teruntuk,
Esti
yang sebentar lagi jadi pecinta kopi
Hai, kamu..
Kubaca dari suratmu sepertinya kakimu
sudah hampir sepenuhnya terlepas dari jerat masa lalu ya, Ti? Aku turut senang
mendengarnya. :’)) Memang terkadang Tuhan memberi serangkaian kejadian baik
bagi orang-orang baik. Kamu, contohnya. Ada baiknya kamu nikmati betul
saat-saat ini. Sebab tak ada PDKT yang tak menyenangkan. :’3
Telah kusampaikan pesanmu pada Manu.
Lalu, sambil menahan senyum, ia berkata bahwa ia menantikan kamu datang ke
rumahku. Bila perlu, akan ia suguhkan kopi untukmu. Bisa kamu bayangkan
bagaimana ekspresiku menahan tawa ketika mendengarnya. X)
Hemm.. Kurasa kalian cocok, Ti.
Barangkali, Manu bisa menjadi salah satu pertimbangan kamu dalam mencari sumber
bahagia, kelak. Aku hanya bertugas mendoakan dan membantu membuka jalannya. :p
Yang perlu kamu tahu, Ti, aku selalu
mendukung pilihan kamu. Entah kamu memilih si masa lalu, si lelaki kopi, atau
sepupuku Manu. Apa saja asal kamu bahagia.
Oh ya, dua minggu lagi kakak sulungku
bertunangan. Atas nama beliau, aku ingin bertanya. Mungkinkah kiranya kamu
mampir sebentar ke kediaman kami sekeluarga? Sudah cukup lama juga kamu tidak
main ke sini. Kutunggu kabar baik darimu ya, Ti.
yang sedang tak mau membahas perihal
isi hatinya sendiri,
Indri.
Surat balasan dari @idrchi untuk @estipilami
Diambil dari:
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment