22 January 2013

Tabiat Rindu



Kepada, kamu yang potretnya ku unduh diam-diam.

Degup dalam dadaku tidak karuan ketika menuliskan ini, entah karena rindu atau malu untuk mengaku kalau aku sebenarnya… rindu kamu. Entah apa yang akan aku tuliskan disini nanti, aku tidak tahu pasti, yang aku tahu, aku ingin terus menulis, menulis, dan menulis. Mungkin di ujung surat ini, rinduku akan habis? Pun senyummu tidak lagi tampak sebegitu manis?

Oke, sebelum kamu membaca lebih jauh, aku beri tahu bahwa surat ini memang tertuju padamu, prediksiku bilang jantungmu akan berdetak lebih cepat ketika tahu bahwa ini adalah buatanku, yang isinya adalah perasaanku, yang masih sama untuk kamu, dari dulu. Santai saja ketika membacanya… Bukankah sudah biasa kamu mendapati tulisan-tulisanku yang hampir kesemuanya adalah tentang kamu?

Aku rindu…. Eh, aku tadi sudah bilang ya? Hehehe maaf ya, beginilah tabiat rindu, selalu tidak mau tahu dan tidak tahu malu. Rindu melulu ribut ingin keluar kalbu dan menghambur kearahmu. Memeluk tubuh yang selalu jadi pusat semestaku, doa setelah sujudku, dan haru dalam mimpiku.

Aku rindu…. pada tiap lekuk wajah kokohmu, yang dipahat Tuhan dengan nilai sempurna dikurang satu. Tulang pipi yang naik keatas ketika tersenyum, mata indah di balik bingkai kaca, pun rambut legam tempat paling nyaman untuk jadi mainan tanganku. Aku rinduuuuuu…. Perlu deskripsi sepanjang apa buat menyakinkanmu bahwa aku hapal tiap detil yang ada di kamu?

Hhhh… Sepertinya tulisanku sampai sini saja, percuma menuliskanmu banyak-banyak, rinduku tetap saja banyak. Biar saja rindu melumatku lamat-lamat, semoga setelahnya aku tidak tamat.

Ngomong-ngomong setelah membaca ini, keberatankah kamu memberiku sebuah sapaan singkat? Hanya untuk memastikan apakah aku masih bisa merindukanmu dengan selamat.

Dari aku,
Perindu paling hebat.

Oleh @khaidianty
Diambil dari http://khaidianty.tumblr.com

No comments:

Post a Comment