05 February 2013

Ayah, Ibu dan Kita


Dear yang disana.

Kemarin malam saya ketemu keluargamu di salah satu pusat perbelanjaan di kota ini. Mereka seperti ada yang berbeda. Wujud dirimu yang tidak ada diantara mereka, lebih tepatnya. Segera ku hampiri ayah, ibu dan adik-adikmu untuk sekedar menanyakan kabar mereka dan kabarmu disana. Senang rasanya mereka masih mengingatku.

Kabar mereka disini baik-baik saja, loh. 10 menit kami bercerita. Tapi, bercerita panjang lebar sambil berdiri ditengah keramaian memang rasanya tidak sopan, akhirnya saya mengajak bapak dan yang lainnya untuk sekalian makan malam ke lantai tiga. Tempatnya di cafe dan di meja favorit kita. Sekedar nostalgia denganmu sepertinya tidak ada salahnya.

Ayah dan ibu tampaknya senang melihat kedekatan kita, meskipun sebenarnya tidak seperti yang mereka kira. Kita mungkin dikira telah terikat sebuah hubungan. Makanya ibu kelihatan sangat senang ketika kusapa dirinya tadi. Kalau bapak, malah lebih bertanya pekerjaanku saat ini. Dia mungkin sudah mulai memikirkan masa depan anak perempuannya yang sedang penelitian di kota lain. Ini masih tentang dirimu. Mungkin mereka sudah mempunyai rencana melihat intensitas kita kemarin. Tapi, itu rencana mereka, kau mungkin sudah memiliki rencana lain dengannya. Saya, hanya orang yang senang dengan keluarga dan adik-adikmu.

Mungkin jika suatu hari nanti kau telah pulang dari penelitianmu, kita sudah harus merubah apa yang mereka kira tentang kita selama ini. Saya cuma tidak mau terlalu jauh merusak rencanamu dengannya. Ada baiknya kalau kita coba menjelaskan hubungan kita yang sebenarnya, agar mereka tidak terlalu jauh salah sangka. Satu lagi pesanku, cepatlah pulang, mereka menunggumu.

Tertanda
Teman lamamu


Ditulis oleh : @dimasprakosooo
Diambil dari http://melancholyholic.com

No comments:

Post a Comment