#30HariMenulisSuratCinta adalah proyek non komersil yang digagas untuk menggabungkan kesenangan menulis di twitter dan blog. Proyek belajar menulis bersama ini dilaksanakan setiap 14 Januari - 14 Februari setiap tahunnya. Ini adalah tahun ketiga pelaksanaan proyek menulis yang juga menjadi ajang silaturahmi dari blog ke blog.
05 February 2013
Sahabat Sedarah
Ehem... ehem...
Hello you there! Sorry for making you waiting this love letter. Hehehe...
It's my fault. You can blame on me, angry or scold. Anything you want. But... you suprise me and said, "Nggak apa-apa."
Ukhhh... What a kind sister. You look like an angel, eh?
Hahaha. Sudah ah mujinya. Nanti ada yang melayang, walaupun sebenarnya kamu tidak mungkin melayang atau terbang sih. Berat, kan soalnya? XD~
Apa kabarmu di sana, saudaraku? Baik, ya? Si kecil Kenzo bagaimana? Sudah bisa bicara? Bisnis suamimu makin maju juga ya pastinya?
Aku di sini tetap seperti dulu. Tidak ada yang berubah. yang berubah paling kulitku saja, semakin keriput dan rambut yang terus-terusan rontok. Pertanda apakah ini?
Hahaha. Mulai dimakan usia tampaknya. Ssst... rahasiakan umurku.
Dek, aku rindu kamu....
Kamu rindu juga kah padaku?
Jangan menggeleng, nanti aku sedih. Jangan mengangguk, nanti aku terharu.
Baiklah... untuk mengobati rasa rindu ini, bagaimana kalau kita mencoba mengingat kembali masa lalu kita? Menyelam ke dalam kenangan, lebih dalam lagi...
Coba aku ingat-ingat.
Huhmmm... Mari kita pergi tahun 1991.. ke 20 tahun lalu, di saat kamu masih tinggal ama Ama (nenek dalam bahasa tio ciu) di Gang Jiran?
Kamu dan aku yang masih berpotongan rambut pendek, senang berlari-lari di dalam gang, bermain masak-masakan, berendam di kali.
Ah, kali itu, yang di depan rumah Ama. Kita membuat heboh mamaku dan bang Ameng yang mengira kita tenggelam di kali, padahal kita cuma berendam saja. Tidak mungkin juga kita berani mencoba berenang, karena kita berdua kan penakut! Hahaha.
Seketika aku langsung tertawa kalau mengingat kejadian itu. Kita dulu lucu, ya?
Umur berapa sih kita waktu itu? 5 atau 6, ya?
Terus, aku pernah ingat, waktu itu aku sudah mendaftar untuk masuk SD, kamu juga merengek ingin mendaftar juga agar setingkat denganku, tapi ditolak karena umurmu masih belum cukup. Kepala sekolahnya jahat, perbedaan 5 bulan harusnya bukan suatu masalah, asalkan kamu bisa mengeja nama atau alphabet, toh?
Ya, tidak apa. Setidaknya, setiap minggu kita masih tetap bisa bermain bersama, saat istirahat di sekolah kita tetap bertemu. Walaupun setelah 5 tahun bersamamu di SD, kita akhirnya berpisah lagi waktu SMP karena nilaiku yang jelek dan tidak bisa mendaftar di SMP terkenal itu. Padahal kita sudah janji akan bersama terus. Maaf, ya... otakku memang pas-pasan. Kamu tahu itu.
Tapi Tuhan itu baik, Dia mempersatukan kita di SMA yang sama lagi.
Aku kakak kelas dan kau adik kelas. Tapi, aku tidak pernah memperlakukanmu seperti junior, kan? Aku bukan tipe senior yang galak, sok, atau bengis. Kamu tahulah, aku kan orangnya tidak tegaan dan baik hati. Hahaha.
Oke oke. Aku tahu kamu sekarang mendengus dan protes, "hah! mana mungkin, kamu kan seneng ngerjain orang!"
Cuma itu yang paling berbekas di ingatanku, tapi kalau mau dipaksakan, sebenarnya bakalan lebih banyak kenangan yang akan terkuak lagi.
Kita simpan di dalam hati saja, abadikan.
Aku tidak mau membuat orang-orang iri dengan hubungan kita yang erat. Bayangkan, kita ini sepupu tapi juga bersahabat. Jarang ada sepupu tapi bersahabat, apalagi sahabat tapi kayak saudara.
Sekarang, tetiba aku tersadar. Ternyata perbedaan kita itu banyak, lho.
Biar kusebutkan. Tapi kamu jangan tersinggung, cukup tersanjung saja.
Aku yang kurus, kamu yang montok.
Aku yang otaknya pas-pasan, kamu yang cerdas.
Aku pemberani, kamu yang penakut.
Aku yang lihai berbahasa inggris, kamu yang pintar berhitung.
Aku yang senang mengejek, kamu yang polos.
Aku yang nakal, kamu yang pendiam.
Perbedaan-perbedaan inilah yang membuat kita semakin kompak. Benar, kan? Kita saling melengkapi. Ketika aku kesusahan berhitung saat berbelanja, kau akan membantuku mengkalkulasikannya. Ketika kamu kesusahan menggunakan bahasa inggris saat kita liburan di Malaysia, kamu mengandalkanku. Dan yang paling lucu adalah, kau selalu disangka kakakku karena postur tubuhmu yang lebih besar. Maaf, itu bukan sepenuhnya kesalahanku, kan?
Namanya hidup, ya? Tidak berjalan di tempat, selalu berputar. Kita mulai jarang bertemu. Untunglah masih bisa berkomunikasi lewat BBM. Terima kasih deh buat penemu internet dan Blackberry. Hahaha.
Kita yang sudah beranjak dewasa, punya teman baru, pasangan, intinya punya kehidupan masing-masing.
Kamu pun menikah, meninggalkanku yang lajang ini. Tapi aku tidak sedih, justru sangat bahagia karena adik sepupuku sudah menemukan tulang rusuknya. Menempatkan diri sebagai seorang istri di umur yang masih muda, juga bukan hal yang gampang. Aku salut padamu.
Terus, kata orangtua zaman dahulu, "tidak baik dilangkahi adikmu nikah, nanti kamu susah dapat jodoh."
Halah. Aku tidak merasa dicurangi, mitos seperti itu tidak berlaku di kamusku.
"Setuju! Jodoh itu kan di tangan Tuhan," katamu menyemangatiku.
Bodoh, aku tidak pernah seputus asa itu soal menikah, adikku sayang. Kamu bisa lihat, aku masih terlena dengan kehidupan masa lajangku. Selama kita bahagia, jalani saja apa yang ada. Dan aku pun semakin bahagia dengan munculnya si jagoan 'Kenzou Ervinson Lo".
Kyaaaaaaaaa. Dia lucu sekali, sangat amat montok! Tapi ini juga kebahagiaan yang menyebalkan.
Tahu kenapa? Karena kamu sudah membagi rasa sayangmu untukku ke suami dan anak. Apa rasa sayangmu ke aku semakin berkurang? Kuharap tidak. Aku bisa pundung di bawah shower tujuh hari tujuh malam kalau begitu.
Ngomong-ngomong, bagaimana sih rasanya menjadi seorang ibu? Jangan tanya kenapa tiba-tiba aku melayangkan pertanyaan ini, cuma terlintas saja.
Katanya, demi seorang anak, seorang ibu rela melakukan apa saja demi membahagiakan dia, ya? Beneran apa saja? Terus, katanya, kalau menjadi seorang ibu, seluruh kasih sayangnya dikerahkan hanya untuk anaknya saja? Benar begitu?
Mungkin perasaan menjadi ibu, tidak bisa diujarkan dalam bentuk kata-kata apalagi kalimat ya?
Ya sudah kalau begitu. Tidak perlu dijelaskan, abaikan saja. Aku hanya penasaran.
Well, intinya, aku tidak tahu rasanya menjadi ibu seperti apa. Paling-paling, kamu akan menyuruhku "menikahlah, dan rasakan!" Ya... mungkin aku harus mempercepat targetku untuk menikah tahun ini lalu buru-buru punya anak untuk memuaskan rasa ingin tahuku. Bagaimana menurutmu? Apa kamu masih punya stok lelaki yang masih lajang yang sesuai dengan kriteriaku? Ah, kamu kan tahu segala hal tentangku, kan? Tidak ada yang tidak kamu ketahui tentangku. Makanya aku sangat menyayangimu, sangat, sangaaaaaaaaaat menyayangimu! Ciyus, ini bukan gombal.
Hahaha.
By the way, maaf ya sudah membuatmu menunggu surat ini, telat 24jam. Haha. Lagian, aneh juga, sudah sebesar ini kamu masih saja cemburu dengan Fanny karena dia menerima suratnya duluan. Benar-benar tidak berubah, kamu tetap Vina-ku yang dulu. Vina yang lucu, Vina yang selalu marah karena sering kukerjain, tapi karena rasa sayangmu yang besar, kamu selalu memaafkan kejahilanku. Terima kasih ya, Dek.
Terima kasih sudah mau menjadi saudaraku.
Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku selama berpuluh-puluh tahun.
Terima kasih sudah mau menemaniku.
Terima kasih atas segalanya.
Tapi aku punya permintaan, tidak banyak, tidak sulit, kau tidak perlu mengerahkan tenaga untuk melakukannya, apalagi biaya.
Yang kuinginkan cuma satu...
Aku tidak mau kamu berubah, sedikitpun tidak mau. Kumohon... jangan pernah berubah. Tetaplah seperti ini ya, sahabat sedarahku...
With love,
Lia
Oleh @lia_neyh untuk @vhina_chan
Diambil dari http://donasaku.blogspot.com/2013/02/sahabat-sedarah.html
Labels:
Surat Cinta #22
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment