Surat untuk kamu yang sudah melangkah jauh untuk melupakanku,
Apakah kamu merindukan ketiadaanku? Apakah kamu merindukan aku yang merindukanmu? Apakah kamu merasa kehilangan dengan aku yang merasa kehilangan akan kamu?
Apakah kamu merindukan ketiadaanku yang merindukanmu? Apakah kamu mencari aku yang mencarimu? Apakah kamu merindukan absennya diriku dalam hidupmu? Apakah kamu merindukan diriku yang peduli padamu yang tidak peduli pada diriku?
Kamu bingung dengan ini? Tak apa lah, yang penting kamu tahu kalau aku rindu kamu. Kamu tidak rindu aku? Oh ya sudah lah, sudah bosan aku dengan hal itu. Aku sudah terlalu sering dengan hal itu, kamu yang terus menerus tanpa lelah mengacuhkanku dan aku pula yang terus menerus tanpa lelah mempedulikanmu. Kamu tak meminta aku melakukan ini? Memang tidak, tapi kamu yang membuat aku melakukan ini. Kamu lah biang dari segala hal ini, kamu lah yang membuat aku melakukan hal yang tak kamu minta, kamu lah masalahnya. Aku menganggapmu masalah? Iya, tapi ribuan hari aku melakukan ini... aku mungkin mulai menyukai hal bodoh ini..
Oh iya, maaf itu tak perlu lagi di bahas ya? Satu-satunya yang tersisa diantara kita hanyalah rinduku padamu yang tak pernah habis karena tak pernah mampu untuk menemukan penawarnya. Tak usah pusing lah kamu dengan kata-kata ini, kamu tahu sendiri yang aku maksud itu kamu, jelas-jelas surat ini untuk kamu. Entah sudah berapa banyak hari yang terlewatkan tanpa senyummu, semenjak senyummu tak lagi menjadi hal candu dalam keseharianku, aku belum menemukan kembali seseorang yang memiliki senyum yang indah melebihi senyummu. Semenjak senyummu tak lagi menjadi pelipur pilu di keseharianku, aku belum mampu lagi mengeja apa itu bahagia, kini ragu seringkali menyelimutiku semenjak kamu memutuskan untuk berlalu dari hidupku.... tanpa kamu izinkan aku untuk tak membiarkanmu berlalu begitu saja. Duniaku kelabu, lidahku mendadak kelu ketika kamu memilih untuk berlalu begitu saja tanpa ragu dan pikir panjang. Aku berpikir, pernahkah kamu menyesali keputusanmu? Adakah sekali saja aku terlintas di benakmu dan membuatmu kalut karena merasa bersalah? Entahlah..
Duhai sayang, semua tulisan kacau ku ini tak lain di dasari rasa rindu ku padamu yang mungkin sudah terlalu lama aku simpan untuk diriku sendiri. Selama kita berjalan sendiri-sendiri, pernahkah suatu hari kau ingat akan aku yang selalu mengingatmu dalam setiap doa? Menyebutkan dan menyelipkan namamu dalam indahnya doa yang aku panjatkan pada tuhan, bukan doa yang buruk, tentu saja doa terbaikku untukmu. Dimana pun kau berada, aku hanya berharap kamu baik-baik saja.
Kembali pada pertanyaanku di awal surat ini, apakah kamu merindukan ketiadaanku? Sejauh ini setelah aku pergi apakah pernah kau rasa rindu akan tiadanya diriku ini? Diriku yang kemudian tak ada di kehidupanmu ini, apakah pernah satu kali saja terlintas rasa rindu yang merasuki dirimu? Bisakah kamu beritahu aku mengenai rasa rindumu itu atau setidaknya beri aku petunjuk untuk mencari tahu jawabannya jika kamu tak mau beritahu aku. Apakah kamu merindukan aku yang merindukanmu? Selama ini aku menyimpan rasa rindu kepadamu, apakah pernah kamu juga merindukanku? Rasa rindu yang selalu memaksa untuk segera mencari penawarnya ini terkadang ingin tahu apakah dia mendapat balasan atau tidak.
Lalu, apakah kamu merasa kehilangan dengan aku yang merasa kehilangan akan kamu? Tentang ini, aku memang menjadi orang yang merasa sangat kehilanganmu setiap waktu setelah kau pergi. Bayang-bayang tentangmu ternyata belum mau pergi dari pikiranku, aku merasa kehilangan sosokmu yang dulu selalu ada di hari-hariku namun kini tak mampu lagi aku berbuat sesuatu yang akan mengembalikan hilangnya dirimu.
Apakah kamu mencari aku yang mencarimu? Apakah kamu merindukan absennya diriku dalam hidupmu? Apakah kamu merindukan diriku yang peduli padamu yang tidak peduli pada diriku? Aku tanyakan padamu semua pertanyaan itu hingga berkali-kali karena aku yang selalu ingin tahu dan diliputi rasa ingin tahu yang terlalu berlebihan, memang aku tak memaksamu agar memberi jawaban tapi ya kiranya kamu mau mengerti bagaimana rasanya menjadi seseorang yang penasaran seperti ini. Kiranya kamu mau merasakan pula bagaimana menjadi aku yang merasakan rasa penasaran yang berlebihan ini. Aku tak tahu lagi bagaimana harus menyampaikan kata-kata ku ini padamu, bagaimana pun aku menyampaikannya pasti kamu tidak akan mengerti. Ah jika ternyata kamu tidak mengerti surat ini lantas untuk apa aku menulisnya? hmmmm sudah lah mari aku akhiri surat ini, selamat sore.
Ditulis oleh : @maharanifilen
Diambil dari http://penenunkata.blogspot.com
No comments:
Post a Comment