Entah sudah berapa lama kita terakhir berjumpa, karena ternyata sulit
bagiku untuk mengingatnya. Bukan karena ingin melupakanmu,
menenggelamkanmu dalam kenangan pahit masa lalu. Tapi memang kisah itu
sudah berlalu, semenjak kamu tidak lagi mau mengerti dan menemaniku. Dan
sejak itu pula, perlahan kita sudah semakin jarang bahkan untuk saling
memberi kabar.
Sampai akhirnya tiba pada suatu hari dimana aku menemukan sebuah pesan dalam seluler yang mengatakan bahwa pernikahanmu akan segera dilangsungkan. Tak selang berganti bulan, tiba juga surat undangan dihadapanku. Yah, aku tahu memang sudah waktunya kamu menemukan orang yang akan selalu menemanimu. Sudah sampai pada masanya kamu menghabiskan waktumu dengan orang yang benar-benar menyayangimu.
Sampai akhirnya tiba pada suatu hari dimana aku menemukan sebuah pesan dalam seluler yang mengatakan bahwa pernikahanmu akan segera dilangsungkan. Tak selang berganti bulan, tiba juga surat undangan dihadapanku. Yah, aku tahu memang sudah waktunya kamu menemukan orang yang akan selalu menemanimu. Sudah sampai pada masanya kamu menghabiskan waktumu dengan orang yang benar-benar menyayangimu.
Hari itu pun tiba, ketika aku memasuki sebuah aula luas bernuansa
eropa berbalutkan nuansa putih yang didalamnya terdapat sebuah panggung
penuh bunga mawar putih kesukaanmu. Ada sebuah singgasana besar di
panggung dalam ruangan itu. Singgasana itu berisikan seorang pria dengan
jas putih dan seorang perempuan bergaun putih yang tak lain adalah
kamu. Kalian adalah pasangan raja dan ratu sehari yang menjadi pusat
perhatian pada pesta itu. Di mana semua tamu berdoa untuk kebaikan dan
kebahagiaanmu dan pasanganmu.
Lalu tiba saat bagi para tamu untuk bersalaman denganmu dan mempelai
priamu. Tiba juga saat ketika aku harus bersalaman denganmu. Sekilas
terlihat senyum yang tersungging dibibirmu ketika membalas ucapan
selamat dariku. Tapi dalam tempo sepersekian detik, aku tak melihat
senyum yang sama di dalam sorot matamu. Dan aku hanya bisa bertanya,
mengapa?
Kemudian akhirnya beberapa orang yang berkerumun disekitarku mulai
bercerita tentang pasangan pengantin, tentang kalian. Sebagai objek masa
lalu, aku hanya terdiam memperhatikan dengan seksama untuk memperoleh
data yang bisa menjawab pertanyaan dalam hatiku. Akhirnya aku tahu, ada
satu hal yang berbeda pada kehidupan kalian berdua. Sebuah perbedaan
yang besar yang terpaksa untuk disatukan.
Kenyataan itu seolah menamparku. Membawaku pada masa kita berpisah. Masa yang aku sisipkan dengan beberapa nasihat yang rupanya tidak mempan untuk kondisi yang sedang kamu hadapi. Aku juga tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kalian hadapi sehingga kamu sampai bisa mengambil sebuah keputusan yang berani. Bahkan dalam keputusan itu, kamu berani mempertaruhkan semua yang ada di dalam hidupmu.
Ah, tiba-tiba saja aku ingat bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah kepingan masa lalu yang pernah sama-sama belajar tentang kebersamaan dan secuil kasih sayang yang dibalut euphoria jiwa muda. Atas semua yang pernah kita jalani, aku hanya bisa berkata “Selamat dan berusahalah untuk selalu berbahagia” karena apa yang telah kalian pertaruhkan sungguh sayang jika bahagia itu tak diterima.
Singkat saja dariku, semoga kalian selalu berusaha untuk bahagia.
Oleh @afiefolks
Diambil dari http://afiefolks.tumblr.com
No comments:
Post a Comment