Surat Singkat
Kepada Salsa,Sal, setelah membaca suratmu aku jadi membuka kembali foto-foto lama kita. Ternyata, banyak sekali ya rupa-rupa kenangan kita. Doaku, semoga jarak-jarak kita segera tergulung, Sal.
Pulau Rote sendiri lebih indah daripada apa yang kudengar selama ini dari kebanyakan orang. Pasir pantainya yang putih, air lautnya yang biru jernih, ah pokoknya pulau Rote ini terlalu indah untuk kunikmati seorang diri. Kemarilah Sal jika ada waktu dan aku jamin kau takkan menyesal.
Aku senang Sal mendengar kini ada seseorang yang mampu menarik hatimu, semoga nasib baik mempersatukan kalian ya, supaya ada yang menjagamu dan melindungimu di sana. Aku mengerti Sal, tapi bukankah sekarang keadaannya sudah cukup berbeda?
Maaf Sal, aku harus sudahi dahulu suratku. Semalam penyakit maagku kumat dan aku disuruh banyak-banyak istirahat oleh dokter. Tanganku sudah terlampau lemas menulis surat balasan ini sembari tangan satunya memegang perut yang sedari sakit minta ampun.
PS: Aku sudah kirimkan vitaminnya ya bersamaan dengan surat ini, minumlah secara rutin seperti biasanya. Beritahu aku jika hendak habis ya, aku akan selalu mengirimkannya untukmu.
Dari,
Adit.
Oleh @merelakan untuk @shcl
Diambil dari adityadaniel.com
---
Surat balasan @shcl untuk @merelakan
Aku Tetap Sama
Kepada Adit,
Semalam aku tidur larut lagi Dit, namun aku malah terbangun bahkan sebelum matahari terbit di ufuk timur. Sulit bagiku untuk berhenti mengkhawatirkanmu, apalagi setelah membaca suratmu.
Dit, biasakan makan yang teratur dan tidur yang cukup ya? Sekarang di sana tidak ada aku yang akan cerewet memarahimu karena tak kunjung menutup mata dan mengistirahatkan raga. Kali lain kamu berkirim surat denganku, berjanjilah kamu sudah sembuh. Kiriman vitamin darimu sudah sampai. Terima kasih ya, Dit. Aku janji akan rajin meminumnya.
Betapa aku ingin berada di sana bersamamu sekarang. Seandainya punya cukup keberanian, aku mungkin sudah kabur untuk melepas penat beberapa hari di sana, tapi jadwalku padat dan aku lebih takut ketahuan lalu tertangkap. Iya, jauh pun aku masih takut dengan kedua orang tuaku yang amarahnya sering membuatku menangis dipelukmu dulu.
Ah Dit, keadaan memang sudah berbeda, namun aku tetaplah sama. Aku tetap aku yang akan selalu menyebutmu dalam doa, tetap aku yang akan selalu mengkhawatirkan harimu yang tak aku tahu bagaimana rupanya, tetap aku yang mengharap akan selalu ada hari dimana canda dan tawa kita memenuhi ruangan ketika senja. Aku tetap sama Dit. Apakah kamu yang sekarang ikut berbeda?
Terima kasih untuk doamu Dit, tapi aku tak mengapa. Yang menjadi inginku sekarang adalah tetap menjadi aku yang seperti ini saja. Aku baik-baik saja dan aku tidak membutuhkan lengan lain untuk menjaga. Lagipula, seperti yang aku bilang, aku rasa tidak ada harapan dengannya. Jika kamu mengerti, mengapa tetap saja inginmu aku pergi?
Cukup dulu suratku. Matahari sudah mulai tampak malu-malu. Kelasku hari ini dimulai pukul 7 jadi aku akan bersiap-siap agar tak lagi terlambat.
Cepat sembuh ya,
Salsa.
Diambil dari shcal.blogspot.com
No comments:
Post a Comment