05 February 2013

Dia, Kamu, Kita


Sejenak ku pejamkan mata. Ku hirup udara di sekitarku. Ku bayangkan, aku berada di bawah langit yang membiru di padang rumput yang menghijau. Begitu luas, sempurna. Ku rasakan angin yang sesekali menerpa rambutku. Lembut menyentuh wajahku.

Seorang lelaki tiba – tiba datang, sebagian tubuhnya hampir tertutupi balon berwarna pink. Belasan, mungkin puluhan. Dia berjalan perlahan, mendekati tempatku dengan sangat hati – hati. Dia berhenti tepat di depanku. Aku terpaku. Dia tak bergeming. Tak satu katapun dia lontarkan. ‘ada apa?’ ‘kamu siapa?’ dia tetap membisu.  

Ku miringkan kepalaku agar aku bisa melihatnya walaupun sedikit. Tapi balon itu terlalu banyak, aku tak dapat melihatnya barang sedikitpun. ‘darimanakah kamu? Apa suaraku tidak terdengar jelas?’.

Dia masih tak bersuara. Aku bosan bermonolog. Ku balikkan badanku untuk beranjak pergi. Tapi, seketika itu juga ada suara yang keluar dari mahluk tak jelas di belakangku. Ku berbalik. ‘tunggu, jangan pergi’ ujarnya. Aku masih menunggu dia melontarkan kata – kata berikutnya. ‘ambillah satu dari balon yang kupegang ini, sebelum aku menerbangkannya’. Dengan hati – hati aku mengambilnya. ‘angin disini sangat kencang, peganglah yang kuat tali balon itu’. Spontan aku menuruti ucapannya.

Sesuai janjinya, dia menerbangkan balon itu. satu persatu di lepasnya genggaman tali balon itu. Perlahan, ku lihat warna bajunya, membiru seperti langit, lalu lengkung bibirnya yang sempurna, dan perlahan wajahnya mulai terlihat ketika balon – balon pink itu mulai terbang, menyatu dengan angin. Sekali lagi aku terpaku. Terpana akan sosok lelaki yang berdiri di depanku. Dia semakin mengembangkan senyumnya. ‘bukalah kertas yang terikat di tali itu’.

Ternyata di balon itu ada kertas  yang dibentuk seperti pita bernuansa sama dengan warna balonnya itu. Aku sama sekali tidak memperhatikannya. Ku buka perlahan, ku dapati beberapa baris kata tertulis disana.

‘akhirnya, aku menemukanmu disini. Pada hamparan padang rumput yang indah dibawah langit yang membiru, seperti warna pakaian yang kukenakan bukan? Apa kamu mengingatku? Aku lelaki yang selalu menunggu – nunggu kapan kamu akan tersenyum lagi setelah pertemuan itu. maaf telah membuatmu kaget dengan kehadiranku disini, apalagi balon – balon tadi : ). Apa kamu tahu, semua balon yang kuterbangkan tadi memiliki kertas yang sama seperti kertas yang kamu pegang saat ini. Semuanya berisikan tentang harapan. Sengaja aku menerbangkannya, supaya harapanku semakin dekat dengan langit disana, dan Tuhan pun mengabulkannya. Akan kuberitahu harapanku di kertas ini. Baca baik – baik. Pahami dengan hati. Aku berharap, kamu dan aku bisa menjadi kita. Kita yang bahagia, kita yang sempurna, kita yang mencintai satu sama lain. Hanya itu saja harapanku pada kertas ini. Tentu saja di kertas yang lainpun aku berharap yang baik – baik tentang kamu dan aku. jadi, bagaimana jawabmu? Maukah kamu berbagi kebahagiaan dengan ku hingga menjadi ‘kita’ yang sempurna?’

Seketika aku kehilangan kata – kata. Aku tak dapat berbicara sepatah katapun. Kata – kata dalam surat tadi seolah mantra yang dapat membuatku membisu. Dia memiringkan sedikit kepalanya, mencari tahu apa aku baik – baik saja atau tidak. Ku bilang aku baik – baik saja. Dia masih menunggu jawabanku. Aku mencari secarik kertas dan pena dari tas yang kubawa, disana kutuliskan jawabanku.

Ku berikan kertas itu padanya. Dibukanya perlahan, hanya ada pesan singkat disana.

‘kita berbagi kebahagiaan, apapun, mulai sekarang : )’

Seketika senyumnya terkembang, matanya yang begitu indah semakin jelas terlihat. Dia meraih tanganku dan dia berkata ‘pasti, apapun itu’. kini aku dan dia telah menyatu menjadi kita, hamparan padang rumput yang indah, langit yang membiru, balon berwarna pink, cukup menjadi saksi kebahagiaan kita, ya, aku dan kamu. Dia yang ku tulis di surat ini semuanya adalah kamu, kamu yang bersamaku sekarang. Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku, tetaplah disini, biarlah bahagia menyatu sempurna pada kita.



Ditulis oleh : @ekapusp
Diambil dari http://justrendezvous.wordpress.com

No comments:

Post a Comment