Aku Mencintaimu Karena Kamu
Dear kamu,
Aku tak mengerti dengan kamu. Selalu. Entah
kenapa, perbedaan dalam menyebut nama Tuhan selalu kau agungkan.
Seakan-akan bahwa kesamaan merupakan jalan pintas menuju pelaminan. Jika
memang kita berbeda, berarti cinta kita yang sama. Mengapa kau tak
pernah bisa menyederhanakan seperti apa yang aku sederhanakan, Sayang?
Maaf, jika aku terlalu ambisius kali ini. Aku
hanya bosan menghadapi tanggapanmu tentang hal yang telah sama-sama
kita sepakati. Empat tahun lalu, kita pernah berjanji. Dan selama empat
tahun pula kita saling mengasihi. Apa itu tak cukup bagimu?
Aku sangat memahami kondisimu. Namun aku juga
tak bisa memungkiri bahwa aku ingin terus bersamamu. Bagiku, tak ada
perkara yang tak bisa dikalahkan cinta. Jika kita saling cinta, semua
perkara bagai pelengkap cerita. Bagiku, saat ini adalah saat dimana
cinta kita diujui. Siapa yang sungguh-sungguh mencintai, atau siapa yang
pura-pura mencintai.
Terlihat memaksa? Memang. Karena—sekali
lagi—bagiku cinta adalah paksaan. Paksaan untuk merubah hidup menjadi
lebih baik. Aku lebih baik dengan adanya kamu. Dengan adanya cinta itu.
Kini aku memasrahkan segalanya pada kesungguhan cinta. Pada kodrat yang
telah mempertemukan kita.
Aku mencintaimu apa pun yang terjadi. Aku
mencintaimu dengan persamaan atau perbedaan dalam menyebut nama Tuhan.
Aku mencintaimu karena kamu..
Aku mencintaimu,
Shandy
Oleh @shandyputraa untuk @helloechy
Diambil dari anotherdidhurt.tumblr.com
---
Surat balasan @helloechy untuk @shandyputraa
Mengertilah.
Dear Shandy,
Bukan maksudku untuk membuat cinta kita menjadi sebuah komplikasi. Aku mencintaimu, sungguh. Demi nama Tuhan yang menciptakanku, aku mencintaimu dengan segenap hati. Aku mencintai dirimu. Sungguh. Namun tidakkah kau mengerti, Sayang? Yang kuhadapi ini adalah Ibuku. Wanita yang sudah mempertaruhkan nyawa demi memperlihatkan dunia kepadaku. Bagaimana tega aku menghancurkan harapan dan hatinya dalam waktu bersamaan? Aku satu-satunya yang Ia miliki setelah kakak pergi. Aku tak sanggup melihatnya menitikkan air mata lagi untuk diriku. Kukira di dalam agamamu kau diwajibkan untuk mencintai Ibumu, bukan? Bagaimanapun Ibu takkan pernah bisa memahami, sampai kapanpun yang kucintai adalah kau. Kamu. Bukan Tuhanmu. Ibu hanya tak mau melihatku menderita saja, sungguh. Tapi beliau terlalu cepat menjatuhkan penilaian terhadapmu. Dikiranya kau akan membawa gadis satu-satunya pergi jauh. Tidakkah kau mengerti bahwa semua permasalahan ini berkecamuk di dada? Belum lagi permasalahan sekolah yang waktunya tinggal 10 hari lagi menjelang penggusuran. Semua masalah ini berputar di kepalaku.
Sayang, aku ingin menjadi istrimu. Sungguh ingin. Wanita mana yang sanggup menolak pria sepertimu. Tapi mengertilah, sayang.. Ketika kau mendapatkan hatiku, jangan pernah lupa berusaha mendapatkan hati Ibuku. Pernikahan ini bukan perkara mudah. Bukan hanya memajang foto di buku nikah kemudian hidup bersama. Bukan! Ingat, di agamaku kita menikah sekali seumur hidup. Dan akupun tak berharap kau meninggalkan aku nantinya. Jadi tolonglah.. Berusaha lebih keras untukku. Untuk kita. Raihlah cinta dari Ibuku juga. Agar kita mencinta dengan indah dan kita bisa mencinta Tuhan kita masing-masing.
Mengertilah, sayang.. Kuharap kau mengerti bukannya aku tak mencintaimu, tapi cinta terhadap Ibuku tak kalah besarnya.
Echy.
Bukan maksudku untuk membuat cinta kita menjadi sebuah komplikasi. Aku mencintaimu, sungguh. Demi nama Tuhan yang menciptakanku, aku mencintaimu dengan segenap hati. Aku mencintai dirimu. Sungguh. Namun tidakkah kau mengerti, Sayang? Yang kuhadapi ini adalah Ibuku. Wanita yang sudah mempertaruhkan nyawa demi memperlihatkan dunia kepadaku. Bagaimana tega aku menghancurkan harapan dan hatinya dalam waktu bersamaan? Aku satu-satunya yang Ia miliki setelah kakak pergi. Aku tak sanggup melihatnya menitikkan air mata lagi untuk diriku. Kukira di dalam agamamu kau diwajibkan untuk mencintai Ibumu, bukan? Bagaimanapun Ibu takkan pernah bisa memahami, sampai kapanpun yang kucintai adalah kau. Kamu. Bukan Tuhanmu. Ibu hanya tak mau melihatku menderita saja, sungguh. Tapi beliau terlalu cepat menjatuhkan penilaian terhadapmu. Dikiranya kau akan membawa gadis satu-satunya pergi jauh. Tidakkah kau mengerti bahwa semua permasalahan ini berkecamuk di dada? Belum lagi permasalahan sekolah yang waktunya tinggal 10 hari lagi menjelang penggusuran. Semua masalah ini berputar di kepalaku.
Sayang, aku ingin menjadi istrimu. Sungguh ingin. Wanita mana yang sanggup menolak pria sepertimu. Tapi mengertilah, sayang.. Ketika kau mendapatkan hatiku, jangan pernah lupa berusaha mendapatkan hati Ibuku. Pernikahan ini bukan perkara mudah. Bukan hanya memajang foto di buku nikah kemudian hidup bersama. Bukan! Ingat, di agamaku kita menikah sekali seumur hidup. Dan akupun tak berharap kau meninggalkan aku nantinya. Jadi tolonglah.. Berusaha lebih keras untukku. Untuk kita. Raihlah cinta dari Ibuku juga. Agar kita mencinta dengan indah dan kita bisa mencinta Tuhan kita masing-masing.
Mengertilah, sayang.. Kuharap kau mengerti bukannya aku tak mencintaimu, tapi cinta terhadap Ibuku tak kalah besarnya.
Echy.
Diambil dari rechyandani.tumblr.com
No comments:
Post a Comment