13 February 2013

Doa


Rasanya masih seperti kemarin terjadi, di bawah pohon di depan kampus saat aku memutuskan untuk menerima cintamu dengan banyak syarat. Hingga hari ini kau masih membahas kenapa kita memutuskan pacaran di bawah pohon?? Kenapa aku tidak memilih tempat bertemu yang normal seperti mantan-mantanmu sebelumnya, di kafe atau di food court?? Kau masih bertanya itu padahal ketika kutanya mengapa kau bisa menyukaiku kau menjawab “Kamu berbeda dengan wanita kebanyakan.” Really, Sayang??

Tiga seperempat tahun berlalu tanpa bunga selain di hari aku diwisuda. Aku pernah iseng bertanya kenapa kau tak pernah memberikan bunga padaku, mawar, anggrek, krisan atau kaktus sekalipun. Lalu kau menjawab “bukannya kau bilang kau tak suka bunga??” Really, Sayang??

Lalu apakah kita pernah bosan??

Candle light dinner yang kalah menarik dengan makan mi goreng telur dan beberapa gorengan di warung burjo pertigaan jalan. Kebencian yang sama kepada durian. Pembicaraan menyenangkan di tengah malam meski itu membahas mantan. Skype  yang menganggur karena aku malu melihat pantulan diri sendiri dan dicukupkan hanya dengan pesan-pesan singkat tak pernah gombal. Kau menelepon, memberi kabar bahwa kau sudah pulang kantor dengan selamat lalu tak lama setelahnya aku selalu ketiduran. Kita yang selalu senang dengan tanggal-tanggal merah di kalender lalu merencanakan pertemuan.

Lalu apa kita pernah bosan??

Ketika mantanmu menganggapmu sebagai kesalahan, mungkin aku juga. Karena seharusnya kau tidak menghampiri hidupku saat aku hanya bisa menerimamu sebagai kekasih. Seharusnya kau datang di saat kita berdua siap membangun surga setengah agama. Namun bukankah kita tak bisa menjadi kebenaran bagi semua orang??

Selamat hari menjelang pernikahan.

Tidak akan lama, Sayang.

Oleh @ildesperados
Diambil dari http://abracupa.posterous.com

No comments:

Post a Comment