Aku, Persinggahan yang Kau Anggap Tujuan
Untuk:
@andyanugera
Hay,
Apa kabarmu?
Masihkah sama memikirkan(nya) yang tidak sekalipun memikirkan(mu)? Akupun. yang tidak sekalipun kamu ingin tahu bagaimana hati ini ditinggal setelah kamu jadikan persinggahan.
Iya. “Terkadang persinggahan akan tampak seperti tujuan” (awalnya, red.) Seiring berjalannya waktu, persinggahan yang kau anggap tujuan akan menampakkan sosoknya setelah rasa bosan menganggap persinggahanmu itu sebagai tujuanmu.
Setelah hari itu, apa kau tau? Kebiasaan melamunku jadi lebih banyak dibanding sebelum aku mengenalmu. Apa kau tau? Sesak didada sebagai persinnggahanmu menjadi lebih besar ketika menyadari bahwa memang benar aku bukan tujuan bagimu?
Aku menulis surat kaleng ini untukmu didepan semua kenangan yang tidak tampak begitu manis buatmu, Tapi sekali lagi, tidak untukku. Aku salah memupuk perasaan sementara disebrang sana, Tampak prajurit berseragam gagah berusaha membuatku tersadar, akan segala kesalahan ini. Iya. Dia teman temanku, yang dulu dengan sangat bangganya aku katakan, "Akulah tujuannya":)
Seseorang yang ingin pulang keperasaan tanpa harapan tapi tak tau ingin lewat mana dan akhirnya memilih melukai perasaan orang lain untuk dapat keluar. Apakah itu bisa mewakili definisiku tentangmu? Sungguh sangat kejam, jika hanya terus menilaimu dari sisi "rasa sakit".
Baiklah, aku ulang.
Seseorang yang mampu berdiri sendiri tapi tak punya tekad, tak punya pegangan, lebih memilih diam, terhanyut perasaan dan akhirnya mati dalam kenangannya sendiri. Yang begitu manis, yang begitu mampu memutuskan apa yang dia bangun sendiri. Apakah ini cukup mendefinikasikanmu, diluar "rasa sakit"?:)
“Jika tidak pernah kehilangan, dari mana kita tau akan adanya rasa ikhlas”. Salah satu hal positif yang tak secara langsung kau ajarkan untukku. Aku harap, permainan konspirasi ego dan kamu katakan "Jatuh cinta" lagi ini tidak kamu ulangi kepada setiap hati yang kamu lihat seperti “tujuan yang nyata” tetapi tidak sebenarnya.
Aku, yang mengerti. Menempatkan hati ditempat yang tidak seharusnya. Aku, akan bahagia dan tanpa harus mengorbakan bahagia milikmu yang bukan ada padaku.
Salam penuh rindu, dari ku yang tak sekalipun kamu tengok penuh seluruh ketulusannya. Terima kasih kamu, yang telah aku bingkai sebagai "Mantan Calon Imamku."
No comments:
Post a Comment