Kepada
@Arioanggara
Etikanya
dalam menulis sebuah surat haruslah ada kata pembuka, atau sekedar salam basa
basi untuk mengawali.
Lantas
apa surat ini perlu aku kirim dengan sapa atau kata 'halo' terlebih dahulu?
Mengingat kamu yang sudah sedari tadi senyam senyum sendiri, menyadari dalang di balik semua ini.
Mengingat kamu yang sudah sedari tadi senyam senyum sendiri, menyadari dalang di balik semua ini.
Ini
minggu ke dua aku menulis surat kaleng, ditemani deras air yang mengguyur tanah
caringin. Bagaimana di sana?
Anyway hanya mengklarifikasi sebelum banyak perkiraan perkiraan yang menggenangi imajinasimu.
Anyway hanya mengklarifikasi sebelum banyak perkiraan perkiraan yang menggenangi imajinasimu.
Ini
bukan surat cinta. Bukan juga aku yang sedang dimabuk cinta, mengirim surat
tanpa identitas dengan sengaja.
Ini
semata mata pengakuan secara tertulis, entah sehabis surat ini kamu ingin
berjalan berjarak denganku, atau mungkin tak mengenal siapa aku.
Aku sungguh tak peduli.
Hanya saja, aku perlu waktu untuk mengumpulkan nyali, sebelum akhirnya aku berani berbicara sendiri.
Aku sungguh tak peduli.
Hanya saja, aku perlu waktu untuk mengumpulkan nyali, sebelum akhirnya aku berani berbicara sendiri.
Bukan
maksudku untuk mengkhianati makna "sahabat" tapi kalau alam yang
berkonspirasi mempertemukan kita, aku tidak bisa bicara apa.
1 tahun melintas bukan perkara mudah untuk menanggalkan masa lalu, seperti yang aku sering ceritakan sudah sudah.
Bukan problematika ringan, jika harus kembali membuka pintu hati.
Aku bukan tak mau, hanya takut kembali tersakiti.
1 tahun melintas bukan perkara mudah untuk menanggalkan masa lalu, seperti yang aku sering ceritakan sudah sudah.
Bukan problematika ringan, jika harus kembali membuka pintu hati.
Aku bukan tak mau, hanya takut kembali tersakiti.
Tapi
bagaimana sekejap aku bisa merangkak keluar dari nestapa yang terus membuntuti,
hanya dengan waktu singkat, setara dengan 1 semester dalam perguruan tinggi.
Hanya tak habis pikir, pesonamu belah manakah yang mampu torehkan aku dunia luar.
Aku tak tau, kalau aku tanyakan pada teman temanku, mereka pun serentak tak tau.
Aku jadi bingung bukan kepalang.
Hanya tak habis pikir, pesonamu belah manakah yang mampu torehkan aku dunia luar.
Aku tak tau, kalau aku tanyakan pada teman temanku, mereka pun serentak tak tau.
Aku jadi bingung bukan kepalang.
Setelah
lama menilik, mungkin salah satunya pesonamu yang menyukai anak-anak pinggiran
yang nasibnya mungkin tidak sama, atau mungkin kepiawanmu dalam bermain angka
dalam belajar Akutansi bersama (memang benar kita sama-sama menyandang predikat
D, tapi kamu setidaknya lebih mahir), ah ya atau mungkin aku terpikat karena
jari-jari tangan dan kakimu yang seirama memainkan dentuman drum, atau juga
kamu yang setia menyerahkan diri untuk terus menjadi pelayan Tuhan
Aaaaaakk
aaakkk aaaaaakkk aku tidak tau, banyak sekali candumu yang berenang-renang
memenuhi otakku.
Cukup
tahu diri, mungkin salah satu kepribadian yang belum aku ceritakan padamu.
Untuk itu aku, cukup tahu diri, dan cukup mengenali siapa aku, jangan berpikir kalau aku akan mengais ngais, memohon untuk meminta kamu membalas perasaanku.
Untuk itu aku, cukup tahu diri, dan cukup mengenali siapa aku, jangan berpikir kalau aku akan mengais ngais, memohon untuk meminta kamu membalas perasaanku.
Sekali
lagi kutegaskan, ini bukan surat cinta, atau aku yang sedang dimabuk cinta
dengan mengirim surat tanpa identitas dengan sengaja.
Salahku,
melanggar ketentuan Undang-undang dalam perserikatan wanita untuk secara terang
terangan melakukan diplomasi sepihak.
Maaf, sekali lagi maaf aku mengkhianati makna "sahabat".
Maaf, sekali lagi maaf aku mengkhianati makna "sahabat".
Tertanda,
Perempuan di garis pelanggaran hati.
Perempuan di garis pelanggaran hati.
No comments:
Post a Comment