26 January 2013

Surat #DuaHati @SobihAdnan dan @milliyya

Ganjil

 #8

Miliyya, sahabat cantikku.

Tuhan menggemari hal-hal yang ganjil. Aku mendengar tentang kata-kata itu semenjak kecil, mula-mula entah kumaknai apa, yang jelas, dewasa ini saya semakin mengerti, tidak hanya sekedar tentang hitungan dzikir, jumlah sosok teladan, atau filosofi-filosofi angka lainnya, kali ini kugeser sedikit, ternyata jauh-jauh hari orang tuaku mendidik keras tentang makna ganjil, keganjilan lebih tepatnya; hal yang kurang pas, angka yang akan menyisakan si jomblo jika dibagikan dua, itulah kegemaran Tuhan, memberikan ganjil yang mengganjal, padahal –mungkin- Dia hanya mengajak kita sedikit bermain tebak-tebakan. Jadi, ketika Tuhan menggemari hal yang ganjil, maka manusia harus menerima bahkan menggemari pula ketidak-jelasan, ketidak-tepatan. Selebihnya, kita berlindung di bawah kalimat nyaman; “Yang Maha Pengasih, senantiasa memberikan yang terbaik”, tentunya. Hehe.

Miliyya, sahabat baikku.

Kau mungkin juga lebih tahu, kinipun manusia menggemari hal-hal ganjil melebihi Tuhannya sendiri, termasuk kita. Semisal, yang pas adalah menyayangi diri sendiri, tapi terkadang kita tega, menenggelamkan diri ke dalam seember kemalasan, dan menceburkannya berkali-kali. Ah, kurasa ganjil yang mesti digemari tidak yang seperti itu, lebih baik tentang cinta, pernah, perempuanku satu hari absen mengirimkan pesan ke ponselku, padahal sudah kudahului, saya sempat panik waktu itu, kukontak berulang-ulang, dia bisu. Hahaha, ternyata saat itu adalah hari ulang tahunku, dia sengaja, perempuan puisiku bermain-main dengan hal yang ganjil, nikmat sekali, aku temukan saat tatap matanya yang tajam mengucapkan kata maaf dalam-dalam. Huh, aku rindu dia.

                Oh iya, kalimat terakhir di atas juga merupakan keganjilan bukan? Padahal perempuan puisiku telah entah, tapi rindu masih saja ada, ah.. ganjil sekali rasanya.

Miliyya, sahabatku.

Kau punya kenangan tentang hal yang ganjil? Eh.. nanti, itu tak perlu dijawab-ceritakan, aku cukup menangkap dari suratmu yang kemarin saat menemukan kata “mengapa?” dan kalimat tanya lain di dalamnya, itu bersumber dari keganjilan juga bukan? Ngaku saja. Hehe.

Aku hanya ingin, rupanya kita mesti semakin terbiasa dengan hal-hal yang ganjil, sesuatu yang digemari Tuhan, termasuk, saat harus kutulis dan kau baca; surat yang sangat ganjil di hari yang genap ini. Hahaha

Salam peluk,
Sobih Adnan
Oleh @SobihAdnan untuk @milliyya
Diambil dari http://sobihadnan.wordpress.com/


---


Surat balasan @milliyya untuk @SobihAdnan



Perasaan

#9

Selamat Malam Shobih, 

Masihkah kamu berada di kursi tamanmu yang nyaman untuk lebih dari sekedar ongkang-ongkang kaki dan melamun ini itu? Aku harap kamu masih bersetia disana. Sembari menanti balasan-balasan suratku yang bercerita itu dan ini.  

Telah kuterima suratmu yang mengganjil dan aku dibuat berjam-jam melamun membacanya. Aku penasaran, benarkah seorang kamu merasakan gundah-juga ketika tidak diberi kabar seharian oleh seorang kekasih? Hahaha aku membacanya dengan senyum yang bergetaran diperut. 

Aku membayangkan roman wajahmu dan... sesuatu dalam hati kamu akhirnya diketahui banyak orang. Itu menarik kudengar sebagai seorang perempuan. Kebanyakan laki-laki gengsi mengakui hal itu dan juga kamu [sebelumnya?]

Baiklah giliranku untuk bercerita. Kabarku tidak baik dan aku jatuh cinta. Untuk kesekian kalinya, aku menyukai seseorang dan rasanya membuat hari-hariku berjalan cepat. Dia temanku, iya kami berteman dan dia seorang pribadi yang baik. Dan karena sikap baiknya yang bisa dia berikan kepada banyak orang, aku merasa cemburu dan sedikit patah hati. Bahwa pada kenyataannya ada banyak orang yang merasa nyaman dengannya. Bukan hanya aku...

Kamu pernah merasakan hal itu? Kuharap tidak.  

No comments:

Post a Comment