05 February 2013

Untuk Nona Berambut Pendek


Nona,
Sebelumnya saya mohon maaf telah lancang mengirim surat kepada nona. Iya, karena saya bukan lelaki yang nona kenal tapi mungkin nona pernah lihat itupun jika nona sadar karena kita setiap sore dari senin hingga jumat seringkali berhadapan di kursi gerbong kereta. Meski tiap sore behadap-hadapan berjarak tidak lebih dari lima hasta saya tidak berani mengajak nona berkenalan apalagi mengajak nona berjabat tangan terlebih nona yang seringkali terlihat sibuk dengan buku yang sedang nona baca.

Nona, terkadang aku berharap saat nona turun ada seusatu yang tertinggal di kursi nona. Entah scarf, buku, sapu tangan atau apapun agar saya bisa menyapa nona berlagak seperti dalam film-film remaja. Ah, andai saja.

Dari buku yang seringkali nona baca selama diperjalanan biar saya tebak, nona senang sekali dengan Harry Potter? Jika benar mungkin saya harus segera mengirim surat kepada J.K Rowling untuk memarahinya karena bukunya telah menyita perhatian nona dan mengacuhkan lelaki yang tiap sore memandangi nona. Tapi ah sudahlah, karena saya pun mengagumi pemandangan nona yang sedang menunduk membaca buku dan sesekali jari nona menyingkap rambut pendek nona yang nakal menghalangi mata dan menguncinya di telinga. Jika Leonardo da Vinci masih hidup dan duduk disamping saya tepat di depan nona yang sedang membaca buku mungkin Monalisa dan Jamuan Terakhir tidak akan pernah ada digantikan lukisan nona yang sedang membaca buku. Ah, maaf nona saya mulai meracau.

Nona, Teman saya pernah memarahi saya “kamu siapa berani mengkotak-kotakan derajat cinta manusia lewat diam atau tidak?” katanya, hanya karena saya pernah mengatakan bahwa pencinta yang paling menyedihkan adalah dia yang mencintai dalam diam. Tapi sekarang saya mengamini ucapan teman saya. Karena saya mencintai nona dalam diam dan itu mengasikan. Mungkin saya harus menghubungi teman saya itu untuk meminta maaf. Ah, maaf nona saya lancang berbicara cinta sedang berkenalan pun belum. Sebelum saya mengakhiri surat ini saya hanya berharap nona tidak terkena sihir yang berasal dari frasa Aramaic yang seringkali Voldemort lafalkan di buku yang nona sering baca, “Abhadda Kedhabra” itu yang berarti “hilang seperti dunia ini”. Iya, jika nona hilang siapa yang akan saya pandangi tiap sore. Hahahaa. Ah, tampaknya saya semakin meracau. Mungkin surat ini harus segera diakhiri. Terimakasih telah meluangkan waktu membaca surat yang saya selipkan di saku nona sesaat sebelum turun dari kereta ini.
Tertanda: Emillio Audero, di Savoca.

Oleh @ixalrizqi
Diambil dari http://angsadansa.tumblr.com

No comments:

Post a Comment