24 January 2013

Dari Jauh Untuk Yang Jauh

Untuk kamu yang kucintai walau jauh,

 

A = pa kabar kamu disana? Ah, kamu. Setelah sekian lama, kamu masih bisa membuatku jatuh cinta setengah mati padamu. Selalu. Masih sama mempesona seperti dulu, kan?

K = amu pasti langsung tahu kalau menerima surat ini, bahwa aku orang yang sama. Orang yang sama yang mengirimimu surat kaleng beberapa bulan lalu. Yang memberikanmu berpuluh sajak dan puisi setiap pagi untuk menemanimu sarapan pagi.

U = ntukmu, pernah ku layangkan sajak dan puisi cinta yang berisi ungkapan perasaanku padamu. Tentu tidak bernama. Misterius. Aku terlalu pengecut untuk mengakui secara terbuka bahwa aku sudah mencintaimu sejak dulu. Setelah bertahun-tahun lebih aku mencinta diam-diam, baru beberapa bulan lalu kuberanikan diri mengungkapkan perasaan. Itupun tanpa nama.



S = elama itu, ah, tentu kamu masih ingat. Kamu terus-menerus memberondongku dengan pertanyaan, “kamu siapa?”. Haha. Aku berkeras menyembunyikan identitasku. Kamu sudah punya pacar. Bila kubuka identitas, aku takut dicap sebagai pengganggu hubungan orang. Namun tak urung kamu mengagumi puisi dan sajakku.

A = ku terkikik geli disini saat membaca tweet-tweet dan personal message BBM mu yang mengutip untaian sajakku untukmu. Ah, ternyata kamu penikmat kata indah. Aku tersenyum senang saat kamu minta dikirimi sajak lagi dan lagi, meski kamu tidak tahu siapa aku saat itu.

Y = ah, tapi ternyata aku tak bisa menahan rahasia lama-lama. Baru sebulan aku menikmati peranku sebagai secret admirer, aku sudah membuka identitasku. Ini karena rasa penasaranmu begitu tinggi dan menyatakan tidak akan mau berhubungan dengan orang yang tidak kamu ketahui siapa. Terpaksa aku membuka jati diri.

A = ku terpana dan sangat kagum  ketika kau menanggapinya dengan luar biasa jantan. Kamu memberiku selamat karena berhasil menunjukkan keberanian yang bahkan kamu saja tidak punya untuk menyatakan cinta. Kamu bahkan akan berjanji akan menemuiku bila berkunjung ke kotaku. Hanya sekadar bertemu, tentu.

N = amun, sejak itu aku tidak berani lagi menghubungimu. Aku berhenti mengirimkan untaian kata yang kau suka, bahkan sekadar ucapan selamat pagi. Aku takut kamu sudah kehilangan minat pada sajak yang kubuat karena asyiknya menebak siapa-si-penggemar-misterius sudah hilang.

G = emuruh di dadaku bahkan masih terasa sampai sekarang. Menyesalkan diri. Mengapa aku terlalu cepat membuka diri. Dengan begini aku kehilangan kesempatan untuk bisa menyapamu dan sekadar mengirimkan sebaris kata penyampai rindu.



K = amu sudah kuberi tahu kan? Bahwa aku sudah mencintaimu bahkan sejak kamu belum menyatakan cinta pada pacarmu yang sekarang. Aku sudah mencintaimu sejak kamu masih berada dalam hubungan cinta rumit dengan pacarmu yang dulu.

A = ku berharap, ketika kamu akhirnya mengakhiri hubungan dengan pacarmu terdahulu, aku akhirnya punya keberanian untuk mengungkapkan cinta. Nyatanya tidak. Aku hanya diam. Aku hanya mengamati. Dan akhirnya menderita dalam sunyi saat kamu berpacaran lagi dengan yang lain. Kesempatanku sudah lewat.

M = ungkin takdir telah merajut sendiri benangnya. Namun aku berdoa dan berharap bahwa dalam satu persimpangan akhirnya jalan hidup kita bisa dipertemukan. Bila saat itu tiba, aku berjanji padamu bahwa aku tidak akan seperti mereka yang pernah mengisi hidupmu dan mengecewakanmu di akhir.

U = ntuk saat ini, biarkanlah aku membangun ulang kenyataan dengan mengajak semesta berkonspirasi untuk menyatukan kamu dan aku. Ku doakan juga pacarmu agar mendapat pengganti yang lebih baik. Sekarang ini, dalam heningku, kukirimkan ini dari jauh. Karena aku selalu mencintaimu walau jauh.





Salam sayang,

Dia yang tidak tahu bagaimana harus menyampaikan ini



oleh @sneaking_jeans
diambil dari http://menyingsingfajar.wordpress.com

No comments:

Post a Comment