Suamiku tercinta, aku disini sedang membangun rumah kita. Aku membutuhkan material segera. Tolong kirimkan ketegaranmu yang kau sisipkan pada semesta. Pada batu agar bisa kupakai sebagai pondasi yang menjadi dasar janji kita. Pada bata merah agar dapat kudirikan dinding kokoh penahan dari marabahaya. Pada besi agar kurangkai menjadi tulangan kolom penopang ketegaran tak terkira. Pada kayu agar bisa kubentuk menjadi kusen pintu dan jendela yang melongok menanti datangnya dirimu tepat pada waktunya. Pada baja agar kuatur sedemikian rupa sebagai rangka atap sehingga kekuatannya sampai membuatmu terkesiap. Pada tanah liat yang kucetak sebagai genteng pelindung dari air mata. Dan akan kubalas ketegaranmu itu melalui peluk hangat sinar baskara saat pagi. Bersama sejuknya embun yang kuselipkan senyum manisku yang akan terus manis hanya untukmu.
Suamiku tercinta, surat ini kutulis jauh sebelum anak kita di dunia, jauh sebelum aku membacakan suratku untukmu di depan altar gereja saat sakramen pernikahan kita, jauh sebelum kita memutuskan berdua, dan mungkin jauh sebelum aku bertemu kamu di sana. Saat itulah aku masih sendiri, saat proses perjalananku menujumu. Aku mempersiapkan surat ini, kutitipkan pada tukang pos yang bisa kupercaya. Yang bisa membuatku yakin bahwa surat ini akan sampai di tempatmu hingga masanya tiba.
Suamiku tercinta, gumamku di suatu pagi. Jika suatu saat aku menemukanmu, mohonku untuk aku lebih dulu di sini. Agar aku dapat mempersiapkan rumah ini. Katakanlah aku tak tahu diri. Memang akulah ini yang tak mau kau tinggalkan sendiri. Akibat tak yakin mampu menghadapi belenggu rindu. Maka dari itu, kuat dan tegarlah kamu. Gundah anak kita butuh senyum teduhmu. Dan aku butuh material rumah itu. Aku memilihmu salah satunya karena ku tahu kamu orang yang kuat dan mampu. Jangan kamu berkubang sendu. Karena saat kau menitikkan air mata, aku pun di sini kehujanan karenanya. Rumah kita kan belum ada. Aku harus berteduh di mana?
Suamiku tercinta, kutunggu kamu. Di rumah yang tak ada lagi pilu. Bahkan pada kita maut pun akan cemburu.
NB: Luv u
Jakarta, 21 Januari 2013
Dari aku,
Istri masa depanmu
Ditulis oleh : @franc3ssa
Diambil dari http://justcallmefrancessa.wordpress.com
No comments:
Post a Comment