26 January 2013

Surat Kaleng untuk @andayuni


Kepada: @andayuni

Untukmu, Gadis Berkerudung Merah Muda

Selamat malam, Yuni.
Aku menulis surat ini pada malam hari, karena entah mengapa setiap malam datang bayangmu menjadi semakin pekat di khayalku. Sebelum kamu membaca lebih jauh susunan kataku yang berantakan ini, aku ingin meminta maaf karena sudah lancang memerhatikan setiap gerak-gerikmu saat tampak di jangkauan pengelihatanku. Semakin sering aku memerhatikanmu, aku semakin sadar mengapa banyak sekali lelaki di luar sana yang mengagumimu, tak perlu melihat jauh; teman-temanku pun banyak yang mengagumimu. Kamu pasti sedang pura-pura tak membaca dan mengabaikan perkataanku tadi. Hehehe. Aku tau, karena kamu selalu bersikap seperti itu setiap ada orang yang membahas masalah banyaknya pengagummu. Iya, kan? Yuni, kamu hanya perlu sadar kamu itu cantik, bahkan sangat. Tidak hanya parasmu, tetapi juga tingkahmu. Maaf, maksudku bukan hanya cantik tapi juga lucu. Hihihi. Jadi, kamu tidak perlu heran kalau banyak lelaki yang mengagumimu.

Aku suka tertawa setiap membayangkan tingkah polos nan lugu yang biasa kamu lakukan. Apalagi saat kamu menjadi objek ledekan orang di sekitarmu lalu kamu memajukan bibirmu dan hidungmu refleks kembang kempis. Tingkah iseng yang biasa kamu lakukan iringi tawa setelahnya. Ah, itu pemandangan yang begitu indah menurutku. Banyaknya lelaki yang berusaha merebut perhatian di balik ketidakpekaanmu itu, tidak membuatmu lekas sombong. Sudah, tak usah cemberut seperti itu. Akui sajalah bahwa kamu memang tidak peka, kan? Hahaha. Semakin lama aku mengagumimu, semakin sulit mencari alasan untuk berpaling, bagaimana lelaki lain yang sudah lebih lama, ya? Belum lagi bukan hanya 1 atau 2 orang yang sibuk memerhatikanmu, sepertinya aku butuh sempoa untuk menghitung jumlah mereka yang bernasib sama denganku.

Wah, aku benar-benar tidak sopan telah menulis panjang lebar tetapi belum memperkenalkan diri. Perkenalkan, aku adalah salah satu pengagummu yang sulit memalingkan perhatian dari indahnya dirimu. Senyummu itu, senyum yang biasa kamu lemparkan ke orang lain juga, memiliki arti khusus untukku. Sejak hari itu, aku memiliki hobi baru, stalking. Ya, stalking jejaring sosialmu. Jauh ke belakang, sampai akhirnya aku tau. Kamu sudah lucu dari dulu bahkan terkesan jauh lebih konyol, ya. Hahaha. Tutur ramahmu saat berbincang, membuat banyak orang ingin berbicara banyak denganmu; entah sekedar berbagi ataupun yang memiliki maksud
lain.

Lelaki beruntung macam apa yang akhirnya bisa memenangkanmu dan menjadi penikmat masakanmu setiap hari nantinya, ya? Pastinya dia susah payah menggapaimu dan memenangkanmu dari yang lain, ya. Hehehe. Harusnya, dia yang sudah mendapat perhatianmu segera mendekapmu erat sebelum ada orang lain yang berusaha menarikmu menjauh darinya. Ah, tetapi tidak begitu juga, menarikmu kan tidak semudah membuatmu tersenyum. Tapi aku suka, saat kamu sibuk tersenyum karenanya, iya, karena dia, ya mungkin dia, ah, siapapun dia yang menjadi 'own kryptonite'-mu. Melihatmu tersenyum karenanya, untuknya, atau untuk
siapapun, aku tetap suka. Apalagi kalau kamu tersenyum karena aku dan untukku. Eh, tapi benar kan dia yang akan selalu mendampingimu akan kausebut dengan 'own kryptonite'? Tak usah heran, sudah kubilang kan, aku pemerhatimu.
Sepertinya siapapun dia, ya siapapun dia yang mendampingi setiap harimu nantinya harus segera merengkuhmu erat dan menjagamu dengan ekstra. Maksudku, bukan hanya menjagamu tetapi juga menjaga para lelaki yang berusaha meraihmu juga.

Oiya, wajahmu dibalik kacamata ungu itu tampak lebih serius. Aku suka. Wajahmu tidak se-anak-kecil biasanya. Hihihi. Jangan berhenti tersenyum, ya. Senyum simpelmu bisa menjadi kebahagiaan untuk orang lain. Untukku. Satu lagi, belajarlah mengendalikan tawa. Kamu kalau sudah tertawa sulit berhenti. Kadang, orang bukan tertawa karena lelucon lucu orang lain tetapi malah karena tawa gelimu itu. Lucu sekali. Aku jatuh cinta pada tawamu. Jadi, kendalikanlah tawamu, aku
tak mau semakin banyak yang menyukaimu. Hahaha. Lelaki yang bernasib
sama sepertiku, pemerhatimu.

Sincerely,
Me.

No comments:

Post a Comment