Jakarta,
18 Januari 2013
Teruntuk
@dwikaputra
Hai
Dwika, Ini aku. Aku mengumpulkan keberanian dan butuh waktu lama untuk
menulis surat ini untukmu. Namun, dengan seluruh kekuatan yang aku
kumpulkan, aku berhasil.
Ini
(belum sepenuhnya) surat cinta.
Aku
mengenalmu awalnya hanya sosok yang biasa saja. Semakin lama, semakin luar
biasa karena kau melakukan hal-hal fantastis. Tak sedikit decak kagum
keluar dari mulutku dan aku takjub betapa luar biasanya Tuhan menciptakan
dirimu.
Mengenalmu
yang aku lihat cukup kuat dari luar, ternyata cukup rapuh di dalam. Sehingga
aku mengirimkan sebongkah semangat, pelukan dan doa, agar membuatmu tetap kuat
dan tersenyum. Dan aku harus pastikan itu. Memastikan kamu baik-baik saja.
Apakah
aku harus bersikap biasa saja? Bagaimana caranya, jika pada akhirnya bergantian
dirimu mengirimkan perhatianmu kepadaku, tertuju ke sini. Bagaimana kalau aku
suka beneran? Kamu mau tanggung jawab? Di antara sekumpulan perasaan
takutku dan kebingunganku, aku harus bagaimana?
Atau
jangan-jangan ternyata hanya perasaanku saja, yang ternyata kamu hanya bersikap
baik untukku. Kau tahu, pikiranku mulai penuh tentangmu, dan mulai terlalu
banyak “jangan-jangan” yang melintas.
Jika
“jangan-jangan” ku benar, jangan menjauh. Karena aku ingin selalu mengucap,
Tetap
tersenyum Dwika
Teriring
doa,
Dari
aku.
No comments:
Post a Comment