Masihkah kita berjodoh?
Hai,
Tidak apa-apa, mas. Terlambat pun, aku sudah senang sekali bisa membaca suratmu.
Cabang katamu? Aku masih setia berpeluk pada dahan yang sama, tanpa tahu ia sekarang bagaimana. Siapa yang mau menyiramiku, anggrek angkuh di ujung dahan ini, mas? Menengok saja orang-orang enggan, menjangkau pun mereka tak mau. Lagipula kamu tahu, anggrek ini tak mudah menyenangi orang-orang baru.
Tanganku baik-baik saja, mas. Kadang saat terlalu lelah atau kedinginan, memang terasa sedikit nyeri di pergelangan tangan kanan. Atau saat tidur, aku lupa, malah menyangga beban tubuh dengan bahu kiri. Keesokan paginya aku tinggal meringis saja. Hahaha. Tapi tak apa, mas, aku baik-baik saja. Mungkinkah harusnya kita memang tak pernah bertemu? Entahlah, mas. Pasti Yang Mahatahu punya alasan. Kecelakaan malam itu pun bukan kehendak kita. Kadang kupikir, mungkin itu cara-Nya meninggalkan jejak di tubuhku, agar aku terus mengingatmu. Entah sebab apa, aku tak pernah bisa menemukan celah untuk melupakanmu. Aku yakin kamu pasti tahu.
Senang sekali kamu masih mengingat tempat-tempat itu, tempat-tempat di mana aku sering menunggu. Mengingatnya saja aku merasa cemas. Cemas yang sama seperti yang kurasakan saat itu. Cemas, barangkali kamu tak bisa datang, atau mungkin tak mau datang menemuiku. Atau sekadar lupa aku masih menunggu. Cemas, barangkali itu momen janji bertemu kita yang terakhir, karena kita tak lagi berjodoh hari itu. Percayakah kamu kalau kubilang aku menangis saat menulis surat ini, mas? Ah, aku mulai melantur lagi.
Setelah sekian waktu tanpa kita, masihkah bisa dipercaya kita berjodoh, mas? Aku mulai kehilangan kemampuanku, barangkali imajinasi, untuk sekedar membayangkanmu. Membayangkan kita. Tapi tentu saja, akan selalu ada bagian diriku yang berdoa dan percaya, sekecil apapun harapannya, (semoga) kemungkinan untuk kita selalu ada. Tunggulah, mas, di mana pun itu, aku akan menemuimu.
nb: Jangan lupa kenakan jaketmu, dingin sekali di luar sana.
Salam sayang,
Danti
Oleh @orchidantii untuk @leonhardgaleh
Diambil dari orchidantii.tumblr.com
---
Surat balasan @leonhardgaleh untuk @orchidantii
Tidak apa-apa, mas. Terlambat pun, aku sudah senang sekali bisa membaca suratmu.
Cabang katamu? Aku masih setia berpeluk pada dahan yang sama, tanpa tahu ia sekarang bagaimana. Siapa yang mau menyiramiku, anggrek angkuh di ujung dahan ini, mas? Menengok saja orang-orang enggan, menjangkau pun mereka tak mau. Lagipula kamu tahu, anggrek ini tak mudah menyenangi orang-orang baru.
Tanganku baik-baik saja, mas. Kadang saat terlalu lelah atau kedinginan, memang terasa sedikit nyeri di pergelangan tangan kanan. Atau saat tidur, aku lupa, malah menyangga beban tubuh dengan bahu kiri. Keesokan paginya aku tinggal meringis saja. Hahaha. Tapi tak apa, mas, aku baik-baik saja. Mungkinkah harusnya kita memang tak pernah bertemu? Entahlah, mas. Pasti Yang Mahatahu punya alasan. Kecelakaan malam itu pun bukan kehendak kita. Kadang kupikir, mungkin itu cara-Nya meninggalkan jejak di tubuhku, agar aku terus mengingatmu. Entah sebab apa, aku tak pernah bisa menemukan celah untuk melupakanmu. Aku yakin kamu pasti tahu.
Senang sekali kamu masih mengingat tempat-tempat itu, tempat-tempat di mana aku sering menunggu. Mengingatnya saja aku merasa cemas. Cemas yang sama seperti yang kurasakan saat itu. Cemas, barangkali kamu tak bisa datang, atau mungkin tak mau datang menemuiku. Atau sekadar lupa aku masih menunggu. Cemas, barangkali itu momen janji bertemu kita yang terakhir, karena kita tak lagi berjodoh hari itu. Percayakah kamu kalau kubilang aku menangis saat menulis surat ini, mas? Ah, aku mulai melantur lagi.
Setelah sekian waktu tanpa kita, masihkah bisa dipercaya kita berjodoh, mas? Aku mulai kehilangan kemampuanku, barangkali imajinasi, untuk sekedar membayangkanmu. Membayangkan kita. Tapi tentu saja, akan selalu ada bagian diriku yang berdoa dan percaya, sekecil apapun harapannya, (semoga) kemungkinan untuk kita selalu ada. Tunggulah, mas, di mana pun itu, aku akan menemuimu.
nb: Jangan lupa kenakan jaketmu, dingin sekali di luar sana.
Salam sayang,
Danti
Oleh @orchidantii untuk @leonhardgaleh
Diambil dari orchidantii.tumblr.com
---
Surat balasan @leonhardgaleh untuk @orchidantii
Jodoh Bukan Urusan Kita
Hai Danti
Ini kesekian kalinya, aku berlari-lari ke warnet terdekat untuk menulis surat untukmu. Aku merasa harus, walau sering lupa. Maafkan aku :)
Dasar cengeng, menulis surat saja bisa menangis, apalagi menulis novel, pasti habis tissue di rumahmu. Jadi ingat, siapa yang terlihat lebih cengeng. Lelaki ceroboh yang biasa kamu panggil ‘mas’ dan di rumah dipanggil ‘dik’. Menangis dipelukanmu tanpa sebab, terisak-isak memukul lantai.
Tapi kamu tahu? aku menangisi keikhlasanmu, hanya untuk sekedar menghilangkan keluhan dariku dan kamu tahu tentang apa itu.
Lagi-lagi tentang jodoh, itu urusan Dia Yang Maha Tahu, kalau cinta, urusan kita. Tapi terima kasih karena kamu selalu punya harapan. Harapan untuk kita di suatu sana.
Maaf aku hanya bisa menulis sedikit saja, cepat sembuh untukmu. Jangan lupa makan ikan dan minum susu!
Salam sayang
Mas Galih
Diambil dari sebutsajagaleh.tumblr.com
Ini kesekian kalinya, aku berlari-lari ke warnet terdekat untuk menulis surat untukmu. Aku merasa harus, walau sering lupa. Maafkan aku :)
Dasar cengeng, menulis surat saja bisa menangis, apalagi menulis novel, pasti habis tissue di rumahmu. Jadi ingat, siapa yang terlihat lebih cengeng. Lelaki ceroboh yang biasa kamu panggil ‘mas’ dan di rumah dipanggil ‘dik’. Menangis dipelukanmu tanpa sebab, terisak-isak memukul lantai.
Tapi kamu tahu? aku menangisi keikhlasanmu, hanya untuk sekedar menghilangkan keluhan dariku dan kamu tahu tentang apa itu.
Lagi-lagi tentang jodoh, itu urusan Dia Yang Maha Tahu, kalau cinta, urusan kita. Tapi terima kasih karena kamu selalu punya harapan. Harapan untuk kita di suatu sana.
Maaf aku hanya bisa menulis sedikit saja, cepat sembuh untukmu. Jangan lupa makan ikan dan minum susu!
Salam sayang
Mas Galih
Diambil dari sebutsajagaleh.tumblr.com
No comments:
Post a Comment