07 : 40 AM. Pagi - pagi sesaat setelah mencoba untuk menyadarkan diri
Masih sedikit pening sisa demam kemarin malam yang masih menggelayut
Selamat pagi,
Ngomong - ngomong pagi ini kok kelihatannya semuanya muter - muter ya. Gempakah? atau memang kepalaku saja yang sedang banyak bintang - bintang berkeliling di atasnya?
Kalau menyadari hal ini, aku teringat dengan Crash Bandicoot. Serigala merah musuh besar Dr. Neo Cortex, yang isengnya setengah mati tapi selalu menjadi tokoh yang baik, mengalahkan para racer uka - uka Indian hitam di lintasan permainan CTR.
Berbicara CTR, aku hanya mengingat satu konsol permainan favorit masa kecilku. PS 1. Playstation 1.
Ya bukannya aku seorang yang tak bermain di luaran layaknya anak komplek seharusnya, toh aku juga masih suka main kelereng, bulutangkis, dan tentunya bola plastik di waktu sore saat sejak kecil dahulu. Tapi bila ditanya permainan yang terfavorit. Ya dengan lugas aku menjawab PS Satu!
Diawali dari hadiah kenaikan kelas dengan rangking 5 besar yang memuaskan. Papa membelikan sebuah kejutan mesin putih kecil sebagai penghargaan. Tak pernah disangka, karena menurutku dulu. Sebuah konsol PSOne, hanya bisa aku mainkan di rumah seorang teman yang kaya, ataupun harus merengek minta uang untuk bermain di rental. Tapi siapa sangka, seorang ayah yang baik memberikan yang terbaik untuk mendapatkan senyum terbaik di wajah anaknya yang dia sayangi. Thank dad, for this PSOne.
Seminggu penuh, console ini selalu aku mainkan. Dan barang tentu aku kena omel mama. Yang selalu menegurku untuk tahu waktu dalam memainkannya. Ya mau gimana lagi, ada semacam addict effect yang mencandu ke dalam otak seorang bocah kecil. Mandi dan makan pun rela tak dilakukan agar dapat waktu lebih untuk memencet joystick dan menamatkan game yang ada.
Tapi jujur, sepanjang aku main PSOne. Hanya ada satu game yang tamat, itu juga harus memakai bantuan Gameshark, CD penuh cheat yang memberi bantuan ekstra untuk menyelesaikan masalah dalam permainan. Resident Evil : Nemesis, adalah satu - satunya game yang tamat dengan susah payah dan dimainkan dengan takut - takut.
Kini sudah ada PS3. adik dari console PSOne, dan PS2. Adik terakhir sementara mesin permainan ini tak kupunyai. Ya disamping alasan console + game PS3 yang mahal, aku tak terlalu membutuhkan lagi mesin permainan, aku juga bisa menginstall permainan PS3 di laptop.
Aku sepertinya terbawa memori masa kecil, huh. Dan rasanya bintang - bintang di kepalaku sudah hilang. Sudah saatnya aku lari lagi, menemani Crash Bandicoot bertualang mencari kristal mulia uka - uka yang diincar juga oleh komplotan Dr. Neo Cortex.
Tapi sebelum aku menutup surat ini. Aku berterima kasih kepada papa yang sudah memberikan console PSOne pada saat aku kecil dulu. Sehingga aku bisa mendapatkan sensasi permainan elektronik buatan SONY yang mendunia ini. Thank Dad, Thank PSOne.
Ditulis dengan kenangan kepada mesin kecil putih PSOne yang kini sudah rusak dan telah diloakkan. Hiks :'(
SC
oleh @sunoesche
diambil dari http://essayoflove.blogspot.com
Masih sedikit pening sisa demam kemarin malam yang masih menggelayut
Selamat pagi,
Ngomong - ngomong pagi ini kok kelihatannya semuanya muter - muter ya. Gempakah? atau memang kepalaku saja yang sedang banyak bintang - bintang berkeliling di atasnya?
Kalau menyadari hal ini, aku teringat dengan Crash Bandicoot. Serigala merah musuh besar Dr. Neo Cortex, yang isengnya setengah mati tapi selalu menjadi tokoh yang baik, mengalahkan para racer uka - uka Indian hitam di lintasan permainan CTR.
Berbicara CTR, aku hanya mengingat satu konsol permainan favorit masa kecilku. PS 1. Playstation 1.
Ya bukannya aku seorang yang tak bermain di luaran layaknya anak komplek seharusnya, toh aku juga masih suka main kelereng, bulutangkis, dan tentunya bola plastik di waktu sore saat sejak kecil dahulu. Tapi bila ditanya permainan yang terfavorit. Ya dengan lugas aku menjawab PS Satu!
Diawali dari hadiah kenaikan kelas dengan rangking 5 besar yang memuaskan. Papa membelikan sebuah kejutan mesin putih kecil sebagai penghargaan. Tak pernah disangka, karena menurutku dulu. Sebuah konsol PSOne, hanya bisa aku mainkan di rumah seorang teman yang kaya, ataupun harus merengek minta uang untuk bermain di rental. Tapi siapa sangka, seorang ayah yang baik memberikan yang terbaik untuk mendapatkan senyum terbaik di wajah anaknya yang dia sayangi. Thank dad, for this PSOne.
Seminggu penuh, console ini selalu aku mainkan. Dan barang tentu aku kena omel mama. Yang selalu menegurku untuk tahu waktu dalam memainkannya. Ya mau gimana lagi, ada semacam addict effect yang mencandu ke dalam otak seorang bocah kecil. Mandi dan makan pun rela tak dilakukan agar dapat waktu lebih untuk memencet joystick dan menamatkan game yang ada.
Tapi jujur, sepanjang aku main PSOne. Hanya ada satu game yang tamat, itu juga harus memakai bantuan Gameshark, CD penuh cheat yang memberi bantuan ekstra untuk menyelesaikan masalah dalam permainan. Resident Evil : Nemesis, adalah satu - satunya game yang tamat dengan susah payah dan dimainkan dengan takut - takut.
Kini sudah ada PS3. adik dari console PSOne, dan PS2. Adik terakhir sementara mesin permainan ini tak kupunyai. Ya disamping alasan console + game PS3 yang mahal, aku tak terlalu membutuhkan lagi mesin permainan, aku juga bisa menginstall permainan PS3 di laptop.
Aku sepertinya terbawa memori masa kecil, huh. Dan rasanya bintang - bintang di kepalaku sudah hilang. Sudah saatnya aku lari lagi, menemani Crash Bandicoot bertualang mencari kristal mulia uka - uka yang diincar juga oleh komplotan Dr. Neo Cortex.
Tapi sebelum aku menutup surat ini. Aku berterima kasih kepada papa yang sudah memberikan console PSOne pada saat aku kecil dulu. Sehingga aku bisa mendapatkan sensasi permainan elektronik buatan SONY yang mendunia ini. Thank Dad, Thank PSOne.
Ditulis dengan kenangan kepada mesin kecil putih PSOne yang kini sudah rusak dan telah diloakkan. Hiks :'(
SC
oleh @sunoesche
diambil dari http://essayoflove.blogspot.com
No comments:
Post a Comment