03 February 2013

Forever and always

Hai sayangku,

Mungkin di saat kau membaca surat ini, aku sedang tidak berada di sampingmu. Tidak perlu menelpon atau mengabariku bahwa kau sudah menerima surat ini untuk bertanya langsung padaku apa isinya. Cukup luangkan waktumu sebentar untuk membacanya.
Mungkin pikirmu, ini terlalu oldies atau jangan-jangan kau menyangka aku pengecut karena memilih cara seperti ini untuk berbicara denganmu. Dan oh ya, tentu saja ini bukan karena aku menghindar, menjauhi atau memutuskan hubungan kita lewat sebuah surat. Ah, kau tahu pasti aku bukan orang seperti itu. Seingatku... kau pernah bilang, bahwa kau benci pecundang.

Sayangku, tujuanku menulis ini karena aku ingin surat ini menjadi salah satu bagian dari sejarah kita. Bahwa, aku, kekasih yang paling kaudambakan pernah mengirimimu surat. Biarpun ini terlihat aneh, tapi kupikir ini lumayan romantis. Jadi setidaknya, di saat kita sudah tua dan mata kita sudah tak mampu bekerja, aku bisa menyuruh cucu kita untuk membacakan surat ini, dan memamerkan pada mereka betapa romantisnya diriku. Kau jangan tertawa, aku tahu ini lebay, tapi please, aku bersungguh-sungguh ingin mengabadikan kenangan kita ke dalam sebuah tulisan. Karena menurutku, kita tidak bisa mengandalkan otak untuk menyimpan seluruh kenangan kita. Otak kan seperti flash disk, punya kapasitas. Maka dari itu, aku ingin sedikit membaginya ke surat ini, agar kelak, ketika kita sudah pikun, kita bisa membaca dan mengingatnya kembali, lalu tertawa bersama sambil menggenggam tanganmu yang hangat. Ngomong-ngomong, apakah di saat sudah tua nanti tanganmu masih akan tetap hangat seperti sekarang? Tidak tahu? Hmm... baiklah, kita buktikan saja nanti.

Sayangku, aku rindu denganmu. Haha. Padahal kita baru saja bertemu, ya? Aku tahu pasti kau berpikir bahwa kekasihmu ini sangat norak. Entahlah, sepertinya presentase rindunya bertambah saat kita berjauhan. Jadi, untuk menetralkan rasa ini, ada baiknya kita selalu berdekatan setiap saat. Kenapa? Kau mau protes? Atau kau sedang berpikir kekasihmu ini sudah gila?
Iya, kau benar. Aku sudah gila.
Entah mengapa, sebelum berpetualang ke negeri mimpi, yang selalu terbayang adalah dirimu, berikutnya yang kulakukan, adalah meraih ponsel, memandang fotomu yang menjadi wallpaper, membayangkan dirimu, hingga terlelap padahal harusnya aku berdoa dan bersyukur atas segala rahmat yang Tuhan berikan untukku.
Setiap pagi pun, saat aku terbangun, alih-alih ke kamar mandi, aku malah melakukan morning call atau sekedar mengirimkan SMS greeting setiap pagi.
Tapi aku tidak pernah bosan dengan aktifitas seperti tadi. Bagiku kau candu dan aku menikmatinya. Kalau kau tak percaya, kau bisa memasang CCTV di kamarku.

Humm... Tahukah kau, saat kita bersama tadi, saat melewatkan malam minggu bersama. Sepanjang kencan, aku berpikir lamat-lamat, bersitegang dengan semua suara yang ada di pikiranku lalu pada akhirnya... kau malah marah dan berkata bahwa mengapa aku berubah menjadi pendiam malam ini.
Aku diam karena ada alasannya, Sayang. Penasaran? Baiklah, akan kujelaskan sekarang, di sini.

Kau tahu pasti bahwa aku sangat mencintaimu, kau satu-satunya orang yang mampu menggerakkan hatiku, membuka pintu hatiku yang sudah tertutup lama karena takut terluka lagi, kau mengajarkanku tentang kasih, membuatku menjadi seseorang yang paling kaubutuhkan, dan kauandalkan.
Tahukah kau, bahwa aku merasa sangat istimewa ketika berada di dekatmu?
Tahukah kau, bahwa aku selalu ingin menyentuhmu, memelukmu, dan mengecupmu setiap hari?
Tahukah kau, bahwa aku selalu ingin berada di dekatmu sepanjang waktu walau sebenarnya itu tidak mungkin, karena kau perlu ke toilet untuk mandi.
Tahukah kau, bahwa mendengar suaramu sekedar lima menit, atau melihatmu tersenyum sebentar saja hatiku sudah sangat lega dan bahagia.
Aku benar ingin memilikimu seutuhnya, menginginkanmu...
Forever and always.
Bersama kita melakukan hal-hal yang menakjubkan, menjadi pasangan yang konyol, terkadang mesra, hingga membuat iri semua orang yang ada di sekeliling kita. Menertawakan hal-hal yang sebenarnya tidak begitu lucu, berdebat masalah sepele, bertengkar karena salah satu dari kita berpegang teguh pada prinsip masing-masing, lalu berbaikan satu jam setelahnya.
Did you ever notice that we are the best amazing couple in the world?
Aku benar-benar tidak ingin kehilangan momen-momen seperti ini.
Jadi... maukah kau terus berada di sampingku sampai akhir hayatku? Tumbuh tua bersama, menikmati sisa hidup kita bersama?
Jangan menggelengkan kepalamu, karena jika demikian, aku akan ke rumahmu sekarang lalu menarikmu ke dalam dekapan dan tak akan pernah kulepaskan.
Aku sangat sangat sangat ingin merengkuhmu sekarang, membelai kepalamu saat kau beranjak tidur, meniup telingamu untuk membangunkanmu, mengecup keningmu saat akan berangkat kerja, dan mendengarmu berkata, "hati-hati ya... jangan ngebut", atau menikmati kopi buatanmu saat memandang langit sedang menangis.
Aku ingin membuat jutaan kenangan bersamamu....
Menangis dan tertawa bersamamu jutaan kali....
Aku ...
Ah, aku tidak tahu harus menulis apalagi.
Aku hanya butuh jawaban darimu.
Secepatnya, setelah kau membaca surat ini.
Kirimi aku pesan.
Jawab saja "iya" atau "tidak"


Teruntuk Natalia,

Dari Pria Yang Sangat Memujamu

Love you



PS : Surat seperti inilah yang aku tunggu suatu saat nanti, saat Mr. Right hadir dalam kehidupanku. Aku menunggumu. Selalu. Forever and always.
 


Oleh @lia_neyh
diambil dari http://donasaku.blogspot.com

No comments:

Post a Comment