24 January 2013

Kepadamu Pengantin Berwajah Sendu

Entah sudah berapa lama kita terakhir berjumpa, karena ternyata sulit bagiku untuk mengingatnya. Bukan karena ingin melupakanmu, menenggelamkanmu dalam kenangan pahit masa lalu. Tapi memang kisah itu sudah berlalu, semenjak kamu tidak lagi mau mengerti dan menemaniku. Dan sejak itu pula, perlahan kita sudah semakin jarang bahkan untuk saling memberi kabar.

Sampai akhirnya tiba pada suatu hari dimana aku menemukan sebuah pesan dalam seluler yang mengatakan bahwa pernikahanmu akan segera dilangsungkan. Tak selang berganti bulan, tiba juga surat undangan dihadapanku. Yah, aku tahu memang sudah waktunya kamu menemukan orang yang akan selalu menemanimu. Sudah sampai pada masanya kamu menghabiskan waktumu dengan orang yang benar-benar menyayangimu.

Hari itu pun tiba, ketika aku memasuki sebuah aula luas bernuansa eropa berbalutkan nuansa putih yang didalamnya terdapat sebuah panggung penuh bunga mawar putih kesukaanmu. Ada sebuah singgasana besar di panggung dalam ruangan itu. Singgasana itu berisikan seorang pria dengan jas putih dan seorang perempuan bergaun putih yang tak lain adalah kamu. Kalian adalah pasangan raja dan ratu sehari yang menjadi pusat perhatian pada pesta itu. Di mana semua tamu berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaanmu dan pasanganmu.

Lalu tiba saat bagi para tamu untuk bersalaman denganmu dan mempelai priamu. Tiba juga saat ketika aku harus bersalaman denganmu. Sekilas terlihat senyum yang tersungging dibibirmu ketika membalas ucapan selamat dariku. Tapi dalam tempo sepersekian detik, aku tak melihat senyum yang sama di dalam sorot matamu. Dan aku hanya bisa bertanya, mengapa?

Kemudian akhirnya beberapa orang yang berkerumun disekitarku mulai bercerita tentang pasangan pengantin, tentang kalian. Sebagai objek masa lalu, aku hanya terdiam memperhatikan dengan seksama untuk memperoleh data yang bisa menjawab pertanyaan dalam hatiku. Akhirnya aku tahu, ada satu hal yang berbeda pada kehidupan kalian berdua. Sebuah perbedaan yang besar yang terpaksa untuk disatukan.

Kenyataan itu seolah menamparku. Membawaku pada masa kita berpisah. Masa yang aku sisipkan dengan beberapa nasihat yang rupanya tidak mempan untuk kondisi yang sedang kamu hadapi. Aku juga tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kalian hadapi sehingga kamu sampai bisa mengambil sebuah keputusan yang berani. Bahkan dalam keputusan itu, kamu berani mempertaruhkan semua yang ada di dalam hidupmu.

Ah, tiba-tiba saja aku ingat bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah kepingan masa lalu yang pernah sama-sama belajar tentang kebersamaan dan secuil kasih sayang yang dibalut euphoria jiwa muda. Atas semua yang pernah kita jalani, aku hanya bisa berkata “Selamat dan berusahalah untuk selalu berbahagia” karena apa yang telah kalian pertaruhkan sungguh sayang jika bahagia itu tak diterima.

Singkat saja dariku, semoga kalian selalu berusaha untuk bahagia.


Oleh @afiefolks
Diambil dari http://afiefolks.tumblr.com

No comments:

Post a Comment