05 February 2013

Tentang Pria-Pria Tampan yang Menunggu Sebuah Kelahiran


Dear Kak Omem,

Apa kabar? Semoga Kak Omem baik-baik saja, sehat sentosa dan bahagia. Dan semoga hari-hari Kak Omem menyenangkan, semenyenangkan saat pertama kita bertemu di Ciwalk beberapa hari setelah Lebaran.

Maksud kedatangan surat ini, tak lain dan tak bukan dapat dikatakan sebagai delegasi suara hati aku dan teman-teman kontributor #KKIBT yang sejak dua atau tiga bulan kemarin bersedia sabar menunggu kabar tentang kumcer keroyokan kami yang sedang Kak Omem pelajari.

Sebagai pengingat semacam janji, bulan Januari sudah berakhir, dan kini sudah memasuki Februari. Kami tahu kalau jadwal Kak Omem sangat padat, dan karenanya, kami bersepuluh masih menahan diri menanyakan kabar itu.

Melalui surat cinta ini, selain mewakili teman-teman yang lain menanyakan bagaimana kelanjutan nasib #KKIBT kami, aku pun akan menceritakan sejarah singkat pembuahan dan perkembangbiakan #KKIBT.

Proses kreatif ini berawal dari perbincangan di antara aku dan Ambar yang akan membuat proyek menulis berdua. Tapi, mengingat segala hambatan jarak dan kesibukan, kami pun akhirnya banting pulpen untuk membuat proyek menulis keroyokan. Terciptalah proyek “Kisah-Kisah yang Tak Boleh Dikisahkan” atau #KKYTBD yang sudah diterbitkan secara indie pada awal tahun 2012 kemarin.

Tak puas dengan #KKYTBD, kami pun kembali menulis proyek keroyokan. Aku sendiri sih menyebut perasaan itu sebagai “Ketagihan”. Proyek tanpa nama dan tema itu pun berlangsung santai namun serius, selama kurang lebih tiga bulanan. Saat itu, yang menyatakan bersedia untuk bergabung selain aku dan Ambar adalah Aan, Adit, dan Ichan. Kemudian, seperti agen MLM, masing-masing dari kami pun mencari tambahan “kaki-kaki” supaya tercipta piramida besar bernama tim sukses.

Hadirlah Norman, Ramdan, Eddy, Andris, dan Fikan, melengkapkan formasi kami. Bersepuluh, kami terasa penuh. Bersepuluh, kami saling menyentuh dan menyetubuh… (?) Dan setelah bersepuluh itu lah, kami akhirnya menemukan benang kemerahan dari cerpen-cerpen kami. Ialah tentang kebetulan, dan takdir. Awalnya, proyek ini akan dinamai “Serendipity”, namun kebanyakan dari kami sangat menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Jadilah proyek ini bernama “Kebetulan-Kebetulan itu Bernama Takdir” atau #KKIBT.

Masing-masing dari kami menulis satu judul cerpen, kecuali aku dan Ambar yang menulis dua judul. Kemudian, ada satu cerpen terakhir yang berjudul “Serendipity” yang ditulis secara gotong royong oleh Ambar, Adit, Ramdan, aku sendiri, dan Fikan. Cerpen pamungkas yang dikisahkan oleh tokoh-tokoh dalam cerpen kami masing-masing, yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan satu sama lain, dan bisa jadi merupakan jawaban atas pertanyaan di cerpen kami masing-masing tadi.

Ada kepuasan dan ketidakpuasan tersendiri setiap kali menyelesaikan proyek menulis keroyokan. Untuk proyek #KKIBT ini aku merasa lebih banyak kepuasannya. Aku sangat menikmati proses penulisannya, pengumpulannya, diskusi dan perdebatannya, jambak-jambakannya, cubit-cubitannya, elus-elusannya… pokoknya, di balik buku—yang sementara—bersampul depan putih dengan gambar dua dadu berwarna merah itu ada banyak kenangan dan cerita-cerita nyata yang tak terlupakan.

Yang lebih menyenangkannya lagi, melalui proyek ini, aku bisa berkenalan dan bertemu dengan teman-teman baru; pria-pria tampan dan menyenangkan seperti Fikan, Andris, dan Omem. Kalau Aan, Ambar, Adit, Eddy, Ichan, Norman, dan Ramdan sih udah kedaluarsa, ya. Hehe… Enggak lah. Kalian juga tetap pria-pria tampan dan menyenangkan yang kukenal lebih awal. Tinggal Ichan, Eddy, dan Norman yang belum pernah aku temui secara tiga dimensi. Ayo, kapan kita ketemuan?

Ya. Demikianlah surat cinta yang diam-diam dialamatkan secara keroyokan ini. Dan kembali pada tujuan awal, pada akhirnya, kepada Kak Omem, aku ingin menanyakan bagaimana kelanjutan proyek #KKIBT ini. Apakah kita perlu bertemu atau chit-chat atau berkirim surat untuk membahas proses kelahiran buku ini? Atau… bagaimana?

Terimakasih, Kak Omem. Selamat hari Senin.

Bandung, 4 Februari 2013
-D-


Ditulis oleh : @daaduun untuk @omemdisini
Diambil dari http://ininyadadun.wordpress.com

No comments:

Post a Comment