25 January 2013

65 Menit Dalam Prameks

Dear, mas tanpa nama…
Ya, aku memang tidak tahu siapa namamu. Aku sama sekali tidak tahu apapun tentang dirimu. Aku hanya tahu efek kupu-kupu di perut mulai terasa saat mataku dan matamu pertama kali bersirobok di pintu Prameks. Aku sadar saat itu hatiku bergetar karena dua hal: takut kamu tergencet pintu yang hampir menutup dan karena terpesonanya aku padamu.

Dear, mas National Geography…
Ya, aku menyebutmu dengan apa yang kamu sandang di bahumu. Tas ransel National Geography warna cokelat dengan pin serupa. Sebuah tripod tergantung manis di sisi kanan ranselmu dan kamu juga menyampirkan sebuah tas tenda warna biru-merah. Kaos batik cokelat, jins semi belel yang dilipat bagian bawahnya, sandal gunung, dan kacamata bertangkai merah bertengger di telingamu yang bangir.

Dear, mas hangat…
Ya, kamu memang hangat. Hangat secara harfiah. Ketika lengan kita bersentuhan, rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhku. Rasanya, ingin aku berteriak ke masinis, “Pak, rem lagi keretanya! Yang banyak!” Ingin aku mengulurkan tanganku agar kamu menggenggamnya, daripada menggenggam ring pegangan kereta yang dingin itu.

Dear, mas hujan…
Ya, hujan terasa lebih romantis malam itu. Cuaca dingin di luar, namun rasa nyaman menembus lengan kaosku dari lenganmu yang hangat. Masih terasa saat senyummu yang lebih terasa hangat ketika tak sengaja aku menangkapnya dari balik punggung seorang bapak-bapak. Ah, ingin rasanya aku yang menjadi objek senyummu itu…

Dear, mas kaca pintu…
Ya, hanya dari kaca pintu Prameks aku bisa dengan lekat memandangmu. Dengan kaca itulah, aku bisa mencerap bayanganmu. Menikmati setiap lekuk wajahmu dari samping tak cukup untukku. Bahkan aku tersipu malu ketika pada saat yang sama, kamu juga melihat kaca itu. Meskipun aku tahu, itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.

Dear, mas Purwosari…
Ya, stasiun itu yang memisahkan kita. Kamu harus meninggalkanku di stasiun itu. Andai aku bisa ikut turun bersamamu dan mengikuti ke mana arah asmara membawaku, mungkin rasanya tidak akan sepenasaran ini. Siapakah kamu, wahai misterius 65 menit dalam Prameks-ku?


Oleh @azaliaaf
Diambil dari http://azalia-brontosaurus.tumblr.com/post/22122727650

No comments:

Post a Comment