Untuk @andridwianugrah
Selamat malam kamu yang berambut keriting, berkaca
mata, jaket merah, celana panjang hitam, sepatu pantopel hitam, berkulit hitam
:-)
Ingat tidak?
Pasti sudah lupa. Mungkin cuma aku yang masih
mengingat setiap detail yang ada padamu malam itu.
Aku ingin kamu membaca ini. Membaca semua yang tidak
pernah kuungkapkan.
Tahun pertama.
Pertama kali kita bertemu, rambut keritingmu, kaca
mata, rokok yang kamu hisap, jaket hitam, jeans hitam, sendal hitammu, masih
melekat diingatanku. Yang ada dalam pikiranku saat itu adalah kamu laki-laki
paling aneh yang ada. Aku takut melihatmu. Seram. Coba kamu ingat lagi saat
itu.
Besoknya kita tidak bertemu. Kamu tahu? Aku menangis
saat itu? Aku dimarahi temanmu yang seperti monster. Tangisku seperty bayi yang
tidak diberi susu. Ah aku malu menceritakan ini padamu. Tapi hari kemudian kamu
datang :-) aku senang, kamu menyelamatkanku dari temanmu yang galak-galak.
Sejak hari itu aku merasa tenang bila kamu ada walaupun aku tak berbicara
denganmu. Sekedar ada saja.
hari terus berlalu, semuanya berjalan. Aku
masih ingat ketika ponselku berbunyi berulang kali di malam hari tanpa kukenal
siapa gerangan di sana. Paginya di hari minggu, setelah beberapa malam ponselku
berbunyi terus aku memberanikan diri untuk menelpon balik. Tapi tak ada hasil.
Aku mengirimkan pesan singkat dan dibalas. Tidak pernah kusangka itu kamu. Rasanya
sama saja, perasaanku, aku menganggapmu yang tadinya iblis berubah menjadi
malaikat penolongku.
Hari terakhir bersama itu diguyur hujan. Entah
apa yang membuatku hanya suka hujan dihari itu. Saat itu aku sangat
menikmatinya. Hujan, aku tidak kedinginan. Aku dan temanku pulang hujan-hujanan
saat itu. Aku ingat sekali, aku sudah jauh tapi masih melihat kebelakang. Aku
sangat suka hujan itu. Tidak seperti sekarang.
Malam hari selalu kusaka, saat dimana aku
bercerita semua dengamu begitu juga sebaliknya. Masih ingat? Jangan paksa
memorimu, baca saja ini.
Kamu yang membuatku bergadang hingga larut, itu
pertama kalinya loh. Kamu bilang "cemen" tidur cepat. Kupaksa, tapi
aku senang. Sedihnya itu tak berlangsung lama.
Aku masih ingat terakhir kali kamu menghubungi. Saat
itu kupikir tidak akan ada lagi telpon darimu, tapi tetap kutaruh ponselku
diposisi seperti malam biasanya. Kamu menghubungi saat aku tertidur, kujawab
dengan setengah sadar. Singkat. "sudah tidur?" "sudah"
jawabku. Kalau aku tahu itu telpon terakhirmu, aku pasti akan bangun.
Esok malam dan seterusnya tidak ada lagi.
Ponselku tetap menyala malam hari dan berharap kamu menghubungi. Tidak pernah
ada lagi.
Kenapa? Kamu lelah membaca ini? Tolonglah
baca sebentar, semua ini selalu ingin kukatakan tapi tidak pernah bisa.
Silahkan hisap rokokmu. Sebatang saja.
Tahun pertama berakhir dan sekarang waktu
terakhir dapat melihatmu secara jelas. Ditahun kedua ini aku selalu berharap
dapat bersama denganmu, tapi ijinkan aku mengucapkan kata maaf karena telah
berkhianat pada cintaku. Maaf kan aku telah bersama dengan yang lain. Aku tidak
tahu perasaanmu. Tapi sorot matamu itu melekat, melotot padaku. Aku takut.
Salahku. Aku hanya mencoba melupakanmu karena dia memaksaku, temanku bilang
cobalah pergi darimu. Tidak bisa, aku bersama dia tapi cintaku tetap kamu.
Maafkan aku. Walaupun kamu tidak pernah cinta padaku.Semua itu terjadi singkat.
Kuakhiri semuanya karena memang bukan dia yang di hatiku.
Api unggun malam itu begitu hangat. Malam
terakhir bersama. Senyummu masih melekat di memoriku sama seperti biasanya. Aku
menjauh. Tak kusadari semuanya. Tapi senang di hatiku tak bisa disembunyikan.
Ah, andai aku tidak lari dulu mungkin sekarang tak akan seperti ini. Sudahlah,
lupakan.
Kamu ingat saat itu? Sudah kubilang tidak
usah memaksa. Baca saja.
Tahun kedua pun berakhir kamu pergi dan aku
selalu berharap bertemu lagi. Tapi tidak pernah. Memasuki tahun ketiga aku
tetap sendiri mencintaimu. Oh ya, kamu sudah bersama dia. Selamat ya :-) Senang
sekali membaca semuanya, maaf aku membaca semua yang tertulis dijejaring
sosialmu. Senang rasanya karena kamu bahagia, tapi maaf aku mencintaimu.
Kenapa kebahagianmu tidak selamanya? Harusnya
kamu pertahankan dia agar aku bisa selamanya pergi. Dia kenapa? Apa yang kamu
perbuat? Sedih loh melihatmu seperti ini. Maaf sekali lagi, aku membacanya.
Hatiku teriris. Kenapa bukan aku? Kamu tidak tahu ada aku yang mencintaimu.
Banyak yang ingin kutulis ditahun ketiga ini,
tapi mungkinbkamu tidak ingin membacanya. Yasudahlah...
Tenang, ini yang terakhir. Jangan
berhenti.
Tidak terasa tahun keempat. Aku mencintaimu.
Kudengar kamu dengan dia yang lain lagi. Tapi kenapa hanya sebentar. Ada
masalah apa? Kamu mencintai dia yang pertama? Dia dan dia dihidupmu membuatku
senang, mereka memberi cinta yang tak bisa kuberikan. Aku selalu ingin
berterima kasih pada mereka karena telah menjagamu walau sebentar. Setidaknya
kamu tidak sendiri seperti aku.
Aku tidak seperti mereka. Kalaupun kamu
bersamaku tidak akan mendapat pujian karena memiliki orang seperti aku. Aku
memang banyak kurangnya. Tapi lebihku adalah bersamamu. Lemahku sendiri. Maaf
karena telah menyalahkanmu.
Maaf... Maaf... Maaf kan aku
menyalahkanmu. Maaf...
Kapan ya aku dapat melihatmu? Tahun ini belum.
Terima kasih karena telah membiarkanku mencintaimu
selama empat tahun ini walaupun tak memberi ijin. Maaf jika kamu tidak
berkenan. Aku mencintaiku entah sampai berapa tahun lagi. Kuharap selamanya.
No comments:
Post a Comment