26 January 2013

Surat Kaleng untuk @almascatie

Salam kenal sang pencinta senja,
Aku bersyukur dipertemukan denganmu dalam dunia virtual, dimana setiap organisme bisa saling mengagumi tanpa bertatap wajah atau saling mengenal sebelumnya.
Meskipun nampaknya segala komunikasi tanpa batas dimungkinkan di era ini, namun masih ada satu dua hal hakiki yang tak bisa ditoleransi.
Pembatas pertama yang aku hadapi saat ini hanyalah keberanian.
Keberanian untuk bertukar cerita atau hanya sekedar menyapa saja. Yah, minimal senyumlah.
Tapi aku masih terlalu takut melihat diriku di posisi itu saat ini! Mungkin nanti.

Yang kedua adalah seratus empat puluh empat karakter aksara, di mana sepertinya tak bisa kututurkan semua disana.
Untuk itulah kulayangkan surat ini padamu. Tanpa amplop atau hapusan t-pex sana sini.
Ini surat virtual, yang adalah produk pemberontakan sejati terhadap pendeknya sebuah ungkapan kekaguman.

Almascatie, al atau apapun lah mereka menyebutmu
Apa arti namamu itu? Nama itu seolah punya kekuatan magis.
Menarik untuk menelusuri yang empunya nama sejak pertama kali didengar.
Itu menimpaku dan aku tidak gila. Sungguh!
Kata-kata, idealisme dan humormu yang berpadu indah itu selalu membuatku takjub.
Bagaikan komposisi sempurna pembentuk aurora.
Teruslah berkicau.

Bagiku, senja selalu dramatis dan berlimpah kecantikan.
Memang benar katamu senja adalah bahasa puisi paling indah yg disampaikan alam padamu.
Dan kau dengan sempurnanya berhasil mengabadikan keindahan itu serta membaginya kepada semua penikmat senja.
Bukankah itu hebat? Sampai sekarang aku masih menyantap barisan puisi di langit yang muncul kala senja.

Al, hidup memang selalu penuh kejutan yang tak pasti.
Seperti saat ini, kala aku tiba-tiba berkeinginan menulis padamu
Kamu juga pasti akan terkejut membacanya nanti.
Tapi hal-hal seperti ini kadang membangkitkan kembali gairah hidup.

Tak ada yang perlu dipertanyakan! Nikmati saja surat pertama dariku dengan senyum.
Nikmatilah seperti rembulan yang sedang kau nikmati indahnya malam ini.
Aku juga selalu terpesona olehnya.

Aku tak mencantumkan identitas, karena sesuatu yang penuh misteri itu lebih menarik untuk ditelusuri.
Kau sudah penasaran? Lihatlah merahnya senja pada waktu hujan.

Salam Virtual
*Your Full Time Admire*

No comments:

Post a Comment