12 February 2013

11


Hei kamu yang di sana, apa kabar?

Sudah lama sekali saya tak pernah lagi melihat batang hidungmu di hadapan saya. Masihkah kamu senang bermain-main dengan software desain di laptop yang bermerk Hewlett-Packard itu? Masihkah kamu selalu menjadi bagian dalam event di kampus pada salah satu sie yang pernah kamu sebut sebagai pubdog (dan bukannya pubdok)? Masihkah kamu dengan lincahnya merajai jalanan dari satu titik ke titik lain di kotamu bahkan di luar kota demi memuaskan jiwa petualangmu itu, tentunya dengan mengendarai motor warna silver (yang plat no.nya saya sudah hafal di luar kepala) dan helm merahmu? Masihkah kamu dengan mantapnya menapakkan kaki dengan sepatu adidas kesayanganmu? Masihkah kamu dengan cekatan mengabadikan tiap-tiap momen berharga dan pemandangan unik khas darimu dengan menggunakan kamera Nikon-mu? Aaaah, kadang saya merasa sangat kesal ketika saya ternyata masih mengingat betul segala detail tentang kamu. Namun memang menuliskan segala tentangmu tak akan pernah membuat saya bosan. Ini kali ke 3 saya mengikuti project #30HariMenulisSuratCinta dan tiap tahunnya selalu ada saja surat yang ingin ku tuliskan untukmu. Entah mengapa…….

Hei kamu si penyuka angka 11,

Iya, kamu suka angka 11 kan? Maka dari itulah, dengan sengaja saya menuliskan surat untukmu ini di tanggal 11 dan kemudian saya berikan judul “11”. Tiap saya melihat angka 11 entah dimanapun itu, saya selalu teringat tentangmu. Mungkin kamu menyukai angka 11 karena angka itu menunjukkan tanggal kelahiranmu dan kebetulan pula bulan kelahiranmu. Selebihnya saya tidak pernah tahu mengapa kamu begitu menyukai angka 11 ini. Yang saya tahu angka 11 ini pula yang kamu pilih sebagai nomor punggung di t-shirtmu pada saat mengikuti event perlombaan antar angkatan di fakultas. Tentu saja dengan menambahkan nama belakangmu di atas angka itu. Nama yang memang terbilang unik dan sering kamu banggakan, karena mirip dengan salah satu tokoh kontributor “De Stijl art and movement group”. Hingga mungkin terkadang kebanyakan orang lupa, bahwa kamu juga punya nama tengah. Ya, namamu terdiri dari 3 kata, namun yang sering kamu pakai hanya 2 kata itu. Sudah kubilang, saya (masih) akan selalu bisa mengingat detail tentangmu. 

Hei kamu si pemilik alis tebal,

Tak terasa tahun ini sudah hampir tahun ke empatmu di bangku perkuliahan. Itu berarti juga bahwa hampir 4 tahun pula saya mengagumi segala hal tentangmu. Entah apa namanya perasaan ini sekarang. Yang pasti saya bukan lagi berada pada titik dimana saya mengharapkanmu. Namun, segala sesuatu tentangmu masih bisa saya ingat dengan jelas, dan masih menjadi magnet tersendiri bagi saya untuk selalu berdecak kagum dengan segala proses yang ada dalam dirimu. 4 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyadari bahwa kamu masih belum bisa (dan mungkin tidak bisa) digantikan oleh siapapun. Berkali-kali sudah pernah saya katakan, apabila pada akhirnya saya jatuh suka selain kepadamu, mungkin perasaan itu tak akan pernah bisa sebesar perasaan saya kepadamu. Kamu sudah menempati tempat tersendiri di hati saya, yang tak akan bisa di geser oleh siapapun. Namun, sayangnya kamu juga telah menempati tempat tersendiri di hati orang lain. Saya tahu, ini sudah hampir tahun ke tiga kalian menjalin hubungan dan hubungan kalian semakin erat, bahkan mungkin semakin serius menjalaninya. Sesungguhnya itu salah satu pukulan dan tamparan telak yang saya dapatkan. 

Hei kamu si pemilik hidung mancung,

Ingatkah kamu bahwa saya pernah menanyakan mengapa kamu dulu tidak masuk sekolah seni atau desain saat mengetahui kamu memiliki potensi yang luar biasa di bidang itu? Dan kamu menjawab, bahwa kamu sudah mencobanya tapi tidak lolos? Ingatkah kamu bahwa kamu pernah menghiasi layar ponsel saya dengan gaya bercandamu dan diksimu yang khas itu? Ingatkah kamu bahwa kamu dulu pernah mengirimkan pesan singkat yang hanya berisi 2 kata “Hell boy”, saat sepulangnya kamu dari sekedar mencari hiburan di kota Batu, Malang? Ingatkah kamu saat dengan sengaja saya menyusup di salah satu kelasmu dan ternyata tanpa diduga, saat itu kamu dan kelompokmu sedang menjadi penyaji presentasi? Ingatkah kamu bahwa saya pernah menanyakan referensi musik indie dari Prancis yang menurutmu menarik? Ingatkah kamu bahwa percakapan pertama kita adalah tentang kamera lomo? Ingatkah kamu bahwa saya dan kamu sering berpapasan dan tidak pernah sekalipun salah satu dari kita menyapa atau hanya sekedar melempar senyum, padahal sesungguhnya kita sudah saling mengetahui sosok satu sama lain? Ingatkah kamu……….Aaah, sudahlah. Sudah saya katakan saya selalu bisa mengingat detail tentangmu. Tapi tenang saja, bukan suatu keharusan untukmu mengingat semua hal itu. Mungkin bagimu itu semua tak penting, yang hanya menjadi sekedar angin lalu yang berhembus sesaat. Kini ada angin sejuk yang selalu menyejukkan hati dan pikiranmu, yang akan selalu menentramkan dirimu. Dia yang kamu sayangi dengan sungguh-sungguh. 

Hei kamu si pemilik senyum manis,

Iya, senyumanmu itu memang susah dilupakan. Sering dengan sengaja saya mengamatimu diam-diam dari kejauhan, saat kamu sedang tersenyum atau tertawa. Manis. Manis sekali. Namun, sekarang senyum itu tidak bisa saya lihat lagi. Sekarang, saya hanya bisa melihat senyummu pada layar 10 inchi ini. Menyebalkan memang. Dan entah konspirasi alam apa, beberapa bulan lalu saat saya kembali lagi ke kota itu, dengan tiba-tiba kamu hadir selewat di hadapan saya. Saya tahu bahwa kamu tahu saya ada di situ, namun entah mengapa kamu seperti menghindar kontak mata dengan saya. Padahal kamu salah, saya sudah bisa mengenal dirimu dalam radius beberapa ratus meter dengan berbagai posisi dirimu. Dan entah konspirasi alam mana lagi, hingga sekitar satu bulan lalu, saya bertemu dengan seseorang yang wajahnya sangat sangat mirip denganmu. Alismu, rambutmu, tubuhmu, hidung mancungmu, dan terutama senyumanmu yang manis itu. Hingga terkadang saya harus beberapa kali melihat ke arahnya untuk memastikan bahwa yang saya lihat itu orang lain dan bukan kamu. Dan sialnya lagi, akhir-akhir ini saya sering (dan mungkin akan lebih sering) bertemu dengannya—orang yang sangat mirip denganmu. Entah bagaimana ekspresi wajah saya nanti saat memandangnya, seakan seperti memandang sosokmu yang hadir di hadapan saya.

Hei kamu yang sampai sekarang masih mendiami suatu sudut di hati saya,

Entahlah saya sudah kehabisan kata untuk menuliskan tentangmu. Sepertinya berapa lembar surat pun tak akan cukup untuk meceritakan tentangmu. Biarlah kamu akan selalu menjadi cerita manis yang akan selalu saya kenang hingga akhirnya saya beranjak dari situ. Oh ya, beberapa waktu lalu saya mencuri lihat kabar, bahwa kamu menjadi salah satu tim panitia dalam festival bergengsi di kota Solo. Aaaah, sungguh kabar ini kabar yang mengagetkan saya, kamu benar-benar hebat. Ternyata langkahmu sekarang begitu mengagumkan. Sepertinya khayalan saya tentang 10-15 tahun lagi akan ada billboard yang mengusung brand ternama hasil ide kreatifmu bukan menjadi suatu khayalan belaka. Atau mungkin kamu akan menjadi salah satu orang yang berkontribusi dalam pembuatan film besar. Saya selalu menunggu karya-karyamu selanjutnya. Dan saya sungguh berterima kasih atas segala pengalaman dan kenangan manis yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan lagi nantinya. Danke Kamerad :)

n.b : Terima kasih kamu masih sering mampir di mimpi-mimpi saya, jangan sungkan-sungkan untuk hadir lagi.  ;)


Ditulis oleh : @gratiaprima
Diambil dari http://grathwords.tumblr.com

No comments:

Post a Comment