12 February 2013

Tinta Cinta Untuk Ibunda (3)


Untukmu, Tinta Cintaku,

Simbok,

Ini suratku yang ketiga. Tulisan yang takkan pernah sebanding dengan kekuatan dalam kelembutanmu membuatku bisa menulis. Betapa berlembar-lembar tulisan tidak akan pernah cukup untuk menceritakan tentangmu. Tentang cintamu yang lebih teduh dari pohon rindang, tentang sayangmu yang lebih luas dari apa pun.

Simbok,

Tak pernah bosan semua tentangmu kutuliskan. Sebab tentangmu adalah keindahan. Keindahan hidup dalam doa-doa panjang sampai sekarang. Termasuk saat masih SD. Saat-saat kita tak bisa berdekatan. Aku di rumah Mbak, kau di pulau seberang, Madura. Aku bersekolah, kau menggendong jamu melintasi sawah-sawah.

Simbok,

Aku masih ingat saat kau berkata, “Sing sregep sinau yo, Le.”

Sesederhana itu. Bahkan, aku tahu Simbok tidak pernah belajar dari buku paket, hanya belajar dari kehidupan. Ternyata kalimat sederhana itu pada akhirnya menjadi luar biasa dengan sendirinya. Kata-kata itu menjadi penyemangat bagiku untuk terus mencari ilmu.

Waktu itu, aku hanya bisa menjawab, “Nggih, Mbok.”

Sesederhana itu. Jawaban sederhana yang menjadi awal dari kesungguhanku. Aku selalu ingat itu. Sekali berkata “nggih” itu artinya “harus”. Meskipun Simbok tak pernah memaksa, tapi bagiku adalah sebuah keharusan untuk memberikan yang terbaik bagimu.

Simbok,

Waktu terus berjalan. Sampai akhirnya, aku menginjak kelas 5. Keinginanku membahagiakanmu membuatku selalu dipercaya oleh pihak sekolah untuk mengikuti lomba. Lomba apa saja, baca puisi, dokter kecil, cerdas cermat, pramuka, dan siswa teladan. Tapi sayang, Mbok. Tak satu pun kebanggaan yang bisa kupersembahkan padamu. Kau hanya berkata, “Ora popo, Le. Kalah menang kuwi biasa. Sing penting ojo nyerah.”

Dan, itu adalah sumber kekuatanku untuk bisa lebih maju. Perjuangan belum berakhir dan takkan pernah berakhir. Saat kelas 6, akhirnya aku bisa membuatmu bangga dengan menjadi lulusan terbaik. Semua berkatmu. Berkat usaha menggendong jamu untuk membiayai sekolahku, dan berkat doamu aku bisa menjadi diriku.

Simbok,

Doamu belum usai. Besok akan kuceritakan lagi tentang doa-doa yang kaukirimkan saat kita berjauhan. Fragmen-fragmen kehidupan yang bahkan mungkin kau tak pernah mengingatnya lagi.

Aku yang ada dalam doamu,
@momo_DM


Ditulis oleh : @momo_DM
Diambil dari http://bianglalakata.wordpress.com

No comments:

Post a Comment