Dear, mas tanpa nama…
Ya, aku memang tidak tahu siapa namamu. Aku
sama sekali tidak tahu apapun tentang dirimu. Aku hanya tahu efek
kupu-kupu di perut mulai terasa saat mataku dan matamu pertama kali
bersirobok di pintu Prameks. Aku sadar saat itu hatiku bergetar karena
dua hal: takut kamu tergencet pintu yang hampir menutup dan karena
terpesonanya aku padamu.
Dear, mas National Geography…
Ya, aku menyebutmu dengan apa yang
kamu sandang di bahumu. Tas ransel National Geography warna cokelat
dengan pin serupa. Sebuah tripod tergantung manis di sisi kanan ranselmu
dan kamu juga menyampirkan sebuah tas tenda warna biru-merah. Kaos
batik cokelat, jins semi belel yang dilipat bagian bawahnya, sandal
gunung, dan kacamata bertangkai merah bertengger di telingamu yang
bangir.
Dear, mas hangat…
Ya, kamu memang hangat. Hangat secara harfiah.
Ketika lengan kita bersentuhan, rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhku.
Rasanya, ingin aku berteriak ke masinis, “Pak, rem lagi keretanya! Yang
banyak!” Ingin aku mengulurkan tanganku agar kamu menggenggamnya,
daripada menggenggam ring pegangan kereta yang dingin itu.
Dear, mas hujan…
Ya, hujan terasa lebih romantis malam itu. Cuaca
dingin di luar, namun rasa nyaman menembus lengan kaosku dari lenganmu
yang hangat. Masih terasa saat senyummu yang lebih terasa hangat ketika
tak sengaja aku menangkapnya dari balik punggung seorang bapak-bapak.
Ah, ingin rasanya aku yang menjadi objek senyummu itu…
Dear, mas kaca pintu…
Ya, hanya dari kaca pintu Prameks aku bisa
dengan lekat memandangmu. Dengan kaca itulah, aku bisa mencerap
bayanganmu. Menikmati setiap lekuk wajahmu dari samping tak cukup
untukku. Bahkan aku tersipu malu ketika pada saat yang sama, kamu juga
melihat kaca itu. Meskipun aku tahu, itu hanya kebetulan yang tidak
disengaja.
Dear, mas Purwosari…
Ya, stasiun itu yang memisahkan kita. Kamu
harus meninggalkanku di stasiun itu. Andai aku bisa ikut turun bersamamu
dan mengikuti ke mana arah asmara membawaku, mungkin rasanya tidak akan
sepenasaran ini. Siapakah kamu, wahai misterius 65 menit dalam
Prameks-ku?
Oleh @azaliaaf
Diambil dari http://azalia-brontosaurus.tumblr.com/post/22122727650
No comments:
Post a Comment