03 February 2013

Petualangan Berburu Bangkai


Sore, uni, maaf ya aku tidak memenuhi permintaanmu untuk membuat metafora-metafora dari bak mandi, gayung, dan para sahabatnya, karena sejak post terakhir di blog ini, aku belum mandi lagi. Hihihi.

Jadi, aku akan menceritakan petualanganku berburu. Berburu bangkai. Bukan untuk dimakan, tentu, ini untuk dibuang. Aku memburu bangkai tikus beberapa menit yang lalu.

Ceritanya begini. Rumah(orangtua)ku kan 3 tingkat. Tingkat pertama diisi kakak, ayah, ibu, adik dan ruang tamu serta dapur. Sedangkan tingkat kedua ditempati olehku beserta nenek dan seorang tante. Nah, di tingkat ketiga ini merupakan tempat jemuran dan ada loteng merangkap gudang. Karena bentuk kedua bangunan di lantai tiga ini tidak tertutup rapat, masih ada celah-celah dimana hewan kecil bisa masuk, maka inilah tempat di mana tikus dan kucing masuk ke dalam rumahku.

Sekitar 2 malam lalu, aku sedang asyik bermain online di kamar. Tiba-tiba, dari balik lemari, ADA SEEKOR TIKUS KECIL YANG MENABRAK PINTU KAMARKU! lalu ia kembali lagi ke balik lemari. Aku yang kaget langsung saja membuka pintu kamar, namun ia-si tikus kecil- tidak kunjung keluar juga. Ya sudah, aku tutup lagi pintu kamarku. Besok pagi paling ia keluar sendiri, pikirku.

Semalam, aku mencium bau yang aneh. Seperti bau tikus yang mati. Apakah si tikus kecil itu mati? Aku tidak tahu. Tapi karena hari sudah sangat larut aku pun hanya menyemprotkan pengharum ruangan saja. (uni boleh mengejekku malas dan super jorok sekarang)

Nah, sore ini, setelah berlelah-lelah membereskan kamar, aku mencoba untuk mencari letak si kecil itu. Aku mendorong lemari plastik 2 pintu tempat ia terakhir kulihat, tidak ada. Lalu aku menggeser lemari kayu 3 pintu di sebelahnya, lemari ini berat. Sedikit dorongan, tidak ada apa-apa. Lalu, darimana bau ini berasal? Karena penasaran, aku dorong lagi lemarinya. Tetiba, SI TIKUS JATUH KE LANTAI!

Ah, rupanya dia terjepit di bagian atas lemari. Malang sekali. Kemudian tanteku membantu untuk mendorong si tikus keluar dari celah lemari, tapi ia tidak mau membantuku mengambil dan meletakkannya di plastik untuk kubuang. Setelah kulihat baik-baik, ternyata kepala tikus itu sudah hancur, namun badannya bergerak-gerak. Jijik sekali.

Aku tidak takut pada tikus, buktinya aku tidak menjerit-jerit ketika ia muncul. Tapi aku jijik dengan hewan mati, apapun itu. Karena itu aku jijik sekali untuk membuangnya.

Walaupun pada akhirnya tikus itu berhasil kubuang sendiri, tapi aku belajar satu hal hari ini.

Yang paling hebat itu bukanlah mengalahkan rasa takut, melainkan rasa jijik. Hahaha!

Selamat menuju malam minggu, uni, jika melakukannya. Salam manis selalu. (ini kalimat yang selalu diutarakan sahabat pena, bukan? hihi)


Oleh @ydkzk untuk @unidzalika
Diambil dari http://ydkzk.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment