Menunggu dengan sia-sia, bagaimana rasanya? Menurutku melelahkan, tapi mengajarkan kesabaran serta lapang dada, legowo bahwa tidak semua yang menurutku telah aku perjuangkan bisa aku dapatkan. Mungkin karena pada kenyataannya aku tidak cukup berjuang untuk bisa bersamamu.
Apa kabar hatimu hari ini? Kabar terakhir yang aku dengar kamu ternyata masih terjebak dalam kubangan masa lalu. Baiklah, jika masa lalumu lebih menarik, pergilah… Karena aku tak bisa memaksamu untuk berpura-pura mengimbangi perasaanku.
Untuk kamu iya kamu, terimakasih Januar(i) karena telah memberiku kesempatan bagaimana rasanya didengar. Maaf, jika selama ini aku terlalu banyak bicara. Kamu boleh melupakan semuanya, anggap saja aku angin lalu yang menimbulkan kegaduhan ditelingamu. Iya, kamu boleh melakukan itu. Aku merelakan dengan penuh rela.
7 bulan kurang lebih hariku terisi dengan mengingatmu dan merapalkan namaku dideretan doa panjangku, tapi rupanya Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untukku, yang lebih aku butuhkan bukan yang aku inginkan. Maaf, telah mencoba masuk terlalu dalam dikehidupanmu.
Sebenarnya aku dan kamu ini pantasnya disebut apa? Sebut saja sesuatu yang tak berawal dan tak berakhir. Tak pernah bertemu titik temu, aku dan kamu adalah sepasang pecundang yang terlalu takut memiliki karena terlalu sering disuguhi kata selesai. Atau memang cintaku yang bertepuk sebelah tangan? Aku yang mencintaimu diam-diam, tapi cintaku transparan kamu mampu melihatnya bukan? Entahlah, entah sepasang apa kita ini…
Akhir Hujan Januar(i) semoga bukan akhir sepasang ketidakpastian aku dan kamu.
Biarkan Tangan Tuhan yang bekerja, aku manusia tunduk pada takdirnya. Semesta mendukung, amin…
Akhir Hujan Januar(i) aku masih menunggu semuanya pasti. Karena aku terlalu rapuh jika kamu biarkan aku terus merana.
Aku; pencinta Hujan dan Januar(i)
Ditulis oleh : @dhiny_mayvi
Diambil dari http://dhinymayvi.tumblr.com
No comments:
Post a Comment