22 January 2013

Kamu, Alasan Bahagia


Selamat siang….

Hari ini, mungkin adalah hari dimana aku nulis surat cinta yang sebenarnya. Sebenarnya buat kamu. Maaf juga baru hari ini, karena bukan tidak mau, tapi mengumpulkan keberanian untuk jujur menjabarkannya di sini buat aku bukanlah perkara mudah.

Sebelumnya, terima kasih untuk beberapa tahun terakhir ini. Untuk semua hal, baik itu bahagia, suka, duka, air mata, kekesalan, juga semua yang sadar atau tanpa sadar telah kita lalui memberikan banyak makna di kehidupanku.

Mengenal kamu, awal semua cerita ini dimulai… 

Cerita yang membawaku ke dalam lautan harapan, dan kamupun tahu, aku karam di dalamnya. Harapan yang tak pernah sedikitpun hilang, harapan yang tak pernah pergi sejengkalpun dari tempatku berdiri. Iya, harapan yang sampai saat ini masih seperti dulu, seperti beberapa ratus hari yang lalu, seperti pertama kita saling berbisik harap di sebuah pesan singkat. Berharap sesederhana melihat purnama di langit malam yang sama, berharap sesederhana menari di bawah  senja, masih seperti itu…. Tak ada yang berubah.

Entah malaikat atau setan apa yang merasuk, karena semua kesalahan berubah menjadi serentetan pembenaran alasan. Alasan tak mendengar semua tamparan keras sahabat, alasan tak melihat semua kenyataan yang terhampar di jarak pandang, alasan menghiraukan semesta yang ku tahu, banyak menegur. Tapi aku tetap berusaha memegang erat, memeluk kuat.

Dan tak semudah yang orang lain lihat, yang orang lain kira, yang aku lewatin ini… tak semudah berbicara kamu itu ga baik, kamu itu jahat, kamu itu bla bla bla…. Engga, aku yang rasain, aku yang menjalani, aku yang mengenal kamu daripada mereka. Kamu ga jahat, kamu baik, terlalu baik untuk aku bilang kamu jahat sama aku…. 

Biarlah orang berkata apa, biarlah orang menilai apa, mungkin saat ini aku tak pernah peduli lagi. Karena yang terpenting hati aku, bahagia aku, tahu apa mereka tentang hati aku? Tahu apa mereka tentang bahagia aku? Rasa-rasanya memang lebih baik diam dan merasakan sendiri. Tak perlu berbagi. Tak perlu lagi pembenaran, yang aku tahu masih jauh dari kebenaran. Lebih ringan jika tak mempedulikan pandangan nanar orang-orang tentang kebaikan hati atau kebusukan diri.

Dan yang paling penting, terima kasih atas semua kebahagiaan yang pernah hadir, semua pembelajaran yang berarti, dan semua pembelajaran untuk kesabaran menjalani ini semua. Kamu, bahagia aku.

Terima kasih.

Dari aku, yang beberapa tahun terakhir ini menjadikanmu alasan bahagia.


Ditulis oleh : @dentiZTY
Diambil dari http://notlurking.com

No comments:

Post a Comment