Maafkan Atas Ketidaksengajaan
Bekasi, 1 Maret 2013
Teruntuk Indri,
dengan sewujud hati yang mungkin sedang teramat tersakiti.
Cukup kaget dan tidak bisa berkata apa-apa saat membaca surat balasanmu, In. Bahkan air mata penyesalan menetes tanpa disadari. Satu-satunya yang aku harap bahwa kamu hanyalah sedang bercanda. Tapi nyatanya tidak ya, In?
Sebelumnya aku minta maaf, In. Mungkin ada beberapa hal yang tanpa disengaja membuat kamu tersakiti. Aku minta maaf kalau karena aku, kamu sama Kak Anton malah jadi kayak gini. Aku nggak pernah nyangka kalo semuanya justru hanya akan menjadi serumit ini. Sungguh, bukan yang seperti ini yang ada di pikiran aku, In. Aku justru berharap bahwa si pengirim pesan manis itu hanyalah orang tak dikenal yang tidak akan berdampak apa-apa untuk kita. Malahan, aku sudah tidak lagi memedulikan kalimat-kalimat yang memang sampai saat ini masih dikirimnya. Terlebih saat kamu bercerita seperti ini, aku akan semakin tidak ingin menggubrisnya, In.
Seharusnya bukan aku, In. Seharusnya bukan aku yang Kak Anton serang dengan berbagai rangkaian kata yang aku akui memang cukup manis. Apalagi Kak Anton pun sudah tahu bahwa aku dan Manu memang sedang dekat. Meskipun aku menyadari, bahwa aku tidak boleh melarang perasaan seseorang. Tapi seharusnya memang bukan aku, In.
Aku nggak tahu apakah ke depannya, aku masih mau untuk bertemu lagi dengan Kak Anton atau enggak. Aku nggak tahu apakah suasana akan tetap sehangat kemarin atau tidak. Apapun itu, biar hatimu mendapat pengobatan lebih dulu, In. Barangkali kita bisa mengatur janji untuk kembali bertemu, hanya untuk sekadar berbagi peluk masing-masing. Kabari aku kapanpun kamu mau, In. Aku selalu memiliki waktu.
Dari yang menunggu kabar darimu,
Esti.
Oleh: @estipilami untuk @idrchi
Diambil dari: http://estipilami.tumblr.com/
---
Akhirnya.
Bandung, Maret hari empat, 2013
Teruntuk,
Esti
yang sama bingungnya denganku
Hai, kamu..
Sudahlah, jangan khawatirkan aku, Ti. Aku baik-baik saja,sungguh. :)
Memang tak mudah pada awalnya ketika mengetahui bahwa kenyataan tak sesuai dengan apa yang kupikirkan. Namun, setelah kulewati hari demi hari sambil terus mencoba menerima, akhirnya hatiku kian mengerti. Yang kubutuh hanyalah waktu untuk memahami semua.
Dan kini aku sudah mampu menghela nafas lega, tersenyum tanpa terpaksa. Aku sudah melepas-relakan harapan yabg pernah kutitipkan pada Kak Anton. Entahlah, barangkali Kak Anton juga tak enak padaku setelah masalah ini—aku jadi jarang bertemu di perpustakaan.
Yah begitulah,Ti. Kita lupakan saja semuanya, ya. Jadikan ini pelajaran bahwa tak selamanya mereka yang menyambut baik perhatian akan punya maksud yang sama dengan kita. :’D
Ayo datang secepatnya ke Bandung, Ti. Manu juga pasti sudah rindu denganmu. :3
Bawakan aku oleh-oleh. Sebuah hati kosong yang bersedia kuisi, mungkin. Hahaha :p
yang sudah bersedia menyambut penghuni baru,
Indri.
Surat balasan dari @idrchi untuk @estipilami
Diambil dari: http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment