Untuk Mama, wanita terhebatku.
Halo Mama, wanita kecil yang selalu awet muda, yang lebih sering dianggap sebagai kakakku daripada ibuku oleh semua kenalan baru. Apa kabarmu, Ma, di Solo sana?
Halo Mama, wanita kecil yang selalu awet muda, yang lebih sering dianggap sebagai kakakku daripada ibuku oleh semua kenalan baru. Apa kabarmu, Ma, di Solo sana?
Ah, Ma, Jakarta membuatku rindu suasana sepi di Solo sana. Aku rindu bercerita di depan rumah bersamamu dengan segala bahan yang bisa diceritakan di senja yang sempurna. Aku rindu menjemputmu pulang kerja, bergurau di jalanan pulang, masih dengan seragam putih - biru langitku. Ma, aku merindukan rumah kita berdua.
Ma, maaf untuk segala tingkahku yang dulu sering membuatmu jemu. Aku selalu menyesal melakukannya, apa saja yang membuatmu marah apa lagi menangis. Maafkan aku.
Ma, apa yang aku lakukan untukmu selepas kecelakaan yang membuat kakimu patah dan tak bisa bergerak hampir lima bulan itu tidak akan pernah mampu membayar seluruh perjuanganmu untukku. Aku hanya berharap sekarang, luka di kakimu itu, sudah sembuh seluruhnya, agar nanti sepulangku dari Jakarta Mama bisa mengajariku main badminton yang tidak pernah bisa kulakukan.
Memang sebenarnya kita jarang bertemu, dulu maupun sekarang. Rumah sepi di samping sawah selalu berisi aku atau dirimu, sendiri. Malamlah yang selalu mempertemukan kita, bila beruntung, senja memperpanjang waktunya untuk kita sekadar melepas penat bersama. Aku dengan sekolahku, Mama dengan pekerjaan Mama.
Ma, aku rindu Mama memintaku memasak, karena memasak adalah kelemahan Mama yang hanya aku, Nenek, Datuk dan… Papa yang tahu. Aku suka melihat Mama menikmati makanan yang entah apa namanya hasil masakanku.
Ma, aku rindu Mama memintaku memasak, karena memasak adalah kelemahan Mama yang hanya aku, Nenek, Datuk dan… Papa yang tahu. Aku suka melihat Mama menikmati makanan yang entah apa namanya hasil masakanku.
Ma, aku benar-benar merindukanmu. Sejak kecil baru kali ini aku benar-benar berada jauh dari jangkauanmu. Aku tidak merindukan pelukanmu, Ma, karena aku tidak terbiasa kamu peluk saat sadar. Aku hanya merindukan, berada di sampingmu, di senja yang sempurna, di depan rumah kita berdua.
Ma, satu pertanyaanku, sudahkah aku membuatmu bangga selama ini? Sekali saja, pernahkah?
Salam rindu anakmu di perantauan.
Arinda
Salam rindu anakmu di perantauan.
Arinda
oleh @PKPKarin
diambil dari arinddapratami.blogspot.com
No comments:
Post a Comment