22 January 2013

Surat #DuaHati @buffhans dan @bukanadelia

SURAT RINDU #7 : Kepada Andromeda 


Hai kamu, Andromeda..
Malam ini, aku memutuskan untuk mencarimu, lewat Teleskop Refraktor kecilku. Tak begitu besar, juga tak begitu panjang. Teleskopku tidak mampu melihat bentuk rupamu, tapi setidaknya, setitik putih cahayamu terasa mampu melepas dahaga rindu.
Aku rindu menatapmu lebih dekat, menikmati lekuk parasmu dalam dinginnya malam lembang. Teleskop Refraktor Bamberg Bosscha sangat kuat menangkap rona wajahmu, dan aku hanya bisa tersenyum malu.
Bimasakti, tempatku berada, masih terlalu jauh untuk menggapaimu. Untuk sementara waktu, izinkan aku untuk hanya merindukanmu. Aku akan menemukanmu, namun jarakmu hanya akan memakan usiaku dalam perjalanan waktu. Aku butuh kendaraan yang lebih cepat dari cahaya. Jika kamu mau bersabar sebentar waktu saja, kita pasti akan bertemu.
Setidaknya, kita sama-sama punya kendaraan yang bernama “Rindu”. Rindu adalah kendaraan tercepat dalam semesta, meski ia adalah semu. Bayang kita sudah saling bertemu lewat indahnya nebula rindu. Tapi jasadku, selalu memberontak ingin bertemu.
Hei Andromeda, apa kabar?
Masihkah kamu terbelenggu oleh rantai masa lalu?
Aku selalu bertanya, siapa yang begitu tega mengikatmu, dan mengorbankan hatimu ditengah hempasan ombak dan karang. Apa sudah tidak ada lagi yang mencintaimu? Ah, itu pertanyaan konyol. Wanita secantik dirimu tak mungkin dibenci.
Dan sampai kapanpun, galaksi kita tidak akan pernah bertemu. Kecuali nanti, saat hari akhir menjemput. Dan aku tak akan mau menunggu hingga hari akhir. Karena belum tentu, kita akan bertemu disurga kan?
Hai Andromeda..
Hari-hariku dipenuhi dengan petualangan, perjalanan menikmati es krim di Pluto lalu menikmati senja di Merkurius. Tapi ditengah perjalanan aku menemukan sesuatu yang indah untukmu.
Kamu mungkin bertanya-tanya tentang diriku, sosok yang ingin bertemu. Tapi sebelumnya, kamu harus bersiap diri untuk ku jemput. Dan aku akan membawamu ke Bumi, tempatku tinggal. Sepakat?
Oh iya, aku menemukan sesuatu dari Saturnus. Coba tebak, sesuatu apa yang akan kau terima dariku nanti? Sebagai bocoran, ia adalah benda yang sangat cocok untuk jari manismu.
Perjalananku masih sangat panjang. Kuharap kamu terus bersabar. Dan doakan saja aku selamat dalam perjalanan waktu.
Dari yang ingin bertemu, Perseus.
 
 
 
 
Dari @buffhans untuk @bukanadelia
Diambil dari www.buffhans.com
 
 
---
 
 
 Surat balasan @bukanadelia untuk @buffhans

SURAT RINDU #8: Lima Belas Menit


Selamat senja, Perseus.

Lima belas menit pertama, aku masih melamun setelah membaca suratmu. Aku baru sadar bahwa kita ternyata memang sejauh itu. Hingga kamu hanya mampu menatap lamat cahayaku, dan aku hanya mampu mengabadikan sisa-sisa gemerlapmu yang tertangkap mataku.

Lima belas menit kedua, aku mulai memperhatikan diriku sendiri. Aku tidak baik-baik saja, Perseus. Aku tidak baik-baik saja..

Sejak kamu temukan aku yang menangis pilu karena masa lalu, sejak itu aku tak pernah baik-baik saja. Aku hanya diringankan atas kehadiranmu. Baik-baik sajanya aku adalah berada di sisimu.

Yang mencintaiku banyak, Perseus. Yang berjuang dan bertahan untukku, tidak ada.

Lima belas menit ketiga, aku mulai mengandai-andai tentang diriku dan kamu.

Perseus, kamu petualang yang tangguh. Kamu mengerti jauhnya jarak yang membentang tak terbantahkan antara kita dan apa saja yang harus kita hadapi untuk bersua. Tapi sungguh kamu lupa, Perseus. Kita sesungguhnya tak sejauh itu.

Aku tak pernah ingin menjadi Andromedamu, Perseus. Jauh dan tak tergapai. Sejak dulu aku selalu berandai-andai untuk menjadi costae verae pada manubrium sterni dan corpus sterni-mu. Tapi aku mulai berpikir lagi, bukankah corpus sterni memiliki dua tempat? Sungguh aku tak ingin berbagi dengan costae spuriae. Bagaimanapun, kamu hanya milikku kan? Hanya aku yang boleh bersandar padamu kan?

Lima belas menit keempat, aku mulai berdebat dengan diri sendiri, Perseus.

Mungkin justru selama ini aku hanya costae spuriae bagimu. Kamu memang sisakan satu tempat di dadamu, tapi bukan tempat yang pertama. Tempatku palsu. Entah siapa costae veraemu yang dengan rela mau berbagi tempat bersandar denganku. Aku tak tahu dan selama itu bukan aku, aku tak mau tahu.

Celakanya, itu jika aku hanya terlalu percaya diri bahwa kamu akan berbaik hati menyisakan tempat untukku. Menganggap bahwa aku costae spuriaemu. Bagaimana jika aku hanya costae fluctuantes bagimu?

Aku hanya melayang, menggantungkan harapan. Berusaha menggapaimu untuk bersandar namun tak mampu. Aku costae fluctuantes yang tak memiliki tempat bersandar dalam dadamu.

Lalu aku menangis. Sesenggukan di depan suratmu.

Lima belas menit kelima, aku sibuk berdoa.

Semoga Tuhan berbaik hati menjadikanku costae veraemu. Bersandar pada dadamu yang paling tinggi agar kamu memperlakukanku dengan baik.

Semoga Tuhan berbaik hati menjadikanku costae verae pada dada kirimu. Agar aku mampu melindungi hatimu dan senantiasa dekat denganmu.

Semoga Tuhan berbaik hati menjadikanku costae verae bagimu. Agar senantiasa aku memberi keluasan dalam dadamu.

Semoga Tuhan berbaik hati menjadikanku costae veraemu yang membangun dan menegakkan kehidupanmu.

Semoga..

Cepat datang, Perseus.

Sematkan cincin dari Saturnusmu itu pada jari manisku untuk mengamini semua doaku.

Cepat datang, Perseus.

Sematkan cincin dari Saturnusmu itu pada jari manisku untuk membuktikan aku adalah sebenar-benarnya costae veraemu.

Cepat datang, Perseus.

Sematkan cincin dari Saturnusmu itu pada jari manisku..
 
 

Dari yang selalu menginginkanmu disisiku, Andromeda.
 
 
 
 
Diambil dari aratiararismala.com


No comments:

Post a Comment