Ya Allah, malam ini, mungkin tepatnya pagi ini adalah tanggal 21 Januari 2013 (pukul 01.10 wib) atau 157 hari setelah "ibu" engkau panggil sejak tanggal 17 Agustus 2012..
Di pagi yang sunyi, dingin dan sepi ini, aku kembali terbangun dalam gemerlap bunga tidurku kemudian kembali teringatkan olehnya sehingga tetes demi tetes rinai hujan membasahi pipiku.. Ya, mungkin hampir tiap waktu aku mengingatnya seperti saat kita masih bersama yang hampir tiap waktu kita berkomunikasi, bercanda, bertengkar dan lain sebagainya.. Aku dan ibu tak akan pernah dapat di pisahkan.. Di mana ada ibu, pasti ada aku.. Aku sangat menyesal sekali ya Allah,, kenapa aku harus kuliah disini? Kenapa aku harus kuliah yang lokasinya jauh darinya?? Andai saja aku tidak kuliah disini, mungkin saat ini ia masih ada.. Sejak aku disini, ibu menjadi malas untuk check up, malas untuk check lab, malas untuk beli dan minum obat. Ia mengaku merasa kesepian di rumah tanpaku. Aku pun sebenarnya seperti itu di sini, aku kesepian sekali tanpa ibu. Biasanya kalau di rumah, ibu selalu pergi beli obat denganku, pergi check lab denganku, pergi kontrol ke Rumah Sakit denganku, kemana-kemana kami selalu bersama. Tapi sejak aku di Semarang ?? Ibu menjadi tidak semangat. Ibu lebih sering menahan sakitnya sendiri tanpa mengatakannya kepada ayah. Biasanya kalau ada apa-apa, ibu selalu cerita denganku, begitu pula aku yang selalu cerita apapun dengan ibu. Aku sangat menyesali sekali semua ini. Bahkan yang hingga kini menyelimuti rasa bersalahku adalah aku yang tidak peka terhadapnya.
Hampir 3 hari ibu muntah-muntah. Aku, ibu serta ayah mengira bahwa ia mungkin hanya sedang masuk angin. Ya kami beranggapan seperti itu karena ibu sudah sering masuk angin. Bahkan aku pun masih membelikannya obat masuk angin atas permintaannya. Tapi ternyata? Andai aku lebih peka, muntah-muntahnya ibu adalah awal segalanya. Memang hanya 3 hari tapi jika aku lebih peka dari awal, mungkin dengan penanganan dari RS dapat memperkecil segala kemungkinan buruk.
Kala itu ibu meninggal dunia pada hari Jumat dan pada hari Sabtu minggu sebelumnya, ibu dan aku beserta sepupu dan paklekku masih merayakan ulang tahunku sekaligus berbuka puasa bersama walaupun tanpa kehadiran ayah yang memang masih ada urusan sehingga tidak dapat hadir. Sungguh sakit hati ini saat mengingat semua itu. Ternyata itu adalah ulang tahun terakhirku bersamanya. Ya Allah rasa sakit ini masih saja berpijar di hati dan jiwaku. Tetap memancarkan cahaya kesedihan yang terang di fikiran dan hatiku. Andaikan aku dapat memutar waktu, aku ingin sekali menghabiskan waktu lebih banyak dengannya ya Allah..
Ya Allah, pada hari Selasa pun aku masih membentaknya, aku masih kasar dengannya. Memang hanya hal kecil aku marah dan ibu pun juga marah kepadaku. Tapi aku tidak menyangka mengapa di hari terakhir ibu, aku justru melakukan kesalahan padanya hingga membuat ia marah. Ada satu hal yang hingga kini menari-menari di fikiranku, andai aku tak mengatakan kalimat itu, mungkin Allah tidak akan mengambilnya dari sisiku. Fajar itu setelah sahur, ibu meminta diantarkan ke RS olehku dan dia ingin meminjam uangku dulu. Lalu dengan cepat aku bertanya, kenapa tidak memakai uang ayah ? Kemudian dia menjawab bahwa dia tidak mau, takut katanya. Ya, aku dan ibu memang sangat takut jika kami sakit. Karena kami tidak ingin merepotkan ayah dan takut membuatnya marah. Sehingga setiap aku dan ibu sakit, kami selalu menyembunyikannya dari ayah. Kemudian aku mengobrol dengannya tetapi anehnya saat itu pendengarannya seperti terganggu. Sehingga aku sampai emosi di buatnya. Aku kira dia sedang ngelantur, makanya aku emosi dan langsung meninggalkannya ke kamar. Tetapi ternyata? Itu adalah salah satu petunjuknya..
Kemudian paginya, dia memintaku untuk membelikannya obat masuk angin dan air oksigen untuk meminimalisir sakitnya. Setelah lama aku mencari semua itu, akhirnya aku mendapatkannya dan dengan segera ia meminumnya. Kemudian karena lelah, akupun langsung naik ke kamar untuk tidur. Ketika sedang terlelap dalam tidurku, dia terus memanggilku untuk segera turun ke bawah. Dari mulai nada pelan hingga tinggi. Dengan kondisi setengah sadar, akupun berteriak dan mengatakan "Apaan lagi sih, bu?? Uti cape, ngantuk. Dari tadi belum tidur ini". Ya, kata "Uti cape" yang membuat aku sedih hingga sekarang. Kenapa aku tega mengatakan itu kepadanya?? Kemudian dia membalas perkataanku dengan nada tinggi sehingga akhirnya aku pun banngun dan menghampirinya. Ternyata dia memintaku tolong untuk memanggilkan tetanggaku untuk membantunya menge-check tensinya. Memang, ibu adalah seorang penderita hypertensi dan diabetes. Akan tetapi tiap kali tensinya tinggi, dia sudah tidak bisa merasakan tanda-tandanya seperti pusing dan menurut ibu, jika sudah tidak merasakan tanda-tanda itu maka akan lebih berbahaya karena kita tidak akan tahu bahwa tensi kita sedang naik dan mungkin nantinya kita tidak akan meminum obatnya. Banyak hal buruk yang kulakukan padanya di detik-detik terakhirnya ya Allah, yang mungkin tidak dapat kuungkap seluruhnya dalam tulisan kecil ini.
Ya Allah, andai ibu tau bahwa aku sangat merindukannya, ingin ku sampaikan milyaran kata maaf untuknya. Ingin sekali kurengkuh tubuh kecilnya hingga aku kembali terlelap dalam pelukannya. Pelukan yang sedari dulu menjadi penguatku, pelukan yang tak akan pernah bisa kulupakan rasanya. Ya Allah, kebahagianku adalah kebahagiannya, kesedihanku adalah kesedihannya, lukaku adalah lukanya, tangisanku adalah tangisannya. Terlalu dini bagiku jika kau merenggutnya dari sisiku ya Allah. Terlalu rapuh hati ini untuk ikhlas melepasnya. Semua kebahagian, kesedihan, semangatku sudah terkubur bersama jasadnya. Bahkan kunci rasa bahagiaku pun sudah terlelap dalam gumpalan tanah yang menyertainya. Ya Allah, tak ada lagi orang yang begitu tulus mencintaiku dan menyayangiku selain ibu ya Allah.
Aku mohon jaga orang yang paling kucinta dan sayang ini di pangkuan terhangat-Mu. Aku mohon jaga kuburnya dari binatang-binatang tanah yang hendak mengusik tidurnya. Aku mohon terangi makamnya dengan segala amalan baiknya selama hidup. Aku mohon luaskan pelabuhan terakhirnya. Aku mohon dekatkan dia menuju pintu surgaMu. Aku mohon hapuskan semua dosa-dosanya dan tolong sampaikan padanya "Sampai kapanpun cinta dan sayang ini hanya untuknya. Untuk detik ini dan selamanya. Tidak akan pernah ada orang lain yang mampu menggantikan sosoknya, sosok terhebat yang pernah ku miliki, terindah yang pernah ku gapai, terkuat yang pernah kurengkuh, tercantik yang pernah kulihat. Sosok berharga yang selalu menyinari jejak kehidupanku, terhangat yang selalu mencairkan kepingan hatiku yang mulai membeku, terpintar yang selalu membuatku "galau" dan sulit "move on" darinya, sosok terdingin yang selalu menenangkanku ketika aku mulai rapuh dan hendak terjatuh.. Sosok tervariatif yang selalu membuat hari-hariku berwarna dan penuh arti.."
I LOVE YOU, IBU.. 030362-170812
oleh @putriaryaa
diambil dari http://aditiaputriarya.blogspot.com
No comments:
Post a Comment