22 January 2013

Mungkin Ini Terlalu Pagi


Aku tahu, sekarang terlalu pagi untuk mengingatmu –apalagi menulis sebuah surat untukmu. Tapi, entahlah. Barangkali kau lah yang memang sedang sengaja mengitari kepalaku, membiarkanku ribut akan ingatan tentangmu.

Hari ini pagiku sederhana. Dingin yang tidak ingin mengalah dan dicelah. Rintik-rintik hujan sisa semalam. Embun-embun yang membasahi bingkai jendela. Serta buku dan kertas-keras di lantai terserak sembarangan.

Sarapanku sudah kutandas habis barusan. Bukan menu istimewa. Hanya mie goreng yang ditumis dengan sawi, daun bawang, dan kubis bersama sebuah perkedel kentang sebagai lauk pendamping. Aku yang tidak pandai memasak ini membelinya di warung makan ujung jalan. Mungkin suatu hari aku harus belajar memasak, setidaknya agar setiap pagi, hanya untuk sarapan aku tidak perlu bertengkar dengan kemalasan.

Udara di luar masih tampak pekat meski mentari telah cukup meninggi. Aku tahu, sekarang kau mungkin sedang duduk di depan suatu pintu. Memandangi kupu-kupu yang menghisapi serbuk bunga di halaman depan. Menghirup-helakan oksigen dan karbon dioksida yang seakan-akan tidak ada.

Kau di sana. Menunggu pintu itu terbuka. Lalu, ketika decit pintu yang bergerak mulai terdengar, kau akan terbangun dari dudukmu dan melangkah masuk ke dalam suatu ruang di baliknya. Lantas kau hilang. Kau hilang di balik pintu yang tidak pernah terbuka untukku.

 -Jogja, 18 Januari 2013; 09.42.

Oleh @itashn
Diambil dari http://mengusang.wordpress.com

No comments:

Post a Comment