22 January 2013

Surat Kedelapan

Entah ada angin apa yang membawaku mengetikkan surat ini pada tengah malam, rasa rindu yang terlalu menggebu dan mungkin tak bisa dipendam lebih lama lagi mungkin?

Dentang jam satu kali, itu pertanda sudah jam 1 dini hari disini. Jam 1 Waktu Indonesia Bagian Barat, di Pekanbaru tepatnya. Bagaimana mungkin aku masih bisa duduk manis dan mengetikkan semua ini, padahal sebagian besar orang sudah masuk ke mimpinya, bahkan sudah masuk ke waktu tidur terdalamnya. Walaupun aku sudah mengkonsumsi tryptophan tadi malam, tetapi terkadang kita tak bisa memaksa tubuh menuruti mau kita,bukan? Dan tetap tak boleh menyalahkan insomnia yang datang secara tiba-tiba,bukan?

Aku tak bisa tidur dan dengan menyesal membuka scrapbook itu, yang berisi foto-foto kenangan masa lalu. Kenangan yang bisa aku bangun kembali pada fikiranku dari suatu kertas gambar yang tak bergerak, yaitu potret di masa yang itu. Dan membuat film pendek dan flashback dari kejadian itu. Masih terasa indah walaupun sudah bertahun-tahun yang lalu terjadi kejadiannya dan aku selalu membayangkannya dengan versi yang sama. Seseorang mengatakan “Funny how a photograph can take you back in time to places and embraces that you thought you left behind.” Dan itu sudah menjelaskan mengapa aku langsung teringat padamu saat melihat potongan kertas bergambar itu, bukan?

Dan aku hanya bisa berharap. Dan masih berharap. Jika ini cinta yang baik, semoga semuanya diperlancar hingga ke akhir yang bahagia. Jika ini bukan cinta yang baik, silahkan dijauhkan tanpa harus merusak tali silaturahmi diantara kita. Silahkan.

Ah, entah kenapa masih selalu kamu. Masih kamu yang selalu menjadi serotonin dalam otakku, dan dopamin dalam hatiku. 


oleh @septydi
diambil dari http://septydwiindriani.tumblr.com

No comments:

Post a Comment