Tentang
100 Hari
Kepada : @jokowi_do2
Dear bapak mantan walikota kami yang kini ada di Jakarta,
Bapak, semenjak kepergian bapak ke Jakarta, kota ini
berbeda. Sepi. Tidak ada gegap gempita seperti dulu. Dulu, setiap kota ini
punya kegiatan, gaungnya terdengar hingga ke pelosok kampung. Sangat terasa
kesan untuk memajukan pariwisata kota ini. Saya sangat menyukai nuansa kota ini
dulu, ketika bapak masih di sini. Sejujurnya, saya kehilangan bapak. Mungkin
lebih tepatnya, kami kehilangan bapak.
Bapak, kota ini sekarang sepi. Terasa membosankan,
walaupun kita jelas tau, ada kawasan baru di daerah Sudirman. Tapi sejak
pertama diresmikan tidak ada greget apapun, pak. Yah.. Saya sangat merasakan
adanya perbedaan yang menonjol ketika bapak ada di sini. Sudah jarang sekali
ada mider praja ke kampung-kampung tiap jumat pagi, pak.
Bapak, kami telah merelakan bapak untuk memimpin Jakarta,
ibukota yang penuh problematika. Kami ikhlas, pak. Tapi, tolong jaga
kepercayaan masyarakat Jakarta ya, Pak? Buat Jakarta senyaman kota ini dulu ya,
Pak?
Bapak, beberapa hari lalu, banyak orang memperingati 100
hari kepemimpinan bapak. Saya risih mendengar selentingan-selentingan tidak
nyaman dari beberapa orang di twitter yang mengatakan bapak belum melakukan
apa-apa. Bahkan ada yang mengatakan, semenjak bapak menjabat, Jakarta banjir
dan makin macet. Sejujurnya saya sedih mendengar itu. Saya sangat percaya bapak
bukannya tidak bekerja apa-apa. Ada yang mengatakan bapak lebih sering masuk TV
ketimbang kerja. Saya kecewa mendengar ada orang yang berkata seperti itu, Pak.
Karena saya tau, bapak melakukan blusukan ke berbagai kampung untuk
mendengarkan aspirasi masyarakat dan melihat langsung apa yang terjadi di
sana.
Menurut saya, blusukan yang bapak lakukan adalah untuk
melakukan perkenalan ke masyarakat dan mencoba mengenal karakteristik
masyarakat Jakarta. Bukan kah seharusnya itu yang dilakukan oleh seseorang yang
baru saja memimpin suatu daerah yang bukan tanah kelahirannya? Saya percaya,
setelah blusukan ini, bapak akan tau bagaimana seharusnya menangani Jakarta
dengan seharusnya.
Ada yang bilang, bapak tidak bisa membuktikan janji-janji
bapak saat kampanye dulu. Saya hanya tertawa sinis mendengarnya, Pak. Belum ada
100 hari bapak menjabat, kenapa mereka sudah menagih-nagih begitu? Banjir besar
beberapa saat lalu adalah musibah. Banyak yang bilang, Bapak nggak menepati
janji karena Jakarta masih banjir. Saya tertawa sinis menertawakan orang bodoh
yang mengatakan itu, Pak. Saya rasa, dengan banjir ini, malah akan membuat
bapak tau bagaimana menemukan solusi terbaik untuk menghindari banjir atau
setidaknya menguranginya.
Bapak, saya nggak tau, kapan bapak akan membaca surat
ini. Tapi saya berharap, ketika bapak membaca ini, semangat bapak kembali ada.
Kami mendukung bapak. Jangan ambil hati tentang cibiran orang lain ya, Pak.
Lakukanlah yang terbaik untuk mereka. Seperti yang bapak lakukan di sini
beberapa tahun terakhir dan membuat kota ini nyaman untuk ditinggali dan
dinikmati.
Bapak, kami mendukung bapak. Kami percaya pada bapak.
Jalankan amanah di sana dengan baik ya, Pak? Tolong buat Jakarta senyaman kota
ini ya, Pak. Karena beberapa bulan lagi saya akan pindah ke sana. Hehe. Tetap
semangat, bapak! Lakukan segalanya dengan ikhlas, itu kuncinya, Pak.
Terima kasih, bapak, telah membuat kota ini nyaman,
walaupun sekarang tidak senyaman dulu ketika bapak masih menjabat. :)
Dari,
Anak perempuan di Kota nyaman dan ngangeni ini
No comments:
Post a Comment