Ganjil
#8
Miliyya, sahabat cantikku.
Tuhan menggemari hal-hal yang ganjil.
Aku mendengar tentang kata-kata itu semenjak kecil, mula-mula entah
kumaknai apa, yang jelas, dewasa ini saya semakin mengerti, tidak hanya
sekedar tentang hitungan dzikir, jumlah sosok teladan, atau
filosofi-filosofi angka lainnya, kali ini kugeser sedikit, ternyata
jauh-jauh hari orang tuaku mendidik keras tentang makna ganjil, keganjilan lebih tepatnya; hal yang kurang pas, angka yang akan menyisakan si jomblo
jika dibagikan dua, itulah kegemaran Tuhan, memberikan ganjil yang
mengganjal, padahal –mungkin- Dia hanya mengajak kita sedikit bermain
tebak-tebakan. Jadi, ketika Tuhan menggemari hal yang ganjil, maka
manusia harus menerima bahkan menggemari pula ketidak-jelasan,
ketidak-tepatan. Selebihnya, kita berlindung di bawah kalimat nyaman; “Yang Maha Pengasih, senantiasa memberikan yang terbaik”, tentunya. Hehe.
Miliyya, sahabat baikku.
Kau mungkin juga lebih tahu, kinipun
manusia menggemari hal-hal ganjil melebihi Tuhannya sendiri, termasuk
kita. Semisal, yang pas adalah menyayangi diri sendiri, tapi terkadang
kita tega, menenggelamkan diri ke dalam seember kemalasan, dan
menceburkannya berkali-kali. Ah, kurasa ganjil yang mesti digemari tidak
yang seperti itu, lebih baik tentang cinta, pernah, perempuanku satu
hari absen mengirimkan pesan ke ponselku, padahal sudah kudahului, saya
sempat panik waktu itu, kukontak berulang-ulang, dia bisu. Hahaha,
ternyata saat itu adalah hari ulang tahunku, dia sengaja, perempuan
puisiku bermain-main dengan hal yang ganjil, nikmat sekali, aku temukan
saat tatap matanya yang tajam mengucapkan kata maaf dalam-dalam. Huh,
aku rindu dia.
Oh iya, kalimat terakhir
di atas juga merupakan keganjilan bukan? Padahal perempuan puisiku telah
entah, tapi rindu masih saja ada, ah.. ganjil sekali rasanya.
Miliyya, sahabatku.
Kau punya kenangan tentang hal yang
ganjil? Eh.. nanti, itu tak perlu dijawab-ceritakan, aku cukup menangkap
dari suratmu yang kemarin saat menemukan kata “mengapa?” dan kalimat
tanya lain di dalamnya, itu bersumber dari keganjilan juga bukan? Ngaku
saja. Hehe.
Aku hanya ingin, rupanya kita mesti
semakin terbiasa dengan hal-hal yang ganjil, sesuatu yang digemari
Tuhan, termasuk, saat harus kutulis dan kau baca; surat yang sangat
ganjil di hari yang genap ini. Hahaha
Salam peluk,
Sobih Adnan
Oleh @SobihAdnan untuk @milliyya
Diambil dari http://sobihadnan.wordpress.com/ ---
Surat balasan @milliyya untuk @SobihAdnan
Perasaan
#9
Selamat Malam Shobih,
Masihkah
kamu berada di kursi tamanmu yang nyaman untuk lebih dari sekedar
ongkang-ongkang kaki dan melamun ini itu? Aku harap kamu masih bersetia
disana. Sembari menanti balasan-balasan suratku yang bercerita itu dan
ini.
Telah
kuterima suratmu yang mengganjil dan aku dibuat berjam-jam melamun
membacanya. Aku penasaran, benarkah seorang kamu merasakan gundah-juga
ketika tidak diberi kabar seharian oleh seorang kekasih? Hahaha aku
membacanya dengan senyum yang bergetaran diperut.
Aku
membayangkan roman wajahmu dan... sesuatu dalam hati kamu akhirnya
diketahui banyak orang. Itu menarik kudengar sebagai seorang perempuan.
Kebanyakan laki-laki gengsi mengakui hal itu dan juga kamu [sebelumnya?]
Baiklah
giliranku untuk bercerita. Kabarku tidak baik dan aku jatuh cinta.
Untuk kesekian kalinya, aku menyukai seseorang dan rasanya membuat
hari-hariku berjalan cepat. Dia temanku, iya kami berteman dan dia
seorang pribadi yang baik. Dan karena sikap baiknya yang bisa dia
berikan kepada banyak orang, aku merasa cemburu dan sedikit patah hati.
Bahwa pada kenyataannya ada banyak orang yang merasa nyaman dengannya.
Bukan hanya aku...
Kamu pernah merasakan hal itu? Kuharap tidak.
Diambil dari maliyamiracle.blogspot.com
No comments:
Post a Comment