4 Februari 2013
Mengenai waktumu menjelang.
~~~
Ini soal hari-hari ini dan segenap kekuatiranmu. Harimu dan malam sendu, aku tahu. Ketika engkau duduk sendiri di belahan sunyi, aku tahu. Paruh-paruh waktu saat engkau hanya ingin menyimak dinding kaca bercerita, aku tahu. Hujan menari, sedang engkau hanya biarkan rintik dan rintih menyusup sesekali. Aku tahu, meski sulit mengerti.
Aku pun tahu, bahwa tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk tidak tahu. Mari mengingat-ingat. Aku tidak hadir di sana ketika engkau berkeputusan menikah. Aku tidak muncul pada saat-saat kalut yang bergelut, meski demi memutus waktu barang sebentar. Maka, aku tahu. Aku tahu.
Pada hari-hari ini, dengarlah meski sekelilingmu tanpa suara, napasmu sendiri tidak putus setengah jalan karena hatimu terpelihara. Engkau dan aku sama-sama senantiasa tidak mengerti. Namun, mungkin memang demikian caranya hari kemarin dan hari esok berbaur pada hari ini, dan seterusnya. Lepas dari cara yang tidak terpahami, yang kita bisa serap hanyalah bahwa tahun demi tahun tergenapi dalam sebentar, dalam beberapa hari, saat hidupmu bukan hidup yang sendiri lagi. Hatimu terpelihara, sejauh ini. Menikahlah.
Dua minggu lagi, aku akan ada. Dan bila hari-hari ke depan sulit, aku juga akan ada. Aku tahu, hatimu terpelihara, sejauh ini. Aku tahu. Menikahlah.
~~~
Dari sahabat yang pernah hilang,
tapi tidak sekalipun luntur percayanya padamu,
bahwa hatimu selalu terpelihara.
Oleh @augustalks Sumber: http://petikanbulan.wordpress.com
No comments:
Post a Comment