05 February 2013

Bisakah Enyah?


Selamat dini hari, kamu yang dipikiranku terus berlari-lari.

Tidakkah kamu capek dengan tingkahmu seharian ini? Mengikuti kemanapun aku pergi. Kau apel pagi dengan mendatangiku yang baru saja terbangun dari tidur nyenyakku. Kemudian menemaniku sarapan dengan suaramu yang samar-samar terdengar dari telingku. Kaupun tak membiarkan aku makan siang sendirian, karena tiba-tiba saja bayangmu menemaniku menyantap makananku. Duduk persis didepanku sehingga bisa kulihat jelas sorot tajam matamu yang terbingkai frame hitam. Dan sekarang, kau lagi-lagi muncul di langit-langit kamarku. Menyunggingkan sebuah senyum yang terus akan kuingat. Seperti berkata padaku bahwa kau ingin bertemu. Ingin menuntaskan rasa penasaran yang entah sejak kapan membayang, sepertiku saat ini.

Bukannya aku tak ingin menuntaskan rasa penasaran yang sama-sama kita rasakan sebenarnya. Namun tidakkah kau capek denganku? Yang selalu saja bimbang untuk bertemu kamu atau tidak. Sedang segala kegigihanmu bagiku hanyalah penguat rasa hatiku untuk tetap bersama lelaki yang sekarang bersamaku. Dialah kekasihku. Aku bahagia dengan segala kebersamaan yang pernah kau dan aku rasakan, yang pernah kau dan aku jalin. Aku pun paham, kau sosok yang begitu menyayangiku, bahkan rela untuk sekadar menungguku berpisah dengan lelakiku. Walau kau jauh lebih baik dari lelakiku, kukatakan padamu sekali lagi. Aku tak akan pernah bisa untuk bersama denganmu. Waktu yang tak pernah mengijinkan. Andai kau datang lebih awal. Disaat skenario hidupku belum diatur sedemikian rupa oleh lelakiku, mungkin kini kita bisa lebih bahagia. Aku, bahagia denganmu tanpa ada yang tersakiti.

Tapi untuk saat ini, aku tak bisa berbuat banyak. Aku harus terus menjalani kisah dengan lelakiku kemanapun tujuannya. Aku mengikuti dia. Walau bahagiaku bila ada kamu. Aku pun tak pernah memaksamu tinggal menetap dihatiku, kau boleh sesuka hati datang dan pergi padaku. Seperti aku ketika penat sudah kurasakan bersama lelakiku dan ternyata hanya kamu yang dapat membesarkan hatiku untuk menerima lelakiku sebagaimana adanya dia. Tapi kau nyatanya selalu ada, untukku. Di setiap mataku memejam dan disetiap mataku terbuka.

Kau, bisakah enyah saja dari pikiranku?


Ditulis oleh : @enhanhanha
Diambil dari http://ernamardjono.tumblr.com

No comments:

Post a Comment